Puisi Mored: Kepada Bumi dan Manusia


Oleh: Alif Diska*

Kepada
Bumi dan Manusia
Waktu bergulir
sesuai kehendaknya tanpa sihir
Menggotong berita
hangat untuk temani pagi yang pucat
Pertama kali
dijejali oleh makhluk tak kasat mata yang terus memburu
Berdampak haru
bagi insan yang jiwanya tak lengkap satu
Virus keluaran
terbaru dari bumi untukmu
Jutaan jiwa
terperosok kedalam virus yang tak bersosok
Jutaan jiwa tak
bersalah divonis oleh alam untuk menjalankan prosedurnya
Jutaan jiwa pula
banyak yang tumbang karena dipenjara di dalamnya
Banyak orang hebat
berdebat atas pendapat tentang virus corona yang tak kasat
Mencari, meneliti,
hingga memperbarui alat untuk mengobati orang yang sekarat
Banyak hal yang
ditunggu-tunggu diundur demi kebaikan dan kesehatan
Kini, kita hanya
bersabar, tabah dan ikhlas menerima
Berdoa, meminta
semua menjadi seperti semula dan berkah
Disisi lain, kita
dapat melihat bumi mulai pulih dari semua kegiatan manusia yang tak henti-henti
Berdebat, bertengkar,
dan merusak setiap waktu
Memori
Kenangan
Waktu mulai
berhenti diantara kisahku denganmu
Menjawab segala
hal lalu yang belum terungkap
Menjamu sepotong
kisah baru di kalangan penyembah rindu
Merangkul harap
dan cita yang dipanjatkan setiap saat
Aku, kamu, dan
mereka pergi di detik yang sama
Menjelajahi dunia
dengan cara yang berbeda-beda
Membawa almamater
lengkap berjuta harap
Menjelma sepasang
rindu di dalam renjana yang tak kunjung punah
Takdir kita
menjelma titik bifurkasi yang harus kita pilih
Menggali hati dan
potensi yang tiada henti
Euforia muncul
secara tak kasat mata
Membobol sejuta
rindu di dalam kalbu
Putih abu-abu
mulai terdistraksi di dalam tubuh
Ribuan partikel
kenangan mulai membentuk angan
Yang membantu kita
menjawab tantangan
Drama bahagia,
sedih, komedi, dan romantika membentuk aku yang baru
3 tahun 247 slalu
ku jejali dengan ribuan harap yang kelak menjadi kenangan
Membangun kisah
entah itu apa
Rinduku menjelma
kata puisi yang syahdu
Terimakasih ucapku
slalu yang tak kan kunjung redup untuk sekolahku
Raga
Rindu
Hari demi hari
silih berganti menjadi bukti
Aku disini bermain
dengan sepi diantara rintihan hati
Bertatapan kini
telah diwanti-wanti
Bersalaman telah
berganti-ganti
Sekarang…
Banyak logika dan
teori yang bersikukuh dengan egonya
Mencari jalan
keluar atas rindu yang tak tersampaikan
Sanak saudara
hanya sebatas jarak
Melepas rindu
dengan raga tak kasat mata
Keresahanku pada
hati yang mulai sendu
Menjejaki hari
penuh pilu dengan tubuh tak bentuk satu
Jiwa ragaku mulai
linglung dengan karantina di dalam istanaku
Aku meminta pada
tuhan semoga harapan masih diperjuangkan
Kini, biarlah kata
“esok kan bahagia” menjadi hiasan di langit-langit atap kamar
Menjadi penenang
rindu yang tak tersampaikan satu bulan yang lalu

____________________________
*) Penulis merupakan Siswa kelas XII SMA Negeri 1 Situbondo, pegiat Rumah Sastra Smasa

Penulis


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Apacapa Sholikhin Mubarok

Kebenaran Adalah Kebaikan Kolektif

Apacapa Esai kim

Operasi Carthago: Mengenal Sejarah Pertempuran di Asembagus

Cerpen Eko Setyawan

Cerpen: Carlina dan Dangdut yang Mencelakainya

Apacapa Marlutfi Yoandinas

Literasi Bergerak di Taman Siwalan

Puisi

Puisi Maryatul Kuptiah: Di Sudut Kota

Mim A Mursyid Puisi

Puisi: Resonansi Karya Mim A Mursyid

Ahmad Zaidi Cerpen

Cerpen: Peristiwa Menjelang Pemilu Karya Ahmad Zaidi

Buku Indra Nasution Ulas

Kritik Terhadap Demokrasi

Ienna katanny Prosa Mini

Sebuah Pilihan

Apacapa Kyaè Nabuy Madura Totor Wisata Situbondo

Apalessèran ka Pèngghir Sèrèng Blekko’

Mored Moret Puisi RM. Maulana Khoeru

Puisi: Proposal Rindu Karya RM. Maulana Khoerun

Moh. Rofqil Bazikh Puisi

Kasidah Petani dan Puisi Lainnya Karya Moh. Rofqil Bazikh

fulitik

Bang Zul Ajak OJK dan BI Berdayakan UMKM di Situbondo

Apacapa Nurul Fatta Sentilan Fatta

Sudahi Tengkarnya, Baluran Butuh Kita

Apacapa fulitik

Talkshow Internasional: Mas Rio Undang Dubes RI, Buka Peluang Anak Muda Situbondo Kuliah di Luar Negeri

Andi Fajar Wangsa Puisi

Puisi : Sore yang tak ingin Kuakhiri dan Puisi Lainnya Karya Andi Fajar Wangsa

Cerpen Syarif Nurullah

Cerpen: Bagaimana Cara Kita Berkenalan?

Puisi Saifir Rohman

Puisi Sya’ban

Apacapa Haryo Pamungkas

Terapi di Warung Kopi

Apacapa Irwant

Pernak-Pernik Lebaran