Resensi: Parade Senyap

SINOPSIS

Seorang gadis populer menghilang tanpa jejak, tulang-tulangnya ditemukan tiga tahun kemudian di puing rumah yang terbakar. Polisi menemukan beberapa bukti yang menunjukkan keterlibatan seorang laki-laki, tapi tak bisa mendapatkan bukti yang membuktikan laki-laki itu sebagai si pembunuh. Laki-laki itu ditahan tapi kemudian dibebaskan karena kurangnya barang bukti.

Ini bukanlah kali pertama laki-laki itu lolos dari jerat hukum, nyaris dua puluh tahun lalu dia diseret ke pengadilan karena sebuah kasus pembunuhan tapi akhirnya dibebaskan karena bukti yang tidak memadai. Si tersangka dengan cerdik mengeksploitasi sebuah celah hukum, dan membuat frustrasi Kusanagi, polisi yang bertugas menyelidiki kedua kasus itu.

Kusanagi berjanji untuk terus berusaha mencari bukti yang diperlukan agar pria itu diadili. Tapi tiba-tiba si tersangka ditemukan meninggal. Mengingat betapa banyaknya orang yang menginginkan kematian laki-laki itu, polisi merasa kematiannya mencurigakan. Tapi semua orang yang memiliki motif untuk membunuhnya memiliki alibi kuat. Kusanagi memutuskan untuk sekali lagi meminta bantuan sahabatnya, Yukawa Manabu sang Detektif Galileo, untuk membantunya menyelesaikan teka-teki ini dan membuktikan kematian sang tersangka merupakan pembunuhan.

Novel ini menampilkan kembalinya tokoh khas Sensei Keigo yaitu Manabu Yukawa ke dalam pusat penyelidikan misteri yang rumit dan menggugah. Cerita bermula ketika kerangka seorang gadis populer ditemukan tiga tahun setelah ia menghilang, di bekas rumah yang terbakar. Pelaku yang selama ini dicurigai ternyata bebas karena bukti yang lemah. Kemudian, saat festival Parade digelar, sang tersangka mendadak meninggal dunia dalam keadaan yang sangat mencurigakan sehingga membuka kemungkinan bahwa tak hanya satu, melainkan beragam pihak yang punya motif kuat namun alibi tampak sempurna

Novel seri kelanjutan Detektif Galileo ini memiliki teka-teki yang begitu kompleks sehingga pembaca kesulitan menebak pada awalnya, bagaimana sang pelaku bisa bebas dari segala tuduhan dengan bukti yang cukup terpampang jelas? Terlebih sang pelaku malah meminta uang kompensasi selama masa penahanannya. Sehingga pembaca dibuat bertanya-tanya ‘Jika bukti tidak cukup, bagaimana keadilan bisa ditegakkan?’

Keluarga Namiki yang merupakan korban atas hilangnya putri pertama mereka bernama Saori yang akhirnya ditemukan kembali setelah 3 tahun kehilangannya, membuat warga sekitar dan pengunjung restoran Namikiya geram. Sebab pihak kepolisian dianggap tidak bisa bekerja secara maksimal. Pelaku dianggap terlalu cerdik menyembunyikan trik dan bukti atas perbuatan kejinya. Sampai suatu berita datang bahwa Hasunuma, sang pelaku yang sudah terpatri di kalangan masyarakat sekitar sebagai pembunuh itu meninggal dunia di ruang sempit milik rekannya. Berita itu menjadi gempar seketika sebagai berita yang dinanti-nanti oleh berbagai kalangan masyarakat yang membenci Hasunuma karena selalu berhasil bebas dari tuduhan kasus-kasus pembunuhan.

Novel ini memiliki setting yang gelap sehingga atmosfer pembaca juga ikut redam di dalamnya. Matinya seorang Hasunuma di hari festival Parade, membuat masyarakat bertanya-tanya, siapa yang berhasil membunuh seorang pembunuh?

Pihak kepolisian yang sebelumnya menyelidiki Hasunuma atas ditemukannya tulang belulang milik Saori, langsung berubah jalur menyelidiki keluarga Namiki. Ayah, Ibu, dan adik Saori bernama Natsumi diwawancara satu per satu atas alibi mereka, termasuk pasangan Niikura yang merupakan Manajer Saori di bidang musik. Terdapat pacar Saori juga bernama Takagaki yang berhasil memberi alibinya pada hari festival Parade itu berlangsung. Alibi mereka semua terbukti dari rekaman CCTV dan wawancara orang-orang sekitar.

Namun, bukan Manabu Yukawa namanya jika tidak bisa berhasil memecahkan bagaimana sang pelaku membunuh Hasunuma di ruang sempit itu tanpa ada bekas luka di tubuhnya. Fisikawan jenius yang menjadi konsultan Kusanagai yang merupakan polisi yang menangani kasus itu, menghadapi aspek moral dan emosional yang lebih dalam dibanding kasus sebelumnya. Keterikatan emosional terhadap tokoh-tokoh tertentu menjadi daya tarik novel ini. Meskipun ritme cerita di tengah bagian cukup lambat, Higashino berhasil membuat novel ini dalam kategori ekstrem cerdas dan sulit ditebak.

Tema utama novel Parade Senyap ini adalah pertentangan antara keadilan moral dan keadilan hukum. Dari kasus kematian Saori, memperlihatkan bagaimana masyarakat bisa membisu ketika sistem hukum tidak cukup kuat. Banyak tokoh di novel ini yang tahu sesuatu, tapi memilih bungkam. Bukan karena takut, tapi karena keadilan kadang lebih rumit dari sekadar menangkap pelaku. Judul novel ‘Parade Seyap’ bukan hanya merujuk pada parade festival, tapi juga menjadi metafora tentang diamnya hati nurani banyak orang, dimana mereka menutup mata terhadap kebenaran dan keheningan menjadi bentuk perlawanan sekaligus pelindung.

Kelemahan novel ini adalah alur yang melambat di tengah cerita, terutama pada sesi penyelidikan formal dan wawancara saksi. Seolah lebih banyak observasi dibanding investigasi. Selain itu banyak tokoh minor yang terasa lebih seperti drama dialog dan analisis moral daripada misteri aksi. Konfliknya lebih banyak di ruang batin dan percakapan dibanding penyelidikan dramatis. Emosi empati terhadap korban juga tidak dapat dibangun di awal cerita, dan ending yang menurut saya tidak benar-benar tuntas.

Identitas Buku

Penulis : Keigo Higashino
Tahun: 2025
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 512 hlm ; 20 cm
ISBN: 978-602-06-8494-9
Jenis: Fiksi

Penulis

  • Putri Oktaviani lahir di Tangerang pada Tahun 2000. Penggemar fiksi thriller dan misteri ini senang mendengarkan radio dan cerita horor. Cerpen-Cerpennya tersiar di beberapa media seperti: Majalah Harmoni, Majalah Kandaga, Majalah Elipsis, Koran Solopos, Koran Kedaulatan Rakyat, Koran Radar Madura, Magrib Id, dll. Novel-Novelnya juga tayang di platform Fizzo (Five Eternal Rings & Replaceable Love) dan Novel Life (Violette Scarlette & Lady in Red of Magnolia). Karya cerpennya yang berjudul Setelah Ledakan juara 1 dalam Lomba Cerpen Loka Media. Bisa disapa di IG @putri.oktavn


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Puisi Reni Putri Yanti

Puisi: Terbiasa

Apacapa

Maukah Kau Menemaniku di Kampung Langai, Dik?

Apresiasi

Puisi – Tentang Situbondo

A. Warits Rovi Cerpen

Cerpen: Lelaki Yang Bercita-cita Jadi Tukang Sihir

Mored Moret Nur Akidahtul Jhannah Puisi

Puisi Mored: Bunga Perkasa dan Puisi Lainnya

Cerpen Lia Fega

Cerpen : Perselisihan untuk Sang Tuan Karya Lia Fega

ana Hanisah Buku Resensi Ulas

Ulas Buku: Malam Seribu Jahanam

Apacapa Ayu Ameliah

Urgensi Perlindungan Hak Asasi Manusia dalam Masyarakat Multikultural

Buku Ulas

Para Bajingan Yang Menyenangkan: Benar-benar Bajingan!

Cerpen Yulputra Noprizal

Cerpen : Ini Kawanku, Namanya Zar Karya Yulputra Noprizal

Apacapa Imam Sofyan

Pengghir Sereng: Wisata Rumah Pintar Pemilu di Situbondo

Uncategorized

Puisi Mored: Lembung Kejora

Cerpen Eko Setyawan

Cerpen – Ada Sesuatu yang Telah Dicuri dari Tubuhku, Entah yang Mana

Mahesa Asah Puisi

Puisi: Di Taman Aloska

Buku Junaedi Ulas

Jangan Tinggalkan Desa, Karena Desa Layak untuk Diperjuangkan

Fahrus Refendi Puisi Puisi Madura

Puisi Madura: Sanja’

Nuriman N. Bayan Puisi

Sekelopak Mata dan Puisi Lainnya Karya Nuriman N. Bayan

Alexong Apacapa

Wahana Trampolin, Catatan Pameran Exposition

Buku Thomas Utomo Ulas

Ulas Buku: Perlawanan Terhadap Eksploitasi Anak

apa esa Moh. Imron

Burombu: Sebuah Tema Kampung Langai 6