Abâli Polè Ka Kampung Langai

Oleh : Marlutfi Yoandinas*

‘Kembali
Lagi Ke Kampung Langai’ adalah tema pertunjukan Festival Kampung Langai ke-7.
Penyelenggaraannya tetap 2 hari, Jumat malam Sabtu dan Sabtu malam Minggu,
tanggal 7-8 Oktober 2022.

Festival
Kampung Langai sempat tidak terselenggara selama 2 tahun karena pandemi
Covid-19. Seharusnya saat ini sudah penyelenggaraan yang ke-9.

Meski
sempat terhenti, ternyata tak menyurutkan semangat teman-teman Komunitas
Kampung Langai untuk kembali menyelenggarakan festival. Saya, yang selama ini
cukup mengenal teman-teman Langai, merasakan semangat mereka masih ada dan
tumbuh.

Selama
2 bulan ini, saat proses persiapan menuju festival, ada beberapa teman yang
mengaku bahwa persiapan di tahun ini tidaklah sesusah tahun-tahun sebelumnya.
Hal itu menunjukkan bahwa teman-teman Langai benar-benar belajar dari
pengalaman sebelumnya.

Setidaknya,
ada 7 hal yang saya amati dari proses teman-teman Langai, mengenai alasan
mereka menyelenggarakan Festival ke-7 dengan tema Abeli Pole Ka Kampung Langai.

Pertama,
teman-teman Langai menyimpan rasa cinta pada masa lalunya di Kampung Langai.
Ketika dulu masih awal-awal belajar berproses. Sampai akhirnya menemukan hal
baik dari proses yang dilaluinya. Sehingga memicu rindu dalam sanubari mereka
tentang betapa asiknya proses itu.

Kedua,
teman-teman Langai sudah lekat dengan suasana lingkungan di Kampung Langai.
Sudah mengetahui sendiri keramahan warga, yang memberi keleluasaan dan
kesempatan pada teman-teman saat berproses di sana. Ada penerimaan dari warga
pada teman-teman komunitas, yang sebagian besar bukan berasal dari Kampung
Langai, menjadi suatu hal yang patut diapresiasi setinggi-tingginya.

Ketiga,
nama Langai mudah diucapkan dan diingat. Sehingga muncul kesan keren saat
dijadikan nama Komunitas Kampung Langai sebagai identitas teman-teman.

Keempat,
selama proses dan berkarya di Kampung Langai, muncul satu karakter yang
mengikat hubungan antar teman, yakni teman bantu teman. Membiasakan mengambil
peran bukan keuntungan, apalagi untuk kepentingan kuasa semata.

Kelima,
di Komunitas Kampung Langai jejaring pertemanan adalah modal sosial untuk
menghasilkan suatu karya, tempat berbagi cerita, saling belajar, dan menguji
karya.

Keenam,
di Komunitas Kampung Langai lebih menonjolkan sikap apresiatif. Siapa yang
berkarya, maka merekalah yang layak untuk diberi panggung.

Ketujuh,
ada semacam kebutuhan bersama di antara teman-teman Komunitas Kampung Langai
untuk terus mengembangkan lingkungan dengan ekosistem kreatif yang baik dan
sehat.

Itulah
kira-kira yang saya ketahui tentang pelaksanaan Festival Kampung Langai ke-7
ini.

Menurut
saya, ini bukan sekadar kembali pada kenangan, tapi ini tentang masa depan. []

 

 

*) Penggiat Budaya Situbondo

Penulis


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Prosa Mini

Cerita: Ikan Asap

M Lubis Cadiawan Mored Moret

Cinta Tak Pernah Ada Batas

Apacapa Rahman Kamal

Cerpen: Kunang-kunang di Atas Perahu

M.Z. Billal Puisi

Puisi: Sejarah Maaf

Apacapa Baiq Cynthia Wisata Situbondo

Panasnya Kota Situbondo dan Kerinduan Pangeran Kesepian

Apacapa Moh. Imron

Jejak Kenangan di Festival Argopuro (Bagian satu)

dinda ayu lestari Mored Moret

Cerpen Mored: Prahara Ojung

apokpak Esai N. Fata

Timpangnya Demokrasi Tanpa Oposisi

Apacapa Syaif Zhibond takanta

Takanta Para’ Ongghuen

Moret Taradita Yandira Laksmi

Cerpen Mored: Lukisan Kenangan

Apacapa

Lebaran dan Dua Kepergian

Joe Hasan Puisi

Puisi: Kisah dalam Buku dan Puisi Lainnya

Apacapa

Situbondo Kota Sederhana: Menuju Kota Istimewa

Buku Thomas Utomo Ulas

Ulas Buku: Perlawanan Terhadap Eksploitasi Anak

Ahmad Zaidi Cerpen

Kematian Bagi Kenangan

apokpak Esai N. Fata

Apa Kabar Situbondo?

Apacapa Esai

Merawat Spiritualitas, Menghidupkan Politik Kebudayaan: Catatan Seorang Anak Muda untuk Mas Rio

Daffa Randai Puisi

Bekal Kepulangan dan Puisi Lainnya Karya Daffa Randai

Uncategorized

Lomba Menulis Cerpen Tema Air Mata

Cerpen takanta Wilda Zakiyah

Cerpen: Gerimis Kedua