Film Pendek Lastarè: Sebuah Perjalanan Batin Korban Perundungan

 

Film
pendek “Lastarè”, menyapa penonton dalam acara premiere yang telah
diselenggarakan pada hari Kamis, 27 Februari 2025. Mengangkat tema perundungan
dan dampaknya terhadap kesehatan mental. Lastarè menghadirkan kisah emosional
yang menggugah empati sekaligus memperkenalkan keindahan, budaya serta kekayaan
alam Situbondo.

 

Tentang Film
“Lastarè”

Disutradarai
oleh Dinda Septy W.H. dan diproduseri oleh Uwan Urwan, Lastarè mengisahkan
perjalanan batin Irfan, seorang remaja yang harus menghadapi trauma mendalam
akibat perundungan yang dialaminya. Berlatar awal 2000-an, film ini membawa
penonton ke dalam alam bawah sadar Irfan, memperlihatkan pergulatan
emosionalnya dalam mengambil keputusan terbesar dalam hidupnya.

Tidak
hanya menyajikan narasi yang kuat, Lastarè juga memperkenalkan keindahan alam
Situbondo, dari hutan hingga pantai, serta penggunaan bahasa daerah dan rumah
tradisional Situbondo yang memperkaya visual film ini, yaitu Rumah Tabing
Tongkok. Salah satu keunikan film ini adalah adanya monolog berbentuk puisi
berbahasa Madura, yang semakin memperkaya pengalaman sinematik. Monolog ini
menjadi daya tarik tersendiri bagi penikmat sastra, khususnya sastra daerah, untuk
lebih memahami dan mempelajari kekayaan literasi lokal.

Selain
itu, Lastarè juga menghadirkan musik tradisional yang semakin menguatkan nuansa
budaya dalam film ini. Musik dalam film ini digarap dengan melibatkan Rauljef
Nafi Isbat dan Ahmad Zakariya, yang merupakan bagian dari komunitas Laras Anom,
sebuah komunitas pegiat seni Karawitan di Situbondo. Dengan sentuhan musik
tradisional yang autentik, film ini tidak hanya menjadi tontonan visual yang
memikat, tetapi juga menghadirkan pengalaman auditori yang mendalam, membawa
penonton lebih dekat dengan warisan budaya Situbondo.

Proses
pembuatan Lastarè melibatkan banyak pihak, mulai dari mahasiswa Universitas
Abdurachman Saleh (Unars) yang turut menjadi kru, komunitas, masyarakat, hingga
seniman lokal, yang semuanya merupakan putra-putri asli Situbondo. Film ini
benar-benar lahir dari Situbondo untuk dunia, membawa identitas dan kekayaan
budaya lokal ke dalam layar.

Diharapkan,
Lastarè dapat memperoleh apresiasi lebih luas lagi dengan dikirimkan ke berbagai
festival film, baik di Indonesia maupun di kancah global. Dengan begitu,
Situbondo tidak hanya dikenal karena keindahan alam dan budayanya, tetapi juga
mendapat perhatian lebih dari pemerintah daerah maupun pusat untuk mendukung
perkembangan industri kreatif dan perfilman daerah.

 

Tujuan Film

1.    
Menyampaikan Pesan tentang Dampak Perundungan.

Lastarè ingin
meningkatkan kesadaran akan beratnya beban yang dipikul korban bullying serta
dampaknya terhadap kesehatan mental.

2.    
Mengangkat Keindahan Situbondo.

Dengan menampilkan
berbagai elemen lokal, film ini berupaya memperkenalkan Situbondo sebagai
destinasi yang memiliki potensi wisata alam yang luar biasa.

3.    
Menyediakan Pengalaman Sinematik yang Mendalam

Lastarè dirancang
untuk menggugah perasaan dan menginspirasi diskusi tentang isu sosial melalui
pendekatan sinematik yang unik.

4.    
Menggalang Dukungan bagi Korban Perundungan

Film ini diharapkan
dapat menjadi suara bagi para korban perundungan dan mendorong masyarakat untuk
lebih peduli serta proaktif dalam menghadapi isu ini.

Lastarè
hadir berkat dukungan dari berbagai pihak, termasuk KOMiK (Kompasianer Only
Movie Enthus(i)ast Klub) dan Stasiun Kopi Kang Dodik sebagai sponsor utama.
Film ini juga mendapatkan dukungan dari beberapa sponsor pendukung seperti
takanta.id, Hotel Rosali, Universitas Abdurrahman Saleh, Uniksi, KR Brownies,
Fortuna Cafe, Gustilas Ade Kurniawan, Muhammad Ramadhan, dan Rebus Susanto.
Selain itu, film ini didukung oleh media partner, di antaranya kutipantau.com,
gubukinspirasi.com, dianravi.com, uwanurwan.com, takanta.id, serta KOMiK.

