Pak Kepala Desa, Belajarlah dari Film Dunia Terbalik!

Oleh : Imam Sofyan

Jika ada film sinetron yang
disukai oleh kalangan pemuda, entah itu wanita maupun pria, maka ada dua film
menurut pendapat saya. Preman Pensiun dan Dunia Terbalik. Dua film ini tidak
hanya menawarkan tentang sinetron-sinetron yang bertele-tele bahkan berjilid-jilid
seperti sinetron yang para ibu-ibu rela duduk berlama-lama di depan televisi,
tetapi lebih dari itu, komedi-komedi segar dan karakter tokoh dua film tersebut
membuat para pemuda, khususnya saya rela tidak keluar rumah untuk melihat film
serial yang disutradarai Aris Nugraha (Preman Pensiun), Lip S.Hanan (Dunia
Terbalik).


Dan tulisan ini tidak
membahas panjang lebar dua film yang saya sebutkan di atas. Khawatir ada
syak-wasangka endorse. Saya hanya berusaha mengambil sisi positif dari film
yang menawarkan kelucuan. Sebagaimana ungkapan sejarawan Taufik Abdullah, bahwa
budaya Indonesia bukanlah membaca, melainkan mendengar. Maka Saran saya, jika
anda jauh dari buku-buku yang kaya akan gagasan, ambillah sedikit dari dunia
visual. Jika pun anda tidak bisa mengambil dari dunia visual maka dengarkanlah
ucapan-ucapan orang, jika anda masih belum bisa mengambil ucapan positif dari
orang lain maka anda benar-benar bajingan yang menjengkelkan.

Kembali ke pembahasan awal.
Sebagai penggemar dari film Dunia Terbalik, Ciraos tempat nama desa di film ini
terdapat “Taman Baca Cahaya”. Pun juga mendatangkan dokter dan guru -sebagai
pengelola Taman Baca Cahaya- dari luar untuk tinggal di Ciraos  melayani masyarakat setempat.

Anda bisa bayangkan jika
tiap-tiap desa dari sabang sampai Merauke terdapat taman baca, dokter dan guru.
Atau jika terlalu jauh Sabang-Merauke ya cukuplah Banyuglugur dan Banyuputih.
Jika ini terjadi dan dikelola dengan baik oleh seluruh aparatur desa di
Situbondo, insyaallah stempel Situbondo sebagai kota tertinggal akan sirna
sedikit demi sedikit. Bukankah pendidikan adalah salah satu sebab Situbondo
menjadi kota tertinggal?

Dana 1 miliar lebih yang
digelontorkan Presiden Jokowi untuk desa, jauh dari kata memberatkan jika
dialokasikan ke taman baca, dokter dan guru. 
Yang memberatkan tentu saja oknum-oknum yang selalu merasa kekurangan
dan selalu berpikiran pembangunan fisik. Oknum-oknum ini tidak sadar bahwa
negera ini dibentuk oleh pahlawan yang gila terhadap buku. Maka sungguh miris
jika generasi masa depan bangsa ini jauh dari buku. Tak benar kiranya jika
minat baca Indonesia rendah seperti yang digaung-gaungkan selama ini, yang
benar generasi masa depan dijauhkan dari buku.

Dan satu-satunya hal yang
memberatkan bagi saya saat mengeluarkan gagasan tentang dunia perbukuan di
Situbondo kepada seorang pengusaha ayam di jalan Wijaya Kusama, Randy saat
berkunjung ke rumah.

“Pejabat-pejabat itu mabuk
semua, mereka lupa terhadap rakyat saat duduk di kekuasaan,” ucap saya dengan
nada serius.

“Ya itu, seharusnya kamu
masuk dalam sistem dan memberikan teladan pada mereka, ini loh politikus yang
benar, bukan cuma mengeluh di luar,” balas Randy tak kalah serius.

“Loh, saya ini rakyat,Bos.
Rakyat itu raja, pejabat itu pelayan rakyat. Mana mungkin saya mau dari seorang
raja menjadi pelayan. Mereka saja nggak mau turun dari kekuasaannya, apalagi
saya,” sembari mengisap rokok. []

Penulis


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Apacapa Mohammad Farhan Sejarah Situbondo

Diskusi Penyelamatan Cagar Budaya: Sebuah Ikhtiar Membuka Mata Pemerintah Situbondo

Buku Indra Nasution Ulas

Antonio Gramci: Negara dan Hegemoni

Puisi Servasius Hayon

Puisi: Minggu Pagi di Ruang Depan

Curhat Moh. Imron

Ramadan: Tangisan pada Suatu Malam

Heru Mulyanto Mored

Bocah dari Palung Merah

Apacapa Madura Syaif Zhibond

Randhâ Ngalesser

Cerpen Fahrul Rozi

Cerpen: Nyonya Angel

Apacapa Esai Muhammad Ghufron

Menjadikan Buku sebagai Suluh

Buku M Ivan Aulia Rokhman Ulas

Perjalanan Tiga Pendaki untuk Memaknai Kehidupan

Fahris A. W. Puisi

Puisi – Lagu Masa lalu

Ahmad Syauqil Ulum Prosa Mini

Kenapa Aku, Siapa Aku?

Cerpen Gusti Trisno

Cerpen – Joe dan Dua Orang Gila

Dani Alifian Puisi

Puisi: Inkarnasi dan Puisi Lainnya

Apacapa Nanik Puji Astutik

Menjadi Perempuan Cerdas di Era Milenial

Agus Hiplunudin Apacapa Esai Feminis

Rumah, Sumber Penderitaan Bagi Perempuan?

Apacapa covid 19 Regita Dwi Purnama Anggraini

Vaksin Covid-19 tiba di Indonesia, Disambut Penolakan dari Masyarakat dengan Alasan Ragu?

Buku Dani Alifian Resensi Ulas

Resensi: Mengarungi Latar Sosio-Kultural Masyarakat Minang

Atika Rohmawati Buku Resensi Ulas

Ulas Buku: Perjalanan Menuju Pulang

fulitik

Editorial: Wisata Perang, Babak Baru Pariwisata Situbondo Gagasan Mas Rio-Mbak Ulfi

Ali Ibnu Anwar Puisi

Puisi: Tubuh yang Mengandung Hujan