Setahun Takanta ID

Tidak
terasa waktu berjalan seperti biasanya. Mengalir begitu saja. Membawa pergi
beragam peristiwa, ke muara kenangan. Setahun sudah, takanta hadir. Media
takanta ini didirikan di Kabupaten Situbondo yang menyedihkan, kata Pak Jokowi
masuk daerah tertinggal sejak 2015-2019. Setelah itu, masih belum tahu akan
bagaimana nasibnya. Seperti itulah mungkin anggapan sebagian orang di kalangan
pemerintahan. Tetapi bagi kami, tentu saja tidak. Sebab Situbondo adalah tempat
segala kenangan dilimpahkan setidaknya seperti itu yang dirasakan para kru
takanta ID.
Media
takanta didirikan dengan terpaksa. Kenapa di Kabupaten Situbondo tidak ada
media tentang sastra baik daring ataupun cetak, atau media yang fokus membahas
tentang literasi? Begitu banyak pula cerita-cerita yang perlu diangkat tentang
budaya, tradisi dan manusia-manusianya. Melalui diskusi-diskusi rutin salah
satunya ketika membahas buku Sang Pemula, setidaknya menjadi tambahan motivasi
serta referensi lain yang meyakinkan kami bahwa media yang seperti ini perlu
ada juga di Situbondo. Minimal sebagai media belajar, berkarya, untuk saling
menyemangati di kalangan sendiri.
Ada
pula alasan lain, karena sebagian para kru sering mengalami patah hati,
ditinggal kekasih, ditinggal rabi. Syeedih pokoknya. Tapi enak kok. Jadi, butuh
sesuatu yang perlu diungkapkan tentang kegelisahannya bukan hanya tentang
kenangan tapi juga tentang Situbondo khususnya, Indonesia pada umumnya.
Maka
ketika media ini hadir, rupanya dijalani dengan menderita. Sesekali pura-pura
bahagia. Para kru menyumbangkan materi, waktu, tenaga dengan urunan (swadaya).
Dan juga disertai modal semangat. Mungkin pelan-pelan dulu. Barangkali ke depan
bisa lebih baik lagi. Maka dari itu kami ucapkan terima kasih kepada para
penggiat di takanta.id. Semoga tidak ditinggal pergi lagi serta bisa naik haji.
Terima
kasih pula kepada kontributor yang turut membantu berkembangnya media ini,
semoga menjadi amal jariyah, bermanfaat, atau barangkali menginspirasi bagi
para pembaca. Sebab media ini masih belum bisa mengapresiasi para kontributor
baik dari Situbondo ataupun dari luar kota dengan reward apa pun. Maafkan!
Berikutnya
sepertinya akan ada tambahan redaktur dari salah satu penulis asal Situbondo,
namanya Alif Febriyantoro. Ia akan membantu mengurusi takanta. Sesuai tes, ia
diterima. Karena pertama dia sedang patah hati, belum ada pasangan. Jadi pas
banget mengurusi takanta dan gak sibuk ngurusi perasaan. Maka tugas pertama
ketika bergabung takanta ialah mengejar sosok kekasih. Biar semangat juga
ketika mengurusi takanta. Seandainya masih gagal maka kami akan bersyukur.
Terima
kasih buat teman-teman dari Situbondo yang banyak membantu perkembangan takanta
baik sewaktu jalan-jalan, menyumbang ide saat ngopi, berkegiatan bersama dll.
Ahmad Sufiatur Rahman, Marlutfi Yoandinas, Ahmad Zaidi, Alif Febri, Gusti
Trisno, Nanik P., Irwant, Wahyu, Yudik Wergiyanto, Raisa Izzaty, Baiq Chyntia,
Imam Sofyan, Uwan Urwan. Dan kawan komunitas di Situbondo; Komunitas Penulis
Muda Situbondo, Gerakan Situbondo Membaca, Situbondo Photography Ponsel (Si
Ponsel), Backpacker Situbondo, Kampung Langai Family, Situbondo Comic
Community, Situbondo Kreatif, Dinas Perpustakaan dan Arsip Situbondo, Slank
Fans Club Situbondo.
Tak
lupa pula buat kontributor; Achmad Muzakki Hasan, Achmad Nur, Adhi, Agus
Hiplunudin, Agus Yulianto, Ahmad Radhitya Alam, Ahmad Syauqil Ulum, Arian
Pangestu, Choirun Nisa Ulfa, Eko Setyawan, Estu Ismoyo Aji, Fahris A. W., Faris
Al Faisal, Fathur Rahman, Fatoni Prabowo Habibi, Febe TP, Feminisme, Ferry
Fansuri, Futihah Qudrotin, Haryo Pamungkas, Imam Suwandi, Indra Nasution, Ipul
Lestari, Irma Muzaiyaroh, Irwant, Joe Hasan, Kakanda Redi,  Ken Hanggara, Khairul Anam, Latif
Pungkasniar, Levana Azalika, M Ivan Aulia Rokhman, Mahfud RD, Mei Artanto,
Muhaimin, Muhammad Lutfi, Musthofa Zuhri, Nasrul M. Rizal, Nuriman N. Bayan,
Panakajaya Hidayatullah, Randy Hendrawanto, Ridha Aina T, Riepe, Riski Bintang
Venus, Rudi Santoso, Ruly R, Rumadi, Saifir Rohman, Sainur Rasyid, Sukartono,
Sutrisno, Syafri Arifuddin,  Tjahjono
Widarmanto, Toni Al-Munawwar, Wahyu Aves, 
Yudhianto Mazdean, Zainul Anshori.
Wacana
ke depan, mungkin fokus penerbitan, menikah, katanya juga membuat film pendek,
apa lagi ya? Isi sendiri deh.
Oh
ya ada yang lupa. Takanta berasal dari bahasa madura yang artinya tidak
sebenarnya, pada konteks tertentu bisa dikatakan bohong, fiksi, fiktif, tidak
benar, imajinasi-imajinasi yang tidak pernah terjadi.
Salam
Takanta
ID

Penulis


Comments

Satu tanggapan untuk “Setahun Takanta ID”

  1. semoga semakin ekspresif ….. maju terus takanta … !

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

fulitik

Ini Poin Utama Pertemuan Mas Rio dengan Menteri Koperasi

Cerpen Muhtadi ZL

Cerpen: Dengan Rasa

Ahmad Maghroby Rahman Puisi

Puisi: Di Stasiun Sebelum Peluit

Fendi Febri Purnama Puisi Madura

Puisi Madura: Petteng Calèmot Karya Fendi Febri Purnama

Aldi Rijansah Putra Alexong Cerpen

Cerpen: Di Langit, Sore Masih Jingga

Cahaya Fadillah Puisi

Puisi-puisi Cahaya Fadillah: Setelah Engkau Pergi

Ahmad Radhitya Alam Puisi

Puisi: Kopi Mawar

Apacapa Indra Andrianto

Merayakan Lebaran: Ada yang Hilang

Kriselda Dwi Ghisela Resensi

Resensi: Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam

Buku Indra Nasution Sastra Ulas

Ulasan dari Kisah Cinta Romeo dan Juliet

Penerbit

Buku: Negeri Keabadian

Cerpen Rahman Kamal

Cerpen : Tukang Sarang

Moret Taradita Yandira Laksmi

Cerpen Mored: Lukisan Kenangan

Puisi Yohan Fikri Mu’tashim

Puisi: Ruang Dimana Kita Bisa Abadi

fulitik

Kronologi Batalnya Debat Ketiga Pilbup Situbondo: Dugaan Sabotase dan Status Hukum Karna Suswandi Jadi Sorotan

Agus Hiplunudin Apacapa Esai

Merajut Kembali Keindonesiaan Kita Melalui Gotong Royong di Era Millennials

Buku Ulas

The Old Man and The Sea: Karya Sastra Yang Memukau

Puisi Zulhan Nurhathif

Puisi-puisi Zulhan Nurhathif: Tentang Saat Ini

M Ivan Aulia Rokhman Puisi

Puisi – Balada Sunyi

Apacapa Nanik Puji Astutik

Kenapa Tuhan Menciptakan Rindu?