Premiere
film Lastarè menjadi ajang perayaan bagi seluruh tim produksi, pendukung, serta
masyarakat yang peduli terhadap isu perundungan dan keindahan lokal Situbondo.
Acara yang digelar di Jasmine Meeting Room, Hotel Rosali, Situbondo ini sukses
menarik lebih dari 100 penonton dari berbagai kalangan, termasuk mahasiswa,
akademisi, masyarakat umum, dan seniman.

Antusiasme
penonton terlihat sepanjang acara, mulai dari pemutaran film hingga sesi diskusi
yang berlangsung hangat dan interaktif. Respon positif yang diberikan
menunjukkan bahwa Lastarè tidak hanya berhasil menghibur, tetapi juga membuka
ruang refleksi dan dialog yang lebih luas mengenai isu yang diangkat. Dengan
keberhasilan ini, diharapkan Lastarè dapat terus melangkah lebih jauh dan
memberi dampak positif bagi masyarakat.

 

Informasi
lebih lanjut:

Instagram:
@pintuproject.id

 

Tentang Pintu
Project

Pintu Project adalah
komunitas kreatif berbasis di Situbondo yang berfokus pada produksi film dan
konten budaya lokal, dengan tujuan meningkatkan apresiasi terhadap seni,
budaya, dan isu sosial melalui medium audiovisual.

 

Kredit
Film Lastarè

Produser
: Uwan Urwan

Line
produser/runner : Juli Nanda Duta Pratama

Location
manager : Gustilas Ade Setiawan dan Wahyu
Purnomo

Sutradara
: Dinda Septy W. H
.

Astrada
: Thufeil Wartono Putra

Clapper
& script cont : Siti Nurholifah

Penulis
skenario : Dinda Septi W.H. dan Uwan Urwan

DOP
: Annisa Salsabila

Ascam
: Izra Tamaris

Ascam
2 : Dony Anugerah Putra

Ascam
3 : Dhimas Sandy

Gaffer
: Dhimas Sandy

BTS
: Iqbal Maulana

Sound
designer : Akbar Romansyah

Art
director  : Afrizal Yoviandi

Tim
art : Muhammad Firdaus arrakhman

Tim
art : Rio Tajul Amin

Tim
art : Farhan Faisal Firmansyah

Make
up wardrobe : Revalina Dwi Cahyanti

Editor
: Thufeil Wartono Putra

Assistant
editor : Al Insyira Rayhan Nafi

DIT
: Muhammad Rajib Al Faritsi

Traditional
Vocalist & Muezzin : Ahmad Zakariya

Poster
designer : Aril Wahyu Pratama

Musik
Arranger : Rauljef Nafi isbat dan Ahmad Zakariya

Foley
assistant : Afrizal Yoviandi dan Agung Nur Maulidan Nugroho

Language
consultant : Ach. Lubaidillah

Penulis


Comments

Satu tanggapan untuk “Film Pendek Lastarè: Sebuah Perjalanan Batin Korban Perundungan”

  1. ❤️❤️❤️ terimakasih atas support takanta dalam kegiatan kami

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Andi Fajar Wangsa Puisi

Puisi : Sore yang tak ingin Kuakhiri dan Puisi Lainnya Karya Andi Fajar Wangsa

Buku Resensi Thomas Utomo Ulas

Resensi: Menyemai Empati kepada Kaum Papa

Heru Mulyanto Mored

Bocah dari Palung Merah

Apacapa

Ramadan: Korban Keisengan Saat Tidur di Langgar

Cerpen

Cerpen: Kota Air Mata

Cerpen Devi Tasyaroh

Cerpen: Menggadai Kebahagiaan

Uncategorized

Keindahan yang Nyata Dengan Teknologi Hexa Chroma Drive

Advertorial Tips/Trik

Jaga Kesehatan Tubuh dengan Mencegah Penyakit Sistem Pencernaan

Wisata Situbondo

Wisata Situbondo Lengkap

Esai N. Fata

Harlah ke-60: Mimpi-mimpi Semu Kader PMII

Cerpen Erha Pamungkas

Cerpen: Perempuan Api Unggun

apokpak Esai N. Fata

Timpangnya Demokrasi Tanpa Oposisi

fulitik Marlutfi Yoandinas masrio

Buka Bersama Seniman: Mas Rio Didoakan Menjadi Bupati Situbondo

Apacapa Kampung Langai Situbondo Wilda Zakiyah

Festival Kampung Langai 6: Pertemuan dengan Sosok yang Lain

Apacapa Syaif Zhibond

Tak Perlu Memperkuat Kemanusiaan Generasi Digital

fulitik masrio

Relawan Mas Rio Bagikan 50 Ribu Kalender Patennang untuk Masyarakat Situbondo

Apacapa Moh. Rofqil Bazikh

Yang Fana Adalah Nilai, Belajar Abadi

Apacapa Nanik Puji Astutik

Kenapa Tuhan Menciptakan Rindu?

Apacapa Oktira Indah Cahyani Universitas Sunan Kalijaga

Wajah Kemiskinan di Perkotaan dan Implikasi Penanggulangannya

Puisi Wiviano Rizky Tantowi

Puisi: Kayu Layu