N. Bayan
berpaling. aku sudah kelelahan mendaki punggungmu yang rimba. jalan licin yang
tak tentu arahnya. sungai yang tak kenal musim menepikan akar dan
batang-batang. api yang terus menyala menerbangkan asap ke banyak bukit. ke
banyak langit. ke banyak pendakian dan pada akhirnya aku memilih. jalan yang
kau bilang aku tersesat dan tak kembali. dan benar, aku tersesat dan tak pernah
kembali. benar benar tak kembali. tapi bulan tanpa payung yang dulu menyinari punggung kita pada malam
yang dingin, bulan yang benar benar mabuk, selalu kekal. meski jarak adalah
satu dari seribu bahasa bisu. bahasa yang makin tinggi besar dan melebar. dan
sampai kini kita masih melakoni sebuah episode. entah apa namanya. aku masih
mengeja terik mahatari membakar punggungku, dan air berlonjatan dari matanya
seperti jeram. benar benar tajam, dan aku hanyut bagai nelayan kehilangan
dayungnya. sungguh, musim yang benar-benar piatu.
ingatan pulang ke tanah ibu
mengalirkan waktu ke tanah jauh
di dekat jantung yang abdi.
hulu
mataku”
Tinggal Cinta yang Gila
cinta yang gila, kata seseorang
laptop yang tak lagi memberi huruf
kualifikasi angka-angka pada rumus rumus
berkali-kali menundah tidurnya.
kalimat L dan D
menjadi H dan H menjadi S
dari H sebelum S dan P
dan kau tanggungjawab.
dan rumus rumus menjadi api
menyelinap keluar dari jendela
berarak-arak melintasi atap rumah
benar benar turun.
cinta yang gila, kata seseorang
yang ia buat hingga malam tertidur
hanya hidup dalam mimpi-mimpi
betina diam diam menjadi batu.
Hujan
sebelum Desember
gelombang sambil
ke pulau doi. harapan
galela majiko pada suatu
sedemikian dekat tapi terasa
punggung telaga yang lupa
harianku. memikirkanmu seperti
dan para petani begitu
keringat yang jatuh di antara
ranum untuk sebuah ingatan yang harum.
Nuriman N. Bayan atau lebih dikenal dengan Abi N.
Bayan lahir di desa Supu Kec. Loloda Utara, Kab. Halmahera Utara, Provinsi
Maluku Utara, pada 14 September 1990. Anak dari Hi. Naser Dano Bayan dan Rasiba
Nabiu. Saat ini menjadi Pembina Komunitas
Parlamen Jalanan Maluku Utara (Komunitas Teater) dan Komunitas Penulis Tepi. Buku puisi bersamanya, antara lain: Kita Halmahera, Kitab Puisi Penyair Maluku
Utara, Mengunyah Geram, Rumah Seribu
Jendela, Ombak Ombak Tepi, Soekarno dan Wong Cilik Dalam Puisi, Senja Langit
Jatigede, Negeri Bahari, Senyuman Lembah Ijen, Embun-embun Puisi, Bait Kisah
Musim Hujan dan pernah terbit di Majalah
Simalaba, Majalah Mutiara Banten
serta di beberapa surat kabar (Lampung Post,
Bangka Post, Posko Malut, Kabar Harian Madura) juga terpublikasi di
beberapa media online. Kini tinggal di Ternate.
Tinggalkan Balasan