Puisi Mored: Legenda Tangis

 


Oleh: Mahesa Asah*

 

Rindu Si Gila

;Kekasih
Mimpi

Altar
waktu perlahan memungut rindu, dari belantara hutan-hutan dan jalan
menapak.Mengutukiku dalam rentetan pujangga. Sementara serupa mata-matamu
membumbung embuun panyejuk mataku. Bukit menjulang bersaksi riangnya
candu,berbaris rapi menyambut sepucuk rindu sebelum dungu. Walau,tak bermahkota
permata dan berjubah raja destinasimu menerima si buruk rupa tuk bertamu.

Jas
hijau gelap bak lumut berlumur di tubuhmu. Lamat-lamat ku tatap,
penglihatan semakin
buram. Warna hitam serta jingga bercampur menyama;entahlah aku yang buta atau
cintaku yang sengsara hingga memilahnya pun tak kuasa. Arteriku memanas SAYANG!
keringat bau peluhku menyeruak. Namun tak ku sangka, pertemuan kita mewangi
kebahagiaan.

Sampaikan
salamku pada sepiring mi
e
kuah beserta sendoknya, ucapkan selamat berbahagia atas petarangan rumah juga
mushalla. Demi ketidaksadaran, aku bersumpah tiada lelaki sinting seberani
hamba.

           

Kalianget
23 September 2020 M.

 

Legenda Tangis

 

Ais,
sajadah kusut lusuh serupa semesta.

Menyebut
namamu di kerlipan bintang gemintang.

Rembulan
menyertai nasibmu,berganti malam hari.

Terus
sepi tanpa kehadiran kekasih.

 

Awan-awan
hitam,cahaya di sepertiga malam

Menamai
diri pemuja hati.

Dari
rayuan
Sapardi sampai janji
mati

berkoar-koar
tak henti.

;dalam
bangunan mewah bercorakkan raja alam raya.

 

Sebagai
bagian dalam luka,darahku mengalir membekas dada.

Tertusuk
belati drupada,
dicambuk
mesra raksadewa.

Tinggal
mata dan mulut mengenyam lara.

Persaksian
juga kenyataan serupa sampah tatkala pesta bahagia berusai.

Tak
apalah tisu demi tisu ku habiskan semalam,

Tangis
demi tangis ku puisikan di tengah porak poranda

cumbuan
srikandi-pangeran.

Sebab;seorang
pecinta seperti hamba

layak
tuk bertandang dan ditendang.

 

Masjid
Annuqayah 2020 M.


Suara Alengka

 

;Nusantara

Sederet
pendapat mengatasnamakan merdeka

Sebagai
kedamaian.

Segenap
perawakan manusia menyatakan norma

Sebagai
pemersatu bangsa.

Namun,berbeda
dengan Alengka.

Sejenis
hewan purba,melihat tanpa mata,berjalan tanpa jejak.

Mengingkari
kebenaran menakwil kesengsaraan.

 

Wahai
Alengka,sang pendobrak kejujuran.

Nafsu
birahimu berkesan diantara kalangan hewan.

Dengan
badan kerdilmu,monumen kesejahteraan rakyat sentosa

Berdiri
gagah.

Persembahan
hak-hak sang pahlawan,deklamasi mimpi damai

;menyonson
tembikar kearifan indonesia.

Dikepalamu
yang botak,kanker otak berdiam.

Mempersaksikan
betapa jeniusnya pemikiran seorang alengka.

 

Sungguh
berat namamu ku ucap,

Sampai
–sampai sajakku ikut berguguran.

Tak
menyisihkan sepucuk daun:tinggallah batang-batang

Dan
rerantingan kerontang.

Menghempaskan
dimensi masa mendatang.

 

Alengka
ramalan kiamatmu hakiki,

Anak-anak
sekolah dasar mengamini jalanan,mahasiswa melayani tempat prostitusi.

Hingga
parlemen jadi ruangan perjudian.

Lenyaplah,lenyaplah
duniaku Alengka.

Merestui
pula kedamaian tuhan.

 

Annuqayah
2020 M.

 

*Siswa
Jurusan Bahasa MA 1 Annuqayah, turut aktif di Majlis Sastra Mata Pena,Kompas
dan Sanggar Kotemang.

Penulis


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Alif Febriyantoro Cerpen

Cerpen : Lidah

Apacapa Feminis Raisa Izzhaty

Body Shaming: Pelecehan, Bukan Lelucon

Mored Moret Puisi RM. Maulana Khoeru

Puisi: Proposal Rindu Karya RM. Maulana Khoerun

Apacapa Fendi Febri Purnama

Kolong Situbondo: Ada yang Beda pada Diksi Bahasa Madura di Situbondo #1

Mahesa Asah Puisi

Puisi Mored: Legenda Tangis

Apacapa Rully Efendi

Demam Tangan Disilang, Kaesang Pun Patennang; Komitmen PSI Lawan Korupsi

Buku Monique Clariza Resensi Ulas

Resensi: Jejak Kelahiran Manusia Lewat Adaptasi Grafis

Apacapa Marlutfi Yoandinas

Situbondo Dik, Patennang!

Apacapa Irwant

Pernak-Pernik Lebaran

Buku Ulas Yudik Wergiyanto

Sundari Keranjingan Puisi dan Cerita-cerita Lainnya: Santai, Namun Serius Berkelakar

Alex Cerpen

Cerpen: Dia Bukan Gatot Kaca

Apacapa Musik Supriyadi Ulas

Senandung Kasih dari Ibu

Apacapa redaksi

Kampung Langai, Dik: Apa Kamu Gak Mau Nonton?

Baiq Cynthia Puisi

Puisi Niaga Bersama Tuhan Karya Baiq Cynthia

Aldi Rijansah Putra Alexong Cerpen

Cerpen: Di Langit, Sore Masih Jingga

Apacapa Arif Noerfaizal

Refleksi 73 Tahun Indonesia Merdeka

Cerpen Ulfa Maulana

Cerpen: Peri dan Kekuatan Kenangan

Nanik Puji Astutik Prosa Mini

Laksana Putih Salju

Buku Thomas Utomo Ulas

Ulas Buku: Perjalanan Melarikan Luka

Uncategorized

Peran Mahasiswa Sebagai Guardian of Value