Puisi: Purnama di Bulan Januari


Purnama di Bulan
Januari
I/
Di kotak persegi ,
penantian berbuah ranum
Bulan berkelupas, membawa warna yang
menentramkan
Dinding itu tak terlihat buram seperti sediakala
Seperti wajah rembulan berawan
Siluet kekasih, membuat malam jadi cemerlang
II/
Dia pesakitan bermata elang
Mengulang ulang cinta tak disalahkan
Membelai dengan tanpa jeda
Menuntaskan masa lalu yang tertunda
Dan tak bertanya lagi pada riak-riak kegelapan
III/
Bagimu, bulan tak keriput lagi
Ketidakpastian hening menjadi masa depan
Bukan lagi kesendirian seperti pengasingan raga
Purnama bulan pertama melekat di permukaan
Menerangi lorong yang kita lewati
12/01/2020 10:55 p.m
Percakapan Yang
Hilang
Jalan-jalan kenangan
sudah ditumbuhi ilalang sepi
Aku mencarimu
diantara barisan huruf yang kau rangkai
Sampai di
tahun-tahun terakhir yang berlumur arah ganjil
Berusaha melarikan
diri dari ingatan, kau limbungkan sunyi untukku
Kau-aku bukan cerita
ilusi di lereng gunung
Mudah sekali menebak
logika yang kau ciptakan
Hati justru sangat
rumit memperjelas pecahan rasa
Tentangmu sungguh
enggan dijelaskan
Seribu kata membias
masa malam
Lalu kutinggalkan
seluruh alam
Dan berbisik,
“Persimpangan
percakapan telah hilang”
Bisikan berhasil
mengantarkanku
Untuk memilih jalan
pergi bersama kalamNya
Biodata Penulis
Baiq Wahyu Diniyati H. Mahasiswi/PBA IDIA
Al-Amien Prenduan Sumenep Madura

Penulis


Comments

2 tanggapan untuk “Puisi: Purnama di Bulan Januari”

  1. Puisi hasil telponan dengan pezina.pantas saja diusir

  2. Bukan cuma telponan kang, sudah berzina

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ahmad Maghroby Rahman Apacapa

Situbondo : City of Sellow

Moh. Imron Ngaleleng

Kendit Harmoni : Ketika Seni Menemani

Erliyana Muhsi Puisi

Puisi: Telanjang Pudar Karya Erliyana Muhsi

Apacapa

Dilema PRT : Antara Musim Hajatan Dan Profesionalisme Kerja

Apacapa

Iduladha sebagai Perayaan Berbagi dan Menyelamatkan Sesama

Apacapa Baiq Cynthia

Memvisualkan Literasi Menjadi Budaya

Guru Mored Moret Puisi Ririn Anggarini

Rindu dan Puisi Lainnya

Almaidah Sela Agustin Istiqomah Cerpen

Cerpen: Bidadari Berhati Baja

Cahaya Fadillah Puisi

Puisi-puisi Cahaya Fadillah: Setelah Engkau Pergi

Apacapa

5 Alasan Kenapa Kalian Harus Ngefans sama Harli

Apacapa Nanik Puji Astutik

Menikah Tanpa Sepeser Uang

Puisi Sholikhin Mubarok

Selamat Datang di Negeri Dagelan: Bagaimana Kejahatan Dilakukan Tanpa Disengaja?

Mored Nurmumtaz Sekar Ramadhan

Cerpen Mored: Secangkir Kopi

Cerpen Toni Kahar

Cerpen: Sebelum Membayar Dendam

Apacapa Bayu Dewo Ismadevi

Menyiapkan Generasi yang Hebat

Apacapa Marlutfi Yoandinas

Selamat, Mas Rio dan Mbak Ulfi

prosa

Denpasar ke Jember Jauh Padahal kita Dekat

Puisi Rizal Kurniawan

Puisi-puisi Rizal Kurniawan: Ibu Kota Baru Suatu Pagi

Indra Nasution Prosa Mini

Prosa Mini – Perbincangan Kakek dengan Pemuda

Apacapa

Mbak Una Ultah, Dirayakan dengan Gembira Bersama Warga Trebungan