Resensi: Kembang Api

 

Judul
Film : Kembang Api

Sutradara
: Herwin Novianto

Produser
 : Frederica

Ditulis
oleh : Alim Sudio

Perusahaan
produksi : Falcon Pictures

Tanggal
rilis : 2 Maret 2023

Durasi
: 104 menit

Peresensi
: Muhammad Rizal*)

 

Saya
dibuat penasaran oleh kemunculan poster film ini di sebuah laman penyedia film.
Poster kepala orang dengan ekspresi ketakutan memejamkan mata dan disertai efek
kembang api. Saya tidak menontonnya saat akan perayaan tahun baru, tetapi saat
mengisi waktu luang liburan semester. Namun, melihat dari judulnya sepertinya
langka film dengan judul seperti ini atau bahkan judulnya pun terlalu biasa.
Yang saya duga film ini akan terdapat adegan pembunuhannya. Ternyata film ini
termasuk ke dalam kategori sangat direkomendasikan untuk ditonton dan bergenre
sains fiksi dan thriller. Kebetulan saya suka.

Alur
film ini bisa dikatakan agak membingungkan. Dibuka dengan menyajikan sebuah
bola besar yang dibawa oleh seorang laki-laki bernama Langit Mendung di sebuah
gudang tertutup. Jujur, saya tidak pernah melihat bentukan benda tersebut. Bola
tersebut bertuliskan peribahasa Jawa Urip iku Urup latin dan beraksara
Jawa. Lalu untuk apa bola ini? Barulah terjawab dengan kedatangan seorang pria
muda bernama Anggrek Hitam yang bertanya “Apa benar ini grup kembang api?” Oh.
Jadinya, bola tersebut adalah bola kembang api. Lalu untuk apa mereka akan
berkumpul menghadap bola tersebut? “Kenapa kok mau mati, Mas?” dan “Kenapa
tertulis seperti ini, pak?” Grup ini sejatinya adalah misi empat orang yang
akan bunuh diri dengan meledakkan bola kembang api.

Lalu,
datanglah orang kedua—seorang ibu muda bernama samaran Tengkorak putih, dan
orang ketiga yang hadir—yang tidak mereka duga adalah seorang anak SMA bernama
Anggun yang masih beseragam. Setelah berbincang-bincang, akhirnya mereka
meledakkan bola tersebut dengan sebuah remot kontrol. Tanpa mereka sangka,
mereka kembali berada di tempat tersebut dengan urutan kedatangan yang sama
seperti sebelumnya—angrek hitam, tengkorak putih, dan Anggun. Ketiga orang
terakhir tidak langsung menyadari mengapa setelah bola itu meledak mereka masih
bisa kembali ke tempat itu. Karena masing-masing sudah merasa kesal dengan
percobaan bunuh diri yang mereka lakukan dan gagal—mereka saling tuduh bahwa
ini gara-gara kutukan, siksa neraka, dan karena kehadiran seorang anak muda
yang ingin ikut mati bersama mereka. Entah mana penyebab yang dirasa masuk
akal.

Film
berdurasi 85 menit dengan tokoh yang terbatas membuat saya mudah membaca
karakteristik setiap aktornya. Semua tokoh memainkan perannya dengan sempurna.
Langit mendung dengan nama asli Fahmi Iskandar yang merupakan seorang ayah
adalah pengusaha kembang api itulah mengapa ia adalah inisiator grup ini.
Anggrek hitam dengan nama asli Raga Kurniawan yang merupakan seorang dokter.
Tengkorak putih dengan nama asli Sukma yang merupakan seorang ibu rumah tangga.
Anggun seorang anak SMA. Menurut saya, film ini bertambah kuat dengan hadirnya
Anggun karena zaman sekarang sangat santer dengan berita anak muda yang bunuh
diri. Apalagi alasan Anggun ingin bunuh diri termasuk isu aktual dunia
pendidikan saat ini, yaitu bullying.

Kembang
api menjadi ironi karena difungsikan tak sebagaimana semestinya. Kembang api
menjadi simbol hilangnya sisi kemanusiaan. Justru kita akan ditunjukkan bahwa
kembang api adalah moodbooster sebagaimana yang tertulis di luarnya,
urip iku urup, kalau kita tidak urip, tidak akan urup/menyala.
Adegan saat mereka berputar ke keadaan semula sejatinya pun menyiratkan bahwa
alam tak menghendaki perbuatan kita. Intinya jangan berbuat konyol kalau tidak
ingin dibuat konyol. Hal ini mengajarkan kepada kita bahwa seberat apa pun
masalah yang kita hadapi cara terbaik adalah dengan saling berbagi bukan
mengakhiri diri. Kita punya mau, dunia punya maksud. Hidup sudah singkat,
jangan dibuat lebih singkat.

Akan
tetapi, ada beberapa hal dalam film yang dirasa masih kurang. Cerita yang
diangkat terlalu umum karena alur yang sudah bisa ditebak oleh penonton. Efek
CGI saat ledakan bola masih belum menyentuh, padahal aktor yang memainkannya
adalah pemain kelas atas. Bagaimana tokoh Anggun menyudahi kasus bullying-nya
juga tidak terungkap. Sebaiknya kembang api ditujukan kepada kalangan remaja
sampai dewasa berusia 18 tahun ke atas, terutama yang mengalami masalah mental
berat dan butuh dukungan sebagai sinema konseling. Saya memberikan bintang 4
dari 5. 

 

*)
Penulis adalah seorang guru bahasa Indonesia tingkat SMA

Penulis


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Apacapa Sutrisno

KH. A. Wahid Hasyim; Perjuangan dan Pemikiran tentang Pendidikan, Politik dan Agama

Buku M Ivan Aulia Rokhman Ulas

Perjalanan Tiga Pendaki untuk Memaknai Kehidupan

Penerbit

Buku: Kesiur Perjumpaan

Puisi Syukron MS

Puisi: Wonokromo, Cinta, dan Masa Lalu

Apacapa Nanik Puji Astutik

Mencari Teman Hidup

Apacapa Muhammad Muhsin

Politik Layangan Situbondo

Apacapa Fadhel Fikri

Gus Miftah dan Dakwah yang Merendahkan: Sebuah Kritik dari Perspektif Teologi Antroposentris

Apacapa

Dadang Wigiarto; Bupati Religius itu Berpulang

Apacapa Musik Nafisah Misgiarti Situbondo Ulas

Ghu To Ghu dan Makna Perjalanan

Apacapa Madura Syaif Zhibond

Lancèng Takaè’

Apacapa

Maukah Kau Menemaniku di Kampung Langai, Dik?

Agus Hiplunudin Apacapa Feminis

Dominasi Patriarki, Konstruksi Tubuh Perempuan dan Pelakor

Mored Moret Puisi Nur Akidahtul Jhannah

Puisi Mored: Jeritan Pantai Peleyan dan Puisi Lainnya

Apacapa Moh. Imron

Analisis dan Lirik Lagu Kala Benyak: Waktu yang Tepat untuk Bersedih

Apacapa Buku Junaedi Ulas

Reformasi Birokrasi Perwujudan Birokrasi yang Berbudaya

Apacapa Sholikhin Mubarok

Islam Nusantara Adalah Representasi Islam Universal

Buku M Ivan Aulia Rokhman Ulas

Ulas Buku – Memaknai Segitiga Cinta

Review Film Yopie EA

FLOW: Sebuah Mahakarya dari Sutradara Asal Latvia

Cerpen Gusti Trisno

Cerpen : Joe di Persimpangan Jalan Karya Gusti Trisno

Puisi Syukron MS

Puisi: Kapsul Cinta