Mengembangkan Didik Anak di Era Milenial


Judul Buku : Bapangku Bapunku
Penulis : Pago Hardian
Penerbit : Indiva Media Kreasi
Cetakan : I, April 2015
Tebal : 232 Halaman
ISBN : 978-602-1614-47-1
Oleh : M Ivan Aulia Rokhman
Mendidik anak memang sangat penting bagi Bapang di dunia
Pendidikan. Di era milenial ini memang identik dengan sistem kurikulum yang
hampir sebagian rata menddik dengan kedisplinan maupun mengairahkan kecerdasan
si anak tersebut. Inilah menjadi wacana baru bagi penerus pendidikan yang memiliki
semangat belajar yang tinggi dan meraih jenjang pendidikan yang ia miliki.
Salah satu buku ini yang menceritakan bagaimana perjalanan Bapang dan
keluarganya menjalani sekolah dengan menghadapi cara yang mendidik dan
mendepankan edukasi bagi era pendidikan. Bahasa dalam novel ini cukup menarik
karena mengangkat drama yang mengairahkan pada pendidikan bagi siswa dan
memiliki segi batin yang menghibur bagi pembaca.
Nama asli Bapang adalah Paguh Nilan. Dalam bahasa
semende, Paguh artinya pantang menyerah, tahan banting, punya kemauan keras,
dan agak dekat dengan keras kepala (hal 16). Karakter ini memang menjiwai laku
hidupnya seperti menganut aliran Punk yang cenderung bebas, dia mengagunkan
kebebasan berpikir, berekspresi, berkarya, dan berpendapat. Prinsip ini
diterapkan kepada anak-anaknya. Kebebasan yang dianutnya tetap dalam koridor
kebenaran dan norma. Setelah lulus kuliah, Bapang yang keturunan ningrat dan
kaya tak mau menjadi pengawai negeri. Ia lebih berprofesi sebagai pedagan dan
penulis. Lewat pekerjaan ini, dia menafkahi keluarga.
Sosok Bapang ini tergolong sederhana walau cara mendidik
anak secara pelan-pelan agar materi yang diajarkan akan dimengerti. Ditemani
dengan Alap, Tuah, Harnum, dan Anjam, dididik penuh displin dalam belajar dan
membaca. Bapang mendampingi anaknya belajar dengan perasaan gembira tanpa
tekanan. Metode mendidik ini secara pelan-pelan dikarenakan sebagai proses
pembelajaran bagi Bapang sendiri.
Pola pendidikan seorang ayah dalam buku ini terkesan
moderat. Bapang sangat menghargai kecerdasan masing-masing anaknya. Tiada
tuntutan untuk mendapatkan juara kelas. Anak-anak boleh belajar sesuai dengan
kesenangannya. Konflik terjadi ketika harus berhadapan dengan pihak sekolah
yang cenderung menganggap murid bodoh jika nilainya tidak bagus dalam semua
mata pelajaran. Betapa kejutnya bila menikmati suatu kemalasan akan menjadi
dampak negatif terhadap mendidik anak. Anjam, Harnum, dan Tuag memiliki basic masing-masing sampai mendapatkan
penghargaan yang luar biasa. Anjam memiliki kemampuan di bidang lukis. Harnum
memiliki kemampuan di bidang bahasa dan sastra, dan Tuah  mengotak-atik angka matematika. Serta Alap
memfokuskan kemampuan pada kecerdasan visual dan bercita-cita sebagai designer.
Bagi Bapang potensi semua anaknya perlu dikembangkan. Dia
bahkan mengkritisi pihak sekolah yang justru bisa memandulkan dan mematikan
potensi setiap murid, sebab menyamakan kecerdasan setiap siswa. Padahal, Tuhan
melahirkan setiap manusia dengan keunikan masing-masing. Paradigma tidak ada
murid yang bodoh memberanikan dirinya mendirikan sekolah alternatif. Dia
mendidik siswa dianggap tidak pintar.
Bapang berpikir sebagaimana teori kecerdasan majemuk ala
Howard Gardner yang meliputi kecerdasan bahasa, musik, logika-matematika,
spasial, kinestetis tubuh, intrapersonal, interpersonal, naturalis, dan
eksistensial. Tetapi, menurut Bapang, ada empat hal yang dijadikan pembelajaran
bagi peserta didik melalui pelajaran spiritual, personal, interpersonal, dan
finasial merupakan pelajaran wajib diberikan karena bekal menjalankan kehidupan
(hal 209-210). Dengan kecerdasan berpikir bisa diterapkan oleh anak didik yang
bertujuan untuk mengerakkan ilmu yang telah diajarkan oleh guru. Buku ini
memiliki kritik terhadap dunia pendidikan yang masih mengarahkan setiap siswa
dengan kecerdasan homogen. Pendidikan pada dasarnya untuk membangun karakter
dan melejitkan setiap potensi anak didik, bukan mengerdilkannya. Kejarlah
cita-cita anda.
Biodata Penulis
M
Ivan Aulia Rokhman, Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Dr Soetomo Surabaya. Lahir di Jember, 21 April 1996. Lelaki
berkebutuhan khusus ini meraih anugerah “Resensi / Kritik Karya Terpuji” pada
Pena Awards FLP Sedunia. Saat ini menjabat di Devisi Kaderisasi FLP Surabaya
dan Anggota UKKI Unitomo. Nomor Telp/WA : 083854809292, Email :
rokhmansyahdika@gmail.com Facebook : M Ivan Aulia Rokhman. Alamat Korespondensi
: Jalan Klampis Ngasem VI/06-B, Sukolilo, Surabaya, Jawa Timur, 60117.

Penulis


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Apacapa Kakanan Situbondo

Tajhin Sora

Apacapa

Laki-laki Memasak dan Mencuci? Ah, Biasa Saja!

Eva Salsabila Puisi

Puisi-puisi Eva Salsabila: Kontemplasi Rembulan

Apacapa Indra Nasution

Gepsos: Merayakan Kemerdekaan ke 72

Agus Hiplunudin Buku Feminis Ulas

Ulas Buku – Politik Gender karya Agus Hiplunudin

Agus Widiey Anwarfi Puisi

Puisi-puisi Agus Widiey

Cerpen Haikal Faqih

Cerpen: Hijrah

alif diska Mored Moret

Puisi Mored: Sepotong Puisi untuk Bunda dan Puisi Lainnya

Cerpen Moh. Jamalul Muttaqin

Cerpen: Pelangi

Prosa Mini Yudhianto Mazdean

Belajar dari Semesta; Kematian Bangsa Koloni

Uncategorized

Diduga Transaksional, Ratusan Badan Adhoc Serahkan Satu Kali Gaji ke Tiga Mantan Komisoner

Puisi Sholikhin Mubarok

Selamat Datang di Negeri Dagelan: Bagaimana Kejahatan Dilakukan Tanpa Disengaja?

Kriselda Dwi Ghisela Resensi

Resensi Ronggeng Dukuh Paruk

Nida Nur Fadillah Puisi

Puisi: Angin Misterius

Apacapa redaksi

Kampung Langai, Dik: Apa Kamu Gak Mau Nonton?

Banang Merah Cerpen

Prosa Mini : Monolog Seorang Kekasih Karya Banang Merah

Apresiasi Kampung Langai

Jingle Festival Kampung Langai

Ahmad Maghroby Rahman Apacapa

Sepotong Surat Suara untuk Mantanku

Ahmad Zaidi Cerpen

Balu dan Cerita-Cerita Aneh

Apacapa Nafisah Misgiarti

Ali Gardy, Jefri Bagus, dan Kritik Sosial dalam Karyanya