Kisah Kenang dalam Jasa Sahabat

Oleh: Musthofa Zuhri
Ngobrol santai di pondok Manarul Quran dengan pengasuhnya DR. KH. Abdul Wadud Nafis
Hujan begitu deras, ketika menyambangi sahabatku ini. Masih kuingat, suaranya nyaring terdengar di speaker masjid dan aku tak sempat ikut sholat Magrib di rakaat pertama. Jadilah makmum masbuk. Ach… 
Sehabis salat, sang pengasuh menyapaku. “Lama kita tak berjabat tangan dan tak berbincang bincang, sejak ziarah ke Besuki itu ya,” ujarnya sambil megang tanganku untuk waktu yang lama. 
“Hmmmm.. Mak nyusss rasanya,” hatiku pun berdebar debar bagai kekasih yang lama tak bertemu.
Lalu kami saling tukar pendapat, sambil mengenang yang bisa dikenang. Dan banyak hal. Yang pasti seputar sahabat. 
“Dalam jalinan kisah pertemanan yang sejati, tentunya sikap saling mengerti dan saling mendukung antar teman sangatlah diutamakan untuk keberlangsungan jalinan persahabatan kedepannya,” demikian beliau memulai perbincangan.
“Meski sering bercanda atau bersenda gurau bersama-sama, kita memang diharuskan untuk bisa membantu seorang sahabat disaat ia susah, begitupun sebaliknya. Dan aku kira itulah contoh sahabat yang baik dan layak kita pertahankan dalam jangka waktu yang lama atau bahkan seumur hidup,” ujar pengasuh pondok, mahasiwa di Jember ini.
“Dan Satu hal yang paling menyedihkan adalah ketika kita harus dipisahkan oleh waktu dan jarak dengan sahabat,” lanjut kiai muda yang hafal kitab klasik beserta halamanya ini.
“Karena walau bagiamanapun juga, pengalaman adalah guru yang sangat berharga dalam berbagai hal, termasuk dalam hubungan persahabatan seorang manusia dengan manusia lainnya. Setiap manusia pastinya pernah membuat kesalahan karena kita semua hanyalah manusia biasa yang tidak sempurna. Di samping itu keberadaan seorang sahabat sangat baik untuk menutupi kekurangan yang kita miliki dan saling mendukung membuat sinergi positif. Membuat sebuah hubungan dengan manusia lainnya memang tak selamanya berjalan mulus, selalu ada saja yang namanya perbedaan pendapat, perselisihan, dan lain sebagainya,” tandasnya dengan mimik yang serius.
Aku hanya bisa mendesah. kumainkan tanganku dengan menyulut rokok yang sejak tadi kupegang. Aku merenung, dan sedikit menggeser tubuhku lalu kukatakan.
“Kita ini terlalu melankolis jika membicarakan kata dan makna sahabat, karena sahabat itu adalah air yang menyirami ketika kita dahaga,” ujarku sedikit menyela.
Maka pantaslah jika ada kalimat yang mengatakan “Kelemahan diriku adalah kelebihan sahabatku, kelebihan dariku adalah bagian dari kehebatan sahabatku.” demkian mungkin petuah yang layak untuk kita perhatikan,” sahut alumni Sidogiri ini.
Oleh karena itu pencarian akan sahabat yang baik adalah keniscayaan. Sahabat yang baik adalah orang yang sangat kita percayai dan membuat kita tenang bersamanya. Dia menjadi tempat berbagi kelelahan, berbagi kesedihan, “aku berceloteh menyambung apa yang beliau katakan.
“Namun harus kita akui, mencari prototipe kawan baik memang sangat sulit, meski bukan tak mustahil untuk kita dapatkan. Begitu sulitnya mencari teman yang tak lupa kita ketika sudah tak lama berjumpa, namun jika kita menemukannya. Itulah yang dinamakan sahabat yang hebat,” tandasku dengan suara yang parau.
“Ingat…! Didalam situasi apapun sahabat tetaplah sahabat, meski kadang perbedaan pandangan akan selalu ada,” tegas dan jelas, suara alumnus IAIN Surabaya ini.
“Walau bagaimana pun juga, sahabatmu adalah orang yang telah berjasa membangunkanmu dari keterpurukan, menghiburmu saat senang maupun susah. Begitu berartinya ia, di kala engkau tak bisa melihat wajahnya lagi,” demikianlah yang hasil diskusi dengan seorang sahabatku tentang sosok sshabat kami, yang lama pergi dan tak mungkin bisa kembali. 
“Ia tak mengajarkan kita menjadi pengemis, namun telah menanamkan rasa solidaritas dan komitmen, jasa itu tak mungkin bisa digantikan, sebuah warisan pengetahuan bukan setumpuk uang,” ujar K.H. Wadud Nafis, kawanku. 
“Ya.. Benar,” ujarku. Bil fatihah. 
Kami pun mengheningkan cipta untuk seorang sahabat, mengenang jasa dan perjuanganya. []
appsforpcdaily.com

Penulis


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Apacapa

Burdah Keliling Tengah Laut

Apacapa Esai Muhammad Ghufron

Menjadikan Buku sebagai Suluh

Resensi

Resensi: Teka Teki Rumah Aneh

Buku Sutrisno Ulas

Kekerasan Budaya Pasca 1965

Buku Putri Nur Fadila Ulas

Ketika Dewasa Itu Karena Terpaksa

Curhat

Diary Al Kindi: Lebih Dalam dari Sekadar Matematika 100–31=69

Uncategorized

Resume Buku Amba Kisah Dibalik Perang Besar Baratayudha

Puisi Raeditya Andung Susanto Sastra Minggu

Puisi: Sabda Hujan

Cerpen Gusti Trisno

Cerpen – Joe dan Dua Orang Gila

Cerpen Imam Sofyan

Kitab Putih

Apacapa

Mencari Keroncong di Situbondo

Apacapa Feminis

Perempuan Cerdas Melawan Dating Abuse

BJ. Akid Puisi

Puisi : Tanah Luka Karya BJ. Akid

F. A Lillah Puisi

Puisi-Puisi F. A Lillah: Narasi Hujan

Alexong Cerpen Hana Yuki Tassha Aira

Cerpen: Waktu yang Pecah di Balik Pintu

Apacapa Marlutfi Yoandinas

Terima Kasih Situbondo

Buku Thomas Utomo Ulas

Ulas Buku: Senarai Kritik untuk Sinetron Indonesia

Buku Resensi Ulas

Resensi: Aku Tak Membenci Hujan

Apacapa Esai Syaif Zhibond

Serrona Rèng Situbende è Bulân Rèaje

Prosa Mini Zainul Anshori

Pertemuan dengan Seorang Gadis Desa