Mudik Sastra

hdqwalls.com

Senin
pagi, bersama istri, kami berdua akan melakukan perjalanan yang sudah kami
rencanakan berbulan-bulan. Perjalanan yang sudah empat tahun lamanya tidak kami
rasakan sebagaimana orang muslim yang merantau rasakan : mudik. Tak ada
oleh-oleh apapun yang kami bawa untuk sanak saudara dan handai tolan. Kami
berdua hanya membawa penghargaan bahwa kami melebihi Bang Toyyib yang hanya
sanggup tiga kali puasa tiga kali lebaran. Kami lebih dari itu. Empat kali
puasa dan empat kali lebaran.
Suasana
hari raya idul fitri dan berkumpul bersama keluarga adalah tujuan mudik para
rantau. Dilanjutkan dengan ziarah ke makam orang-orang tua yang lebih dulu
meninggalkan kita menambah suasana menjadi haru biru. Tapi tidak cukup itu saja
bagi saya. Mudik saat ini adalah perjalanan sastra. Itu karena ada beberapa
buku sastra yang hendak saya baca di kampung halaman nanti. Cantik Itu Luka,
Lelaki Harimau karya Eka Kurniawan, Negeri Kabut Seno Gumira Ajidarma, Maukah
Kau Menghapus Bekas Bibirnya Di Bibirku Dengan Bibirmu Hamsad Rangkuti dan
terakhir Bayang Baur Sejarah Aulia A.Muhammad.
Kami
berdua sepakat berangkat 08.00. Sebelum itu, sedari subuh saya sedang membaca
buku Cantik Itu Luka. Belum tuntas tapi saya niatkan sehari setelah berada di
kampung halaman saya lahap habis. Itu karena rasa penasaran saya terhadap kisah
Dewi Ayu tokoh yang diangkat Eka Kurniawan. Dengan menggunakan latar belakang
sejarah pra kemerdekaan Indonesia, Eka menguliti kisah hidup Dewi Ayu yang
menjadi pekerja seks dibawah naungan Mama Kalong dari penjajahan Jepang sampai
Belanda.
Soekarno
sendiri, dalam pengakuannya di Buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat pernah
mengatakan Bahwa PNI (Partai Nasional Indonesia) memiliki 670 anggota pekerja
seks. “Pelacur adalah mata-mata paling baik di dunia,” akunya
Soekarno dalam buku tersebut. Selain dengan materi yang disumbangkan, pekerja
seks dibawah kendali Soekarno rela mengorbankan hasrat seksualnya kepada
tentara Jepang yang ada waktu itu nafsu iblisnya memuncak dan membutuhkan
pelampiasan. Tentu saja Soekarno mengorbankan kupu-kupu malam tersebut
dibanding wanita-wanita yang masih perawan. Tindakan-tindakan Soekarno
mempekerjakan pekerja seks di organisasi PNI membuat banyak kalangan
mengecamnya. Salah satunya adalah Ali Sastroamidjojo.
Saat
saya menaiki bis Akas, saya membuat status via wasap. “Membaca Cantik Itu
Luka dalam kondisi berpuasa benar-benar menyebalkan.” Beberapa detik
kemudian Zaidi mengomentari status saya tersebut.
 “Ngacengan,” kata Zaidi.
Komentar
Zaidi menjadi penanda bahwa ia sudah membaca buku Eka. Sayangnya di dalam bis
saya tidak melanjutkan membaca buku Cantik Itu Luka. Karena bagi saya pribadi
membaca buku Eka ataupun buku sastra lainnya membutuhkan ketenangan jiwa agar
imajinasi berjalan maksimal. Bukan apa-apa, perjalanan Situbondo-Banyuwangi
kurang enak diresapi. Terlalu banyak gelombang “ombak” air laut.
Terlebih saat bis melewati Alas Jati. Selain “ombak” air laut,
kemacetan karena ada beberapa kendaraan dengan muatan berat mengalami kerusakan
membuat perjalanan terganggu. Saat kendaraan rusak di Alas Jati biasanya akan
ada orang yang dengan topinya menyodorkan ke pengendara-pengendara alat
transportasi. Berharap agar pengendara lain rela merogoh koceknya. Sempat
terpikir untuk membuat cerpen tentang orang-orang ini. Seketika saya hilangkan.
Karena saya yakin saya tak mempunyai kesempatan untuk menulisnya.
Pertanyaan-pertanyaan mengenai hal tersebut seperti, apakah kerusakan pada
kendaraan truck-truck besar adalah musibah atau ada unsur kesengajaan, dari
mana orang-orang yang menyodorkan topi ke pengendara transportasi berasal dan
pertanyaan lainnya saya hilangkan.
Hingga
dalam perjalanan Situbondo-Denpasar saya memutuskan untuk membaca Bayang Baur
Sejarah. Sebuah buku yang mengulas biografi singkat penulis-penulis besar
dunia. Tentu saja tidak ada Denny JA di dalamnya. Yang menarik saya saat
pembahasan tokoh penulis yang diakui kesusastraan dunia yaitu Jules Verne.
Verne lahir di Nantes, Prancis. Ayahnya yang berprofesi pengacara berniat
menjadikan Verne mengikuti jejaknya. Sayangnya keinginan ayahnya bertolak
belakang dengan keinginan Verne. Verne lebih menginginkan untuk menjadi
petualang di laut.
Ayahnya
tetap keukeuh untuk menjadikan Verne menjadi pengacara dan mengirimnya ke
Prancis. Di Prancis Verne justru berkenalan dengan seniman top Alexander Dumas.
Lain dari itu Verne nyambi jadi penulis cerita komedi, pekerja teater dan
menjadi penyair di siang hari. Malamnya Verne menghabiskan waktunya di
Perpustakaan Nasional Prancis.
Pada
umur 34 Verne membuat karya yang memuat tentang balon udara. Sebuah buku yang
ditolak selama 15 kali oleh penerbit buku. Konon buku ini menjadi jawaban
sebelum pesawat balon udara dibuat oleh Zeppelin, Verne lebih dulu menulisnya
lewat buku perdananya. Lewat karya-karya fiksi (novel) Verne menjadi tonggak
bagi penemu selanjutnya. Verne pula yang menemukan bom atom sebelum Eisntein.
Mengangankan helikopter dan dan pesawat terbang sebelum ditemukan oleh Wright
brothers. Berbagai benda sintetis telah ia temukan dan disalurkan lewat
karya-karya fiksi. Keahliannya dalam bidang geografi dan tulis menulis
mentahbiskan Verne menjadi Bapak Fiksi Ilmiah.
Bahkan
peraih nobel bidang kedokteran tahun 1962 yang menemukan struktur Dioxyribosa
Nucleic Acid (DNA), J.D.Watson mengakui secara jujur bahwa imajinasi Jules
Verne dalam novel-novelnya membuat ia yakin masih ada sesuatu yang menjanjikan
bagi kehidupan masa depan.
Watson
secara tegas mengatakan “imajinasilah yang membentuk masa depan kita.
Imajinasi yang menuntun kita untuk maju. Tanpa ada bimbingan imajinasi, kita
terus berada di zaman batu.”
“Terminal
Ubung terakhir,” kata kondektur. Kontan saya turun dan mencari ojek
online. Saya ingin cepat sampai rumah lalu tidur melepas penat. Sebuah
perjalanan yang tak hanya menguras tenaga, tapi juga otak. Dan tragis, bukan
istirahat yang saya dapat usai berada di rumah, melainkan todongan M.B. Al
Bashish meminta baju lebaran. Hari ini juga. []
Biodata Penulis
Imam
Sufyan aktivis Gerakan Situbondo Membaca.

Penulis


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ahmad Syauqil Ulum Puisi

Puisi – Nostalgia Bangunan Tua karya Ahmad Syauqil Ulum

Alex Buku Ulas

Membaca Dawuk : Kisah Kelabu Dari Rumbuk Randu

Dani Alifian Puisi

Puisi : Hujan di Tubuh Seorang Perempuan Karya Dani Alifian

Madura Syi’ir Totor

Si’ir Sang Nabbhi

Apacapa Qunita Fatina

Analisi: Puisi Aku Ingin Karya Sapardi Djoko Damono

Dhafir Abdullah Puisi Syi’ir Totor

Syi’iran Madura: Caretana Ajjhi Saleh

Apacapa Fendi Febri Purnama

Kolong Situbondo: Ada yang Beda pada Diksi Bahasa Madura di Situbondo #1

Firmansyah Evangelia Puisi

Puisi: Madilog Sepi

Amaliya Khamdanah Buku Resensi Ulas

Resensi: Melintasi Zaman di Kudus Melalui Novel Sang Raja

Buku Monique Clariza Resensi Ulas

Resensi: Jejak Kelahiran Manusia Lewat Adaptasi Grafis

Alex Apacapa

Sebuah Kado di Hari Pernikahanmu

Agus Hiplunudin Cerpen

Cerpen: Perempuan Capung Merah Marun

Cerpen Kiki Sulistiyo

Cerpen: Batu Bolemeta

Ahmad Zaidi Apacapa

Sebuah Perjalanan : Tentang Kayumas Bersastra

Advertorial

Cara Cepat dan Mudah Agar Pakaian Tetap Harum Sepanjang Hari

Cerpen Moh. Imron

Cerpen Manuk Puter

Apacapa Dwi Mustika

Mengangkat Adat Istiadat Nenek Moyang: Keunikan Jogo Tonggo di Temanggung

Apacapa Moh. Imron

Tellasan dan Ngojhungi

Apacapa Madura Syaif Zhibond

Randhâ Ngalesser

Resensi Ulas

Tanah Surga Merah: Menikmati Kritikan yang Bertebaran