Tore Maca: Mengisi Situbondo dengan Literasi yang Menyenangkan

 

“Aku rela dipenjara
asalkan bersama buku. Karena dengan buku Aku bebas,” ~Moh. Hatta

Bayangkanlah penjara
yang dimaksud Hatta adalah ruang publik. Katakanlah alun-alun ini, menangkap
pengunjung dan memenjarakan mereka bersama buku. Apa yang akan terjadi pada
Situbondo?

Kami mencari jawabannya
pada Tore Maca. Suatu gerakan
literasi dengan niat mencuri perhatian masyarakat Situbondo. Setidaknya mereka
yang berkunjung ke alun-alun Situbondo. Setiap malam Sabtu, Tore Maca menggelar lesehan baca dengan harapan
yang sama: mencintai literasi, buku, dan bersenang-senang.

Setidaknya 3 minggu
terakhir, alun-alun Situbondo menjadi tempat berkumpulnya beberapa anak muda
yang antusias mencintai buku. Dan membacanya bersama-sama. Baik anak kecil,
santri dari pesantren terdekat, maupun orang dewasa yang tertarik dengan buku,
semuanya turut serta dalam kegiatan membaca.

Kabar baiknya, gerakan
ini juga mendapat dukungan dari beberapa komunitas dan penerbit, yang secara
sukarela menyumbangkan beberapa eksemplar buku untuk dibaca bersama. Bahkan,
beberapa acara temu penulis telah diadakan dalam rangka mempererat hubungan
antara para penulis dan pembaca.

Bersama suasana malam
yang tenang dan lampu-lampu kota yang gemerlap, para pegiat “Tore
Maca” membawa berbagai macam buku yang mereka minati dan buku hasil
dukungan sebagaimana saya sebutkan di atas. Beberapa duduk di bangku taman
dengan buku-buku novel, sementara yang lain memilih berbincang sambil melakukan
diskusi-diskusi kecil. Mereka larut bersenang-senang bersama buku dan
percakapan.

Salah seorang teman,
Fathul, mahasiswa STIQ Walisongo, mengatakan, “Saya merasa sangat
terhubung dengan orang-orang di sini. Kegiatan ini membuka kesempatan bagi kami
untuk berbagi wawasan dan mengeksplorasi dunia literasi bersama-sama,”
ungkapnya.

Fathul seolah ingin
mengatakan bahwa Situbondo bersama anak muda dan buku-buku sedang berjalan di jalur
yang berbeda. Baginya, keberadaan gerakan-gerakan literasi ini mampu
menghubungkan persamaan mimpi tentang Situbondo yang penuh gagasan-gagasan baik.
Tidak lagi saling mencela dan membenci. Capek
Ah.

Semoga gerakan kecil
semacam “Tore Maca” ini terus menyebar dan menggurita.  Bisa menjadi inspirasi bagi masyarakat di berbagai
daerah untuk melek buku. Lalu semakin banyak masyarakat khususnya anak muda yang
berwawasan luas, yang memberi jawaban untuk Situbondo hari ini. Karena saya haqqul
yaqin mengisi Situbondo tidak harus dengan caci maki dan kebencian, tetapi
dengan gagasan dan ide-ide segar yang produktif dan menyenangkan.

 ___

Penulis:
 Mohammad
Rozi
(Aktivis buku. Anggota muda di
Mara Marda Institute
)

Editor:
Hans.

Penulis


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Puisi Syamsul Bahri

Puisi: Di Atas Tanah

Cerpen Moh. Jamalul Muttaqin

Cerpen: Pelangi

Cerpen Mathan

Cerpen: Aku Tahu Kau Masih Ingin Hidup Lebih Lama Lagi

Apacapa Sejarah Situbondo

Diskusi Penyelamatan Cagar Budaya: Sebuah Ikhtiar Membuka Mata Pemerintah Situbondo

Choirun Nisa Ulfa Prosa Mini

Prosa Mini – Irama Kematian

Musik Supriyadi Ulas

Desember dan Musik yang Sendu

Nahiar Mohammad Puisi

Puisi : Di Sepanjang Jalan Ini

Achmad Al-Farizi Apacapa Esai

Lagu Aisyah Istri Rasulullah: Sisi Romantis Keluarga Muhammad

Faris Al Faisal Puisi

Puisi: Merangkak Patuh

Mahesa Asah Puisi

Puisi Mored: Legenda Tangis

Advertorial Apacapa Moh. Imron

Ji Yoyok Peduli Disabilitas

Ahmad Zaidi Apacapa Esai

Selamat Hari (Tidak) Jadi Kabupaten Situbondo

Apacapa

Kumpul Komunitas: Merdeka Belajar dan Belajar Merdeka

Muhaimin Prosa Mini

Tahun Baru? Why Not?

Apacapa Baiq Cynthia

Kepingan Kenangan di Kota Santri Situbondo

Mim A Mursyid Puisi

Puisi: Resonansi Karya Mim A Mursyid

Apacapa

Saya Sudah Berhenti Membaca Berita, dan Mungkin Kalian Juga Harus Melakukannya

Ipul Lestari Puisi

Alisa, Kamulah Puisiku

abdul wahab Apacapa fulitik

Tentang Anggota DPRD dan Aspirasi Rakyat

Cerpen Putri Oktaviani

Cerpen: Lelaki Berpayung Putih