Merayakan Lebaran: Ada yang Hilang

 

Oleh:
Indra Andrianto, S.Pd

“Lebaran
membawa perantau pulang. Pulang melihat semua yang telah berubah menjadi
kenangan.”
– merawatingat

Sebagai
orang desa yang merantau ke
kota, mudik adalah salah satu budaya
yang menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia saat menjelang lebaran. Kampung
halaman menjadi tujuan setiap orang untuk pulang mengunjungi orangtua dan
keluarga. Lebaran menjadi ajang sakral yang tidak boleh dilewatkan oleh seorang
perantau untuk bisa berkumpul bersama keluarga di kampung halaman baik untuk
silaturahmi maupun bermaaf-maafan.

Istilah
Lebaran sebenarnya berasal
dari akar kata bahasa
Jawa “Lebar” yang berarti selesai atau
sudah berlalunya bulan puasa Ramadan menuju hari kemenangan. Lebaran ataupun
Idulfitri merupakan momen istimewa bagi
seorang muslim selain setahun sekali lebaran juga membawa setiap muslim kembali
pada kesucian dan kebersihan dari dosa ataupun kesalahan. Sehingga pada
momentum tersebut setiap orang memiliki ruang untuk saling bersinergi membangun
dan memperkuat persaudaraan.

Sebagai perantau tentu lebaran sangat
dinanti-nanti, ada kebahagiaan tersendiri ketika suasana mudik untuk merayakan
hari kemenangan di kampung. Selain jajan khas lebaran, masakan ibu dirumah, dan
tentu kita dapat menikmati suasana kampung halaman yang berbeda dengan suasana
di kota yang penuh kemacetan dan padatnya kesibukan karena tuntutan pekerjaan.
Kita ambil contoh saja di kampung kita akan menikmati hujan dengan kesejukan
dan ketentraman, di kota kita akan menikmati hujan beserta banjir yang terjadi
di
mana-mana.
Namun tidak fair jika kita membandingkan hal tersebut, namun pada intinya
kampung halaman menjadi tempat paling nyaman untuk kita pulang baik dalam
keadaan menang ataupun kalah ketika kita mengais rezeki di perantauan. Jadi
pada dasarnya pulang kempung bukan hanya sek
adar pulang, namun mempunyai esensi untuk
mendekatkan diri dengan keluarga tercinta.

Namun tahun ini di kampung halaman terasa
berbeda, setiap sudut di kampung yang mengisahkan cerita saat masa kanak-kanak
hingga remaja namun pada hari ini yang tersisa hanyalah cerita dan kenangannya.
Satu persatu teman sepermainan mulai menghilang karena keadaan yang memang
memaksa mereka untuk merantau ke kota menjalani pekerjaan ataupun bahkan karena
faktor lain seperti berkeluarga di daerah lain. Setiap sudut di kampung yang
mengisahkan banyak cerita, saat ini hanya tersisa kenangannya saja. Pekarangan
luas, sawah, lapangan yang biasa menjadi tempat berkumpul dan bermain sekarang
menjadi bangunan padat pemukiman, tidak ada ruang lagi. Semua yang pernah
menjadi cerita pada masa dulu tidak akan terulang kembali.

Pada akhirnya, pulang di momen lebaran
bukan hanya tentang melepas rindu pada keluarga, tapi lebih dalam lagi tentang
semua yang kita ingat di
kampung halaman seakan membawa kita pada
suasana dahulu. Pulang kampung bukan sekadar pertemuan fisik, tetapi juga
tentang membawa energi positif dan semangat kebersamaan ke dalam lingkungan
keluarga, dan tentu sebagai bentuk refleksi diri darimana sebenarnya kita
berasal. Merayakan lebaran di kampung salah bentuk balas dendam paling manis
jika berbicara perihal rindu. Tidak ada penawarnya selain mudik, lebaran, dan
merayakannya semuanya di
sini.

 

Tentang Penulis

Indra
Andrianto, S.Pd penulis buku kumpulan Opini #MerawatIngat dan kumpulan Esai
Catatan Bingung
.

Penulis


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Amaliya Khamdanah Buku Resensi Ulas

Resensi: Melintasi Zaman di Kudus Melalui Novel Sang Raja

Cerpen

Cerpen: Bayangan Perpisahan

Apacapa Buku Muhammad Fadhil Alfaruqi Resensi Ulas

Resensi: Si Anak Cahaya

Bang Yof Puisi

Puisi : Cerita Terompah Tua dan Puisi Lainnya Karya Bang Yof

Puisi Tribute Sapardi

Puisi: Untukmu, Eyang!

Apacapa

Sudahkah Anda Konsisten?

Cerpen

Cerita Rakyat Asembagus

Cerpen Nanda Insadani

Cerpen : Azab Pemuda yang Menyukai Postingannya Sendiri Karya Nanda Insadani

Busyairi Puisi

Puisi : Kerudung Biru Karya Busyairi

Esai Hayyi Tislanga

Berperan Tanpa Perasaan

Apacapa Imam Sofyan

Pak Kepala Desa, Belajarlah dari Film Dunia Terbalik!

Advertorial Apacapa Moh. Imron

Ji Yoyok Peduli Disabilitas

Apacapa Esai Wilda Zakiyah

Biola dalam Kenangan

Puisi S. Mandah Syakiroh

Puisi-puisi S. Mandah Syakiroh: Mata

Buku M Ivan Aulia Rokhman Ulas

Resensi Buku Pohon Kesayangan Daru

M. Suhdi Rasid Mored Moret

Puisi Mored: Ibu dan Puisi Lainnya

Apacapa Arif Arva

Apresiasi Pemilu 2019 Tanpa Kecurangan Serta Politik Uang

Buku Ulas

Sunyaruri; Hantu-Hantu Kesunyian

alif diska Buku

Buku: Agape

Puisi Surya Gemilang

Puisi: Setelah Kau Pergi dari Kamarku