Gemalaguna dalam Kata-Kata

Hasil gambar untuk gemalaguna

GEMALAGUNA
Sekadar hijau dan
gelap
Hanya riuh dan
degub debur
Hatinya diterjang
keabaian
Jantungnya dicubit
lalu kau tinggalkan
Kami mengerti,
tapi kalian belum memberi empati
Hatinya geming
resah
Jantungnya ditikam
lantas kau bungkam teriakan
Sekadar biru yg
menghanyut sisa sisa
Hanya salin larut
yg sejati
bohong kalau
sysipus belum  mengungkap laranya
Atau kau berpura
pura
Atau kau ingin
selalu melihat titik yg semakin menjauh ditepi cakrawala
Atau misalkan
rongga hatinya semakin gelimang limbah hitam, sampah tertambat, liar melayang
sementara mati satu rantai

Diam, membekulah
saat malam
Bakarlah pada
siang..

Kami yang tahu
Kau diam lah

Demi laut yang tak
bisu
Namun kita yang
tuli dalam lamunan
Tapi koloni lamun
ingin berkata pedih
Kami yg datang
tanpa laut memanggil
Kau mereka yg
peduli pada lambung atau lumbung
Dan buta pada
syahdunya gelembung kala pejam matamu
Dan tenggelam
Rasakan

(Situbondo, 2019)


SI BUNGSU TAK TAHU DIRI
Bumi terlahir membentangkan hamparan tanah

Diikuti
oleh air membirukan sebagian tubuh bumi
Merangsang
benih menumbuhkan tangkai dan daun
Indah
dan Harmoni
Hingga
lahirlah si bungsu yang istimewa
Diberkati
akal dan rasa
Namun
cenderung durhaka dan manja
Menolak
tawaran harmonisasi dari saudara tuanya
Meminta
dan mengambil segalanya
Mungkin
alam memang telah murka
Dia
biarkan terjadi bencana
Tidak
beregenerasi meski sebenarnya ia bisa
Karena
si bungsu yang durhaka
Mungkin
alam memang telah terlanjur sedih
Dia
menyatakan ingin mengakhiri
Apalagi
guna beregenerasi

Jika
yang dikasihi selalu tak tau diri

(Situbondo, 2019)

LAUT DAN NYAWA
Lelaki
itu merapal doa, dikawinkanya lonas dan lengghi, tulang rusuk tercipta,
disatukannya sirap-sirap, berjejer saling melengkapi.
Sang
penjaga hadir, bukan lelaki bukan perempuan, mengawasi lelaki itu 
tak
kurang dari tujuh bulan, juga tak beranjak pergi.
Kini
sebagaian tetangga membantu, mendorong kapal untuk pertamakalinya mengapung di
atas air. Semerbak wangi kemenyan, menyeruak. 
Tak lama, lelaki itu memilih berlayar sendirian. Tersenyum, dan  merasa tidak sendirian.
—————
Biodata:
Gemalaguna oleh Kukuh, Anggota Komunitas Misi Bahari
Si Bungsu Tak Tahu Diri oleh Aglendy, Ketua Komunitas Misi Bahari
Laut dan Nyawa oleh Moh. Imron, Redaktur eksekutif takanta.id 

Penulis


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Apacapa Imam Sofyan

Andai Aku Menjadi Bupati Situbondo

M. Suhdi Rasid Mored Moret

Puisi Mored: Ibu dan Puisi Lainnya

Cerpen Fahrus Refendi

Cerpen: Tahun Baru Terakhir

Agus Hiplunudin Apacapa Feminis

Waria dan Kemenangan Kaum Feminis

Cerpen Robbyan Abel R

Cerpen : Kemari, Akan Kubacakan Puisi Karya Robbyan Abel R

Ahmad Zaidi Cerpen

Cerpen : Sebuah Hujan dan Guguran Kesedihan Karya Ahmad Zaidi

Buku M Ivan Aulia Rokhman Ulas

Menumbuhkan Produktivitas Desa Melalui Segi Perekonomian

Cerpen

Kepada Yth. Bapak Bupati

Cerpen Sheila Primayanti

Cerpen: Kehilangan Sebelum Memiliki

Apacapa

Mas Rio Buronan: Dari Wano Menuju Situbondo

Anwarfi Citta Mandala Puisi

Puisi-puisi Citta Mandala

Ahmad Maghroby Rahman Apacapa

Beberapa Alasan untuk Kaum Dâd-ngodâdhân Nyocco di TPS

Apacapa

Merayakan Lebaran: Ada yang Hilang

Apacapa Regita Dwi Purnama Anggrain

Penegakan Hak Asasi Manusia Untuk Seluruh Lapisan Masyarakat Indonesia

Event

Lauching dan Diskusi Buku Menanam Rindu

Apacapa fulitik Yuda Yuliyanto

Momentum Strategis Pemekaran Baluran: Langkah Visioner Mas Rio untuk Situbondo Naik Kelas

Apacapa Esai Fendy Sa’is Nayogi

Jangan Dilupakan, Folklor Sebagai Media Membentuk Karakter Bangsa

Puisi Wilda Zakiyah

Puisi: Harjakasi Karya Wilda Zakiyah

Apacapa Rahman Kamal

Besuki Membaca: Dikira Jualan Buku sampai Mendirikan Rumah Baca

Fendy Sa’is Nayogi

Memahami Pepatah Madura: Gherrâ Ta’ Bisa Èangghuy Pèkolan, Lemmes Ta’ Bisa Èangghuy Panalèan