Ketika Obat Jadi Alat Persekongkolan Menkes, Dokter, dan Pengusaha


Oleh Syaif
Zhibond Matregi* 

Pemerintah melalui Menteri kesehatan, dokter dan
pengusaha bersekongkol untuk melancarkan bisnis farmasi. Bisnis tersebut
dijalankan oleh seorang pengusaha besar. Peran pemerintah memastikan bisnis
tersebut berpayung hukum sehingga dibuatlah regulasi bahwa masyarakat wajib
memakai obat yang diproduksi oleh perusahaan tersebut. Jika ada rakyat yang
tidak mengikuti aturan pemerintah atau menghalang-halangi, maka akan diberikan
sanksi oleh polisi bahkan bisa dijebloskan ke penjara.

Rakyat yang sangat awam tentang kesehatan, tidak
bisa berbuat apa-apa. Saat mereka sakit yang bisa dilakukan hanyalah mencari
obat yang dapat menyembuhkan penyakitnya, tanpa perlu tahu apakah obat yang ia
konsumsi dapat menyembuhkan ataukah malah membuatnya tambah sakit.

Masyarakat tidak punya ilmunya. Jikapun ada obat
yang ditemukan oleh masyarakat  namun tidak melalui tes uji coba di
laboratorium, maka  itu dianggap sebagai obat ilegal. Pemilik
otoritas yang wajib dipatuhi hanyalah perusahaan yang telah memenuhi standar
prosedur yang dibuat oleh pemerintah.

Pun dokter yang memberikan resep obat yang ada di
rumah sakit atau puskesmas,  tidak mengetahui secara detail apa saja
komposisi dari obat yang diberikan kepada pasiennya. Karena tidak semua dokter
memahami komposisi obat secara detail. Yang dokter ketahui hanyalah obat yang
sudah jadi dan dalam kemasan yang sudah disediakan secara rapi oleh perusahaan
farmasi.

Masyarakat dan para dokter tidak tahu bahwa salah
satu bahan yang digunakan oleh perusahaan farmasi produsen obat yang ia gunakan
berasal dari organ tubuh anak-anak yang diculik oleh para penjahat. Organ tubuh
anak-anak dan bayi yang diculik oleh penjahat kemudian dijual kepada seorang
ilmuwan untuk dijadikan bahan percobaan.

Dari hasil percobaan itu dibuatlah obat untuk mengobati
penyakit yang diderita oleh masyarakat. Meski, tingkat kesembuhan saat
mengonsumsi obat tersebut belum pasti, melalui desakan pengusaha farmasi,
pemerintah dipaksa untuk menggunakan obat tersebut. Harganya pun harus
mengikuti ketentuan yang sudah dipatok oleh Bos Perusahaan tersebut.

Salah seorang dokter yang menjadi tim uji coba
pembuatan obat yang bahannya dari organ anak kecil tersebut merasa apa yang
diperbuatnya merupakan dosa besar. Ia ingin mengungkap kejahatan yang dilakukan
oleh perusahaannya  kepada aparat penegak hukum.

Bukti bukti kejahatannya sudah ia kumpulkan. Mulai
dari rekaman proses produksi, dokumen eksperimen ilegalnya, foto foto organ
bayi dan bukti pendukung lainnya.. Namun, rencana tindakannya tersebut
diketahui oleh dokter lain yang setia pada  Bos Perusahaan.

Anak buah bos itu melapor kepada bosnya. Akhirnya,
anak dari dokter itu diculik kemudian disandera. Jika suatu ketika informasi
yang ada di perusahaan nya bocor, maka tidak segan-segan anaknya akan dijadikan
bahan percobaan di perusahaan tersebut.

Secara terpaksa, dokter tersebut memilih untuk diam
dan tetap bekerja demi menyelamatkan anaknya yang disandera oleh anak buah Bos
Perusahaan.

Pernah juga suatu ketika salah seorang pemangku
kebijakan di pemerintah ingin menolak permintaan Bos perusahaan. Bos perusahaan
merasa terancam posisinya. Namun bukan Bos besar namanya jika tidak punya cara.
Ia memiliki rekaman video pejabat tersebut bersama seorang model di salah satu
hotel ternama.

Ia katakan kepada pejabat itu, jika keinginan bos
pengusaha itu tidak dipenuhi, maka video tersebut akan disebar luaskan kepada
khalayak umum. Tentu, reputasi pejabat itu akan hancur. Bahkan akan dipenjara
bertahun-tahun.

Mendengar ancaman itu, pejabat tersebut menjadi
takut . Kebijakannya pun dengan terpaksa harus dibuat untuk melanggengkan kuasa
dari Bos Pengusaha.

Persekongkolan menteri kesehatan, dokter dan para
pengusaha telah banyak memakan korban jiwa. Setiap orang yang menentang, akan
dibunuh secara sadis oleh para anak buah pengusaha yang tersebar di mana-mana.

          
               
               
           
          
          ***

Mbok ya jangan serius-serius amat bacanya. Itu
hanya ulasan singkat cerita dalam film Thani Oruvan. Film garapan Mohan Raja,
seorang sutradara dan penulis cerita asal India itu. Kalau kamu ingin menonton
lebih lengkap film tersebut, buka segera di youtube atau link
film India kesayangan Anda.

Semoga cerita dalam film tersebut hanya terjadi di
dunia perfilman. Kalau di dunia nyata beneran terjadi, wah, hati-hati deh
kalian dalam menentukan sikap memilih jenis obat untuk menyembuhkan penyakit.
Karena kita semua sangat awam dalam dunia farmasi.

Waspadalah… waspadalah!

________ 

*) Penulis merupakan seorang suami yang menantikan kelahiran anak
pertamanya.

Penulis


Comments

2 tanggapan untuk “Ketika Obat Jadi Alat Persekongkolan Menkes, Dokter, dan Pengusaha”

  1. lanjout pak bro !!!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Apacapa Marlutfi Yoandinas

Terima Kasih Situbondo

Apacapa Marlutfi Yoandinas

Teman Saya yang Sudah Menjadi Ayah

Ahmad Maghroby Rahman Apacapa

Sebuah Refleksi Pengalaman: Pagi Bening dan Engko’ Reng Madhurâ

Choirun Nisa Ulfa Prosa Mini

Prosa Mini – Irama Kematian

Moh. Imron Puisi

Langai; Selimut Duri

Puisi Servasius Hayon

Puisi: Minggu Pagi di Ruang Depan

Fendi Febri Purnama Puisi Madura

Puisi Madura: Petteng Calèmot Karya Fendi Febri Purnama

Apacapa Marlutfi Yoandinas

Percakapan Iwoh dan Saydi

Catatan Perjalanan Ngaleleng Nur Faizah Wisata Situbondo

Gunung Panceng Adventure

Ahmad Radhitya Alam Puisi

Puisi: Kopi Mawar

Muhammad Lutfi Puisi

Di Bangku Daun dan Puisi Lainnya Karya Muhammad Lutfi

Apacapa Uwan Urwan Wisata Situbondo

Bukit Pecaron

Ibna Asnawi Puisi

Kesedihan Nahela dan Puisi Lainnya Karya Ibna Asnawi

Mored Moret Nur Akidahtul Jhannah Puisi

Puisi Mored: Bunga Perkasa dan Puisi Lainnya

Cerpen Uwan Urwan

Cerpen Seratus Perak

Apacapa Literasi Syaif Zhibond

Bahagia Literasi : Teruslah Mencari

Apacapa M. Indra Kusumayudha S.H.

Optimisme Penegakan Hukum di Tengah Resesi Ekonomi dan Pandemi Global

Cahaya Fadillah Puisi

Puisi-puisi Cahaya Fadillah: Setelah Engkau Pergi

Apacapa Syarafina Khanza Digananda

Begini Serunya Training of Trainer (ToT) Menulis Cerpen

Buku Toni Al-Munawwar Ulas

Bahaya Dengki dan Solusinya