Tahun: 2019

  • Puisi Mored: Senapan Pak Nidin dan Puisi Lainnya

    Oleh: Mareta C. Widodo* SENAPAN PAK NIDIN Cucur keringat dalam asamu Darah yang mengalir dalam nadimu Tak patahkan semangat perjuanganmu Meraih asa harapan lepas belenggu Tekadmu membela negeri Dengan  gagah berani engkau tegar Tak pedulikan hidup ataupun mati Demi sang saka merah putih berkibar Walau asap mesiu sesakkan dada Moncong meriam menodong raga Kau tak gentar…

    selengkapnya…

  • Puisi: Muasal Luka 3 dan Puisi Lainnya

    Joan Brown on Pinterest.com Jarak II Jalan menuju rumahmu telah retak Seretak hatiku menahan rindu. Annuqayah, 2019 Kepada Kekasih             ; Husnol Khotimah Mari kita bunuh sepi Tak perlu meniru matahari, kekasih Sebab canda selamanya akan tetap candu Di antara kita. Sungguh semenjak aku mencintaimu Sungai-sungai resah tiada mengalirkan gelisah Lading-ladang subur ditumbuhi mimpi. Lalu,…

    selengkapnya…

  • Cerpen: Giok

    Oleh: Baiq Cynthia “Aku tidak ingin menikah, jika giok itu belum ditemukan!” Pada suatu hari aku berkata kepada sosok pemuda yang berdiri di hadapanku. Wