
Kesalahan yang Menghantui
Di penghujung hari aku mulai tak karuan
Gelap dan dingin malam membuatku ketakutan.
Bayang kesalahan tempo hari terus menghantui tanpa jeda, tak hendak memberi ruang agar hati tenang.
Nadiku terus berdenyut tapi jiwa enggan hidup, di pelupuk mata embun masih tersisa.
Suara Hati
Hati bertanya, apakah terus seperti ini? Ia terlalu lelah sekedar berucap “Aku ingin pergi dari sini”.
Hati berkata, jiwaku tak sekuat pegunungan sabar ku tak sedalam lautan dan air mataku tak sebanyak tetes hujan. Aku takut dengan diri yang tak kunjung pulih dari keadaan, terus ku paksa kaki melangkah ke depan melewati dinginnya badai menanti cahaya mentari membawa kehangatan.
Catatan dan Kehidupan
Ada hal yang sulit di ucapkan banyak hal menyakitkan tak kunjung reda, berjuta mimpi terkubur sia-sia. Arah pun mulai tak karuan, sejatinya jiwa dan hati ingin sembuh dari keadaan kini, kembali ke era catatan mulai berantakan. Terlalu buru-buru hingga banyak persimpangan tak sempat disinggahi, ingin pergi menjauh dari keramaian menenangkan hati yang tak tenang.
Luka Perempuan
Hari-hari semakin menakutkan jiwa pun enggan tenang, akibat fantasi liar yang tak dikendalikan.
Tidakkah takut pada hukum pidana kau tuan?
Oh… Tentu tidak. Keadilan tak ada mereka hanya mementingkan hawa nafsu belaka
Adakah tempat untuk perempuan berlindung? Tak ada—tak ada.
Bagai berjalan di taman mawar berduri, jika tak hati-hati akan tergores. Lukanya lekas pulih bekasnya pun tak ada… Tapi rasa takut trauma tak kunjung pergi, ada harap segalanya hilang di bawah tetes hujan tanpa menyisakan kenangan pahit dan menyakitkan.
Tinggalkan Balasan