Pendaki Fomo, Peluang atau Ancaman?

Aktivitas mendaki gunung melonjak pesat, bukan lagi sekedar hobi bagi pecinta alam. APGI (Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia) Rahman Mukhlis menyebut bahwa , minat wisata naik gunung di Indonesia meningkat tiga kali lipat pada 2024. Menurut pengamatan FMI (Federasi Mountaineering Indonesia)  terdapat dua jenis pendaki di gunung sekarang. Pendaki yang dilakukan oleh para  pecinta alam dan pendakian yang dilakukan oleh wisatawan. Kedua jenis pendaki itu terus bertambah jumlahnya. Hal tersebut bisa terjadi dikarenakan di era media sosial dan gaya hidup sehat, naik gunung menjadi trend popular di kalangan anak muda Indonesia. Maka dari itu muncullah fenomena FOMO (Fear of Missing Out) Perasaan cemas atau takut ketinggalan pengalaman menarik, acara, atau tren terbaru yang sedang terjadi di sekitar kita, seringkali dipicu oleh media sosial yang membuat banyak pendaki pemula nekat naik gunung tanpa persiapan memadai, memicu kekhawatiran mengenai keselamatan dan etika pendakian.

Fenomena FOMO ini bisa terjadi dikarenakan mendaki mempunyai daya tarik tersendiri berupa keindahan alamnya, foto-foto di puncak gunung, pemandangan terbit dan tenggelamnya matahari, suasana hutan lindung yang asri, ketenangan yang tidak bisa dirasakaan oleh ramainya penduduk di perkotaan, udara yang bersih dan sejuk, menjadi dorongan orang untuk ikut mendaki, meski tanpa pengalaman atau pengetahuan dasar tentang survival dan berbagai resiko yang bisa saja terjadi. Fenomena pendaki FOMO bisa berujung peluang, jika pendaki melakukan riset gunung yang hendak di daki, persiapan yang matang, serta kesanggupan dari pendaki itu sendiri. Melesatnya teknologi di era digital memudahkan pendaki untuk riset terlebih dahulu gunung yang hendak didaki, bisa dilihat melalui platform media sosial seperti TikTok mengenai review gunung serta penjelasan dari para influencer yang sudah berpengalaman dan professional melakukan pendakian, selain aplikasi TikTok, banyak platfrom digital lain seperti Instagram dan Youtube.

Para influencer tersebut juga banyak merekomendasikan gunung apa saja yang tepat dan cocok untuk pendaki pemula. Pendaki pemula bisa mendaki gunung-gunung yang dianggap “landai” atau tidak terlalu curam. Selain melakukan riset, pendaki juga sangat perlu adanya persiapan yang matang, bukan hanya kekuatan fisik yang harus ditingkatkan sebelum melakukan pendakian, namun apa saja yang harus dibawa dan dipersiapkan untuk melakukan pendakian, seperti logistik, P3K atau obat-obatan, jas hujan, serta atribut yang memadai untuk mendaki. Pendaki juga harus faham dan mengantisipasi hal-hal yang bisa saja terjadi saat melakukan pendakian. Faktanya banyak kasus terjadi seperti kelelahan, hipotermia, serta tak jarang juga orang hilang atau tersesat saat proses pendakian.

 Selain dua hal tersebut kita juga harus tau ke sanggup atau tidaknya diri sendiri dalam mendaki gunung. Bukan hanya melihat orang lain namun harus memperhatikan kondisi apakah tubuh sedang dalam kondisi prima atau tidak. Selain dari tubuh, kondisi cuaca juga termasuk hal yang sangat penting diperhatikan, mengingat kita tidak bisa memprediksi cuaca secara pasti.  Maka dari itu jika hal-hal tersebut bisa diperhatikan betul untuk melakukan pendakian, Mendaki gunung bisa menjadi peluang atau hal positif yang bisa dilakukan. Dikutip dari Kompas.com pada berita “5 Manfaat naik gunung, tak Cuma bikin badan bugar” manfaat yang bisa dirasakan ketika naik gunung ialah, mengurangi resiko penyakit jantung, meningkatkan keseimbangan dan koordinasi, meningkatkan mood, melatih diri agar tidak mudah menyerah, memberi rasa bangga.

 Bukan hanya perasaan emosional yang bisa meningkat jika naik gunung, namun naik gunung sendiri memberikan pengaruh bagi kesehatan, seperti yang dikatakan Angga Andika Saputra, mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) Universitas Negeri Malang (UM) yang telah menggeluti hobi ini dari SMP “Kontraksi otot besar di kaki, paha, dan bokong saat mendaki secara sinergis meningkatkan sirkulasi darah, manfaatnya lebih dari sekedar Kesehatan jantung. Pendakian rutin membakar kalori signifikan, membantu menjaga berat badan ideal dan mengurangi resiko obesitas serta penyakit terkait.” Bukan hanya itu, mendaki gunung juga bisa meningkatkan stamina, ketahanan, serta mental pendaki. Seperti yang kita ketahui, dalam melakukan aktivitas pendakian bukan hanya kesehatan secara fisik yang kita rasakan namun mental pun juga ikut berperan.

 Aktivitas mendaki akan lebih seru, menyenangkan, dan aman jika dilakukan bersama teman, keluarga ataupun pasangan yang mengerti sifat, sikap perilaku kita seperti apa. Maka dari itu sebaiknyauntuk pemula  pergi mendaki dengan partner yang memang kita kenal baik. Sebaliknya jika hal-hal  tersebut tidak diperhatikan dengan betul, maka bisa jadi ancaman sendiri bagi pendaki. Selain itu, pendaki juga harus memperhatikan dan mematuhi tata tertib yang diberlakukan oleh pihak penanggung jawab gunung. Tata tertib yang sering kita jumpai adalah mengenai pentingnya menjaga kelestarian kawasan jalur pendakian dengan tidak membuang sampah sembarangan, membawa pulang sampah, tidak menyalakan api sembarangan, dan banyak peraturan peraturan yang harus di taati demi menjaga keamanan, kenyamanan bersama.

Penulis

  • Loisa Adoni

    Loisa Adoni Putri mahasiswa aktif Universitas Islam Raden Mas Said Surakarta Program studi Tradis Bahasa Indonesia Fakultas Adab dan Bahasa. Berusia 20 tahun dan bertempat tinggal di Pabelan, kartasura. Ia suka menanyakan berbagai hal yang ia temui dalam kesehariannya dan ingin menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya untuk mendapatkan ilmu sebanyak-banyaknya. Penulis selalu berharap bisa mengembangkan kemampuannya dalam bidang kepenulisan dan bisa bermanfaat bagi banyak orang.


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Buku Thomas Utomo Ulas

Teka-Teki Tenis, Sosok Misterius, dan Cinta Berlarat

Cerpen Eko Setyawan

Cerpen – Ada Sesuatu yang Telah Dicuri dari Tubuhku, Entah yang Mana

Apacapa fulitik ricky

Salah Kaprah Gelora Bung Karna

Apacapa Marlutfi Yoandinas

Pertunjukan Teater, Setelah Sekian Lama

Apacapa Nanik Puji Astutik

Mencari Teman Hidup

Fendi Febri Purnama Puisi Madura

Puisi Madura: Pètto Bellâs

Buku Indra Nasution Ulas

Tiga Sosok Perempuan Nabi

Baiq Cynthia Prosa Mini

Cinta Bilik Hati

Apacapa Esai Rahman Kamal

Dik, Mengapa Kau Tak Mau Menemaniku ke Kampung Langai Malam Itu?

Cerpen Heru Mulyanto

Cerpen: Pertemuan

Apacapa Imam Sofyan

Melihat Masa Depan Situbondo dari Lomba Flashmob Panarukan

Apacapa

Gen Z Situbondo, Jangan Dulu Pergi

Apacapa Marlutfi Yoandinas

Situbondo Makin Dingin Akhir-Akhir Ini, Tapi Tidak Bagi Imron

Apacapa Esai Madura Syaif Zhibond

Esai Madhura: Nyabe’ Angin

Mohammad Latif Puisi

Puisi: Suatu Sore

Cerpen M Firdaus Rahmatullah

Cerpen: Enam Cerita tentang Kenangan

Agus Hiplunudin Buku Feminis Ulas

Ulas Buku – Politik Gender karya Agus Hiplunudin

Apacapa

Mas Rio Buronan: Dari Wano Menuju Situbondo

Apacapa Permata Kamila Situbondo

Arebba: Mendoakan Para Leluhur

Apacapa

Literasi Digital Bagi Generasi Z