Puisi: Ibu Tani dan Puisi Lainnya

Puisi-puisi Nila Afila


IBU
TANI

 

Hari ini hujan
menyapa

Hingga waktu
menjelang senja

Membawa kenangan
tentang iba

Mengingatkan kisah
pada suatu masa

Masa ketika aku
masih remaja

 

Kala itu kulihat
lorong dari dalam surau

Tak ada satu
kendaraan yang berlalu lalang

Hanya ibu-ibu tani
yang tengah bersenda gurau

Saat mereka berjalan
pulang dari ladang

 

Senyum yang merekah
diwajah mereka

Mengundang gemuruh
dalam jiwa

Hingga membuatku
mulai bertanya

Penyebab mereka
sangat bahagia

 

Ibu tani…

Sosok yang tak
memiliki apa-apa

Selain upah harian
yang diterimanya

Entah bagaimana
bahagia mendatanginya

Saat yang kaya
selalu khawatir akan hartanya

 

Ibu tani…

Senyummu itu seperti
sindiran untukku

Untuk anak yang
merasa kurang akan sesuatu

Juga tak pernah
bersyukur atas apa yang menjadi milikku

 

Walau hari-hari
berat terus mendatangimu

Tetaplah tersenyum
ibu

 

 

 

AKHIR

 

Aku menggenapinya
Sebuah kisah tentang rasa
Sehingga aku dapat mengakhirinya
Sebuah kisah tentang hal yang kusebut cinta

“Apakah cerita itu benar-benar telah berakhir?”

Bagaimana aku mengungkapkannya
Bersama syair dalam bait-bait sastra
Untaian kalimat yang enggan bersuara

Di tengah kegaduhan dan sesaknya dunia
Dalam buku usang yang masih terbuka
Aku ingin memulai sebuah cerita
Cerita tentang aku tanpa cinta

 

 

 

ANONIM

 

Aku merindukanmu

Yang tak sengaja kusapa
dalam semu

 

Aku merindukanmu

Yang aku dekati
tanpa ragu

 

Aku merindukanmu

Yang bahkan ku tak
tau siapa dirimu

 

Kamu…

Seseorang yang ku
ingin tahu meski hanya namamu

Seseorang dengan
semua keacuhan dalam dirimu

Seseorang yang
menatapku dengan sendu

 

Aku melihatmu 10
tahun lalu

Saat aku bahkan tak
tau apa itu rindu

Hingga aku berlalu
tanpa ingatan tentang dirimu

 

Ketika waktu berlalu
begitu saja

Dan dirimu yang
belum kukenal siapa

Entah bagaimana
mendatangiku sambil berkata

­“menikahlah
denganku dan berbahagia”

 

Bagaimana aku tidak
jatuh cinta padamu

Saat hanya ada aku
dalam hatimu

Sejak saat itu…

 

 

 

SEBUAH
ALASAN

 

“Sayangnya, aku tak memiliki alasan…”

Aku tidak menulis kemarin
Hari inipun masih seperti itu
Yang ku lakukan hanya merangkai
Potongan puisi tentang sosokku yang hilang

Aku mengosongkan diriku dengan rasa
Seperti menumpahkan air dalam bejana
Lalu mengisinya dengan udara tanpa warna
Tanpa ku sadari ia telah terisi sepenuhnya
Dengan sesuatu yang mereka sebut dengan cinta

Suatu waktu masa bahagiaku bertanya
Kamu, apakah baik-baik saja?

Apakah benar aku baik-baik saja?
Bagaimana bisa aku mencintaimu seperti ini
Mengesuaikan diriku denganmu
Lalu kehilangan sosokku yang berharga

Mereka berkata bahwa aku memiliki alasan
Namun sayangnya aku tidak memilikinya
Aku hanya mencintaimu dengan cinta biasa
Dalam wujud yang tak terdefinisi dengan kata

 

 

 

Penulis:

Nila Afila, berasal
dari Situbondo.

Sumber Gambar: <a href=”https://www.freepik.com/photos/vintage”>Vintage photo created by jcomp – www.freepik.com</a>

Penulis


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Dani Alifian Puisi Sastra

Puisi: Tamadun Semu Karya Dani Alifian

Dhafir Abdullah Puisi Syi’ir

Muharrom sè Moljâ

Apacapa Rully Efendi

Mas Rio-Mbak Ulfi; Calon Pemimpin Situbondo yang Anti Mainstream

Apacapa

Begitulah Moh. Imron

Kampung Langai

Free Download Buletin Festival Kampung Langai

alif diska Mored Moret

Puisi Mored: Sepotong Puisi untuk Bunda dan Puisi Lainnya

Agus Hiplunudin Apacapa Feminis

Instagram, Lesbian dan Kebebasan Seksualitas

Cerpen Layla Shallma Putri Pracia

Cerpen: Di Bawah Langit Biru

Tips/Trik

Sabun Mandi Bisa Membuat Kulit Kering, Fakta atau Mitos?

Apacapa

Produktivitas dan Dua Kawan

Penerbit

Hai Situbondo

ebook

ebook: Lorong Derita

Buku Fara Firzafalupi Ma’rufah Resensi Ulas

Resensi: Ikhlaskan Lepaskan Perjuangkan

Apresiasi Ridha Aina T

Musik Puisi – Sepi dan Emosi

Apacapa

Agus Rajana: Selamat Jalan Pendekar Musik Madura

Apacapa Marlutfi Yoandinas

Eeufemisme: Antara Maling dan yang Kurang Maling

Apacapa Politik Sainur Rasyid

Pilkada Situbondo: Kamu Pilih Siapa, Bro?

Puisi Syafri Arifuddin

Puisi – Ubi Amor Ibi Dolor

Buku Putri Oktaviani Resensi Ulas

Resensi: The Murder At Shijinso

Apacapa Esai Faidul Irfani Politik

Milenial Cerdas, untuk Pilkada Berkualitas