Ulas Buku: Perlawanan Terhadap Eksploitasi Anak

Oleh: Thomas Utomo

 

Judul : Petualangan Tiga Hari

Pengarang : Dian
Dahlia

Penerbit : Indiva
Media Kreasi

Cetakan : Pertama,
September 2020

Tebal : 256 halaman

ISBNenting yang
disoroti  : 978-623-253-003-4

 

Petualangan Tiga Hari
adalah Juara III Kompetisi Menulis Indiva Tahun 2019 kategori Novel Remaja.

Salah
satu isu penting yang disoroti dalam novel ini adalah soal eksploitasi anak.

Dilansir
dari  http://bpsdm.kemenkumham.go.id/id/berita-bpsdm/sanksi-bagi-pelaku-eksploitasi-terhadap-anak
(diakses Rabu, 16 Desember 2020, pukul 19.45 WIB), eksploitasi anak adalah
tindakan sewenang-wenang terhadap anak yang dilakukan oleh orang tua, keluarga,
atau orang lain dengan tujuan memaksa anak untuk melakukan sesuatu tanpa
memperhatikan hak anak, tidak sedikit orang tua yang terpaksa mempekerjakan
anak-anaknya untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, dengan menjadikannya
sebagai pengemis, pengamen, penjual makanan, penjual koran, pemulung, hingga
menjadi kurir narkoba, dan tidak jarang juga karena tertipu dijanjikan akan
dipekerjakan disebuah perusahaan dengan iming-iming gaji besar, akan tetapi
kenyataanya malah dijadikan pekerja seksual.

Larangan
melakukan eksploitasi terhadap anak diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2016. Dalam Pasal 76i dikatakan, “Setiap
orang dilarang menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh melakukan, atau
turut serta melakukan eksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual terhadap anak
.”

Sanksi
bagi pelaku eksploitasi anak adalah pidana
penjara paling lama sepuluh tahun atau denda paling banyak Rp 200.000,000,00
(dua ratus juta rupiah)
. Hal ini diatur dalam Pasal 88 Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
Tentang Perlindungan Anak.

Dengan
ancaman sedemikian bagi pelaku, nyatanya kasus eksploitasi anak di Indonesia
belum kunjung surut. Berdasarkan data Komisi Perlindungan Anak Indonesia
(KPAI), sepanjang 2019, tercatat 244 kasus dengan jumlah kasus tertinggi adalah
anak korban eksploitasi seksual komersial sebanyak 71 kasus, selain anak korban
prostitusi 64 kasus, anak korban perdagangan 56 kasus, dan anak korban pekerja
53 kasus.  (https://mediaindonesia.com/humaniora/327299/kpai-serukan-percepatan-perlindungan-korban-eksploitasi-anak,
diakses Rabu, 16 Desember 2020, pukul 20.11 WIB).

Menarik
sekaligus ngerinya, berdasarkan data Aceh Journal National Network, tidak
sedikit pelaku eksploitasi anak berasal keluarga sendiri seperti orang tua,
paman, bibi, dan sebagainya (https://www.ajnn.net/news/dinsos-lhokseumawe-masih-ada-orangtua-yang-suruh-anaknya-mengemis/index.html,
diakses Rabu, 16 Desember 2020, pukul 20.32 WIB).

Hal
ini pula yang terjadi pada tokoh Alif dalam novel Petualangan Tiga Hari. Anak praremaja ini dibawa Pak Jo, pamannya keluar
Pulau Jawa menuju Bontang, Kalimantan Timur dengan alasan hendak disekolahkan.
Faktanya, dia justru dipaksa menjadi pengemis (halaman 94-96).

Kepada
Mukhlis, tokoh utama Petualangan Tiga
Hari
—yang dijebak dan juga dipaksa Pak Jo untuk menjadi peminta-minta—Alif bersaksi,
“Dia (Pak Jo—pent.) orang paling jahat yang pernah aku temui. Bahkan jauh lebih
jahat dari petugas yang kadang menangkapku. Salah besar kenapa kamu bisa
bertemu dengannya. Tetapi, nasi sudah menjadi bubur. Kita dianggapnya seperti
mesin uang. Melihatku bagai melihat uang. Yang ada di otaknya selalu uang dan
uang.” (halaman 94).

Tidak
jarang, Alif didera cambukan ikat pinggang dan tidak diberi makanan apabila
melanggar perintah sang paman.

Kekejaman
Pak Jo tidak berhenti sampai di situ. Dia kemudian berkongsi dengan sindikat
perdagangan anak di Tarakan, Kalimantan Utara untuk menjual Alif dan Mukhlis
(halaman 161-174).

Dicermati
dari muatannya, Petualangan Tiga Hari
merupakan upaya Dian Dahlia—sang pengarang—untuk melawan kezaliman sekaligus mengujarkan
kepada pembaca muda untuk menghayati, mengerti, kemudian berhati-hati terhadap
upaya eksploitasi anak dan remaja beserta jaring-jaring perangkapnya.

Muatan
positif lainnya adalah motivasi untuk tidak mudah menyerah, berani mengubah
nasib, kepahlawanan, optimisme, semangat untuk maju, penuh ide dan gagasan, dan
sikap mandiri.

 

*Thomas
Utomo adalah mahasiswa Pendidikan Profesi Guru Universitas PGRI Semarang.
Sehari-hari bekerja sebagai guru SD Negeri 1 Karangbanjar, Purbalingga, Jawa
Tengah. Dapat dihubungi via nomor 085802460851 atau surel
utomothomas@gmail.com. Sedangkan alamat domisili ada di Jalan Letnan Kusni
nomor 10 RT 2 RW 6 Bancar Badhog Centre, Kelurahan Bancar, Kecamatan/Kabupaten
Purbalingga, Provinsi Jawa Tengah kode pos 53316.

Penulis


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mahesa Asah Puisi

Puisi: Di Taman Aloska

Buday AD Puisi Sastra Minggu

Puisi: Melepas Air Mata

Apacapa MA Marzuqin

Apacapa: Ngobrolin Gus Dur: “Gus Dur, Sastra dan Wanita”

Alexong Arianto Adipurwanto Cerpen

Cerpen: Malam Panjang Naq Kerinying

Fikri Mored Moret

Cerbung: Fikri dan Kisah-Kasih di Sekolah (Part 3)

Cerpen Devi Tasyaroh

Cerpen: Menggadai Kebahagiaan

Ihda Asyrofi Puisi

Puisi: Menaksir Zikir

Catatan Perjalanan Ngaleleng Nur Faizah Wisata Situbondo

Gunung Panceng Adventure

Apacapa Syaif Zhibond

Selamat Molang Are, Orang Pilihan

Apacapa Supriyadi

Takbiran, Bunyi, dan Memori

Ahmad Zaidi Cerpen

Cerpen – Hari Libur

Apacapa Indra Andrianto

Menjadi Kepala Sekolah yang Inovatif

Apacapa Muhammad Muhsin

Politik Layangan Situbondo

Ipul Lestari Prosa Mini

Perempuan yang Jatuh di bawah Hujan

Apacapa Kampung Langai Situbondo

Abâli Polè Ka Kampung Langai

Ahmad Zaidi Alexong Haryo Pamungkas

Alek Melle Buku: Jangan Salahkan Masyarakat Soal Minat Baca Rendah

Advertorial

Sabun Cair Terbaik yang Aman untuk Bayi

Mahfud RD Puisi

Maret yang Bimbang dan Puisi Lainnya Karya Mahfud RD

Cerpen Muhtadi ZL

Cerpen: Dengan Rasa

Apacapa Iip Supriatna

Tantangan Kaum Buruh di Era Moderenisasi