Kategori: Agus Hiplunudin
-
Cerpen: Janda
1 Pada sebuah dini hari yang kelam di malam Jumat, seorang perempuan menangis tersedan, sebab ketika ia terbangun hendak membuang hajat, dan karena takut berjalan sendirian, lalu ia mengguncang-guncang tubuh suaminya hendak minta diantar. Namun, yang dibangunkan tak bangun-bangun, dan ternyata suaminya itu telah tak bernapas, nyawanya telah pergi meninggalkan badannya, dan perempuan itu menjadi…
-
Cerpen: Deja Vu
Oleh: Agus Hiplunudin Tatapan pasang mata sendunya dipancangkan ke luar. Di balik tirai kamar, ia memperhatikan sekitaran halaman rumah, seolah ia berkeinginan untuk menerjang hujan yang menderas menyerupai paku-paku air yang jatuh dari langit yakni hujan yang membasahi setiap sudut kota itu. Hujan yang dapat menghapus semua bekas jejak langkah telapak kaki manusia, saat mereka…
-
Rahasia Hidup Bahagia Ala-Kaum Stoik
pixabay Oleh: Agus Hiplunudin Pada abad ke 3 SM dunia diliputi perang, kekacauan, kelaparan terjadi dimana-mana dan dunia bersimbah darah. Aliran filsafat Stoikisme muncul; menawarkan konsep tentang; bagaimana seharusnya manusia menjalani hidup—di tengah dunia yang kacau. Namun, gejolak dunia tidak pernah berhenti, sehingga konsep Stosisme masih relevan untuk merespons dunia hingga hari ini. Zeno (334-262)…
-
Cerpen: Perempuan Capung Merah Marun
Oleh: Agus Hiplunudin Sssssst… bunyi yang keluar dari mulutmu, sambil menempelkan telunjukmu di antara sepasang bibirmu—yang merah muda. Telunjukmu bagaikan sebuah anak selot yang mengunci pintu. Aku pun seketika diam dan duduk mematung. Sepasang matamu menatap seekor capung merah marun yang hinggap di ujung bunga gelombang cinta. Perlahan kau mengangkat pantatmu, lalu berjalan sangat…
-
Cerpen : Maha Tipu Maha Guru Durna
Oleh: Agus Hiplunudin (1) Pada sebuah sore yang keperakan. Bambang Ekalaya benar-benar takzim melihat kepiawaian Resi Durna dalam hal melatih olah senjata bermain panah pada murid terkasihnya, Arjuna. Akhirnya, Bambang Ekalaya yang sedari tadi mengintip di atas pohon beringin yang rindang, ia keluar dari persembunyiannya itu. Bambang Ekalaya langsung sembah sujud di kaki Resi Durna,…
-
Ulas Buku : Perempuan, Politik, dan Pemilu
Oleh: Agus Hiplunudin (Penggiat Wahana Demokrasi dan Akademisi Jalanan) PEREMPUAN, POLITIK, DAN PEMILU PENULIS : Agus Hiplunudin ISBN: 978-623-7328-00-1 Penerbit : Guepedia Publisher Ukuran : 14 x 21 cm Tebal : 81 halaman Harga : Rp60.000 Betina, jalang, daging, jablay, merupakan sedikitit dari sekian banyak lebel buruk yang diberikan pada makhluk indah ciptaan Tuhan yang…
-
Meningkatkan Mutu Pendidikan Melalui Profesionalisme Asesor
Mengenang Hari Pendidikan Nasional Oleh: Agus Hiplunudin, S.Sos., M.Sc Nasib suatu bangsa ditentukan oleh mutu pendidikannya, jika mutu pendidikan suatu bangsa baik dapat dipastikan indeks kualitas hidup pun kian baik. Pendidikan merupakan cikal-bakal lahirnya suatu peradaban karenya kualitas pendidikan yang tinggi akan memacu terlahirnya peradaban yang gemilang. Salah satu indikator kesejahteraan masyarakat yakni meningkatnya daya…
-
Cerpen : Sepotong Kue Kekuasaan
Oleh: Agus Hiplunudin Dari catatan kuno yang berhasil kutemukan, tercatat di sana; pernah berdiri sebuah negeri. Namun, catatatan usang tersebut tidak menyebutkan nama negerinya. Tetapi, aku dapat mengilustrasikan tipologi para warga dan para penguasanya; penduduk negri itu memiliki kebiasaan yang unik—yakni suka ikut-ikutan atau gemar mengikuti trend, kuambil misal, bila negeri sebelah memiliki budaya pop…
-
Cerpen : Kisah Cinta Adam Hawa Karya Agus Hiplunudin
Oleh: Agus Hiplunudin PROLOG Suatu hari nanti engkau pasti akan mati. Dimana ruh pergi meninggalkan jasad, dan ruh itu pergi ke alam abadi. Sesampainya di sana engkau pasti kan terkesima sebab mata telanjang engkau melihat tempat yang tak pernah kau sua di dunia. Ruh engkau berdiri di sebuah taman, lalu mata telanjang engkau melihat aliran…
-
Cerpen : Kesucian Karya Agus Hiplunudin
Oleh: Agus Hiplunudin Arakan awan menelusuri pegunungan, wajahnya yang memanjang dan melebar menutup segala permukaan, kemudian hujan merintik, setelahnya lengang, hingga yang tersisa gurat indah pelangi melengkung para bolis di langit. Tidakah kau ingat, saat kau berbisik padaku, bahwa aku seorang lugu, polos, sebab aku masih perjaka? Ah, dalam sadarku, aku memang terlalu naif, selalu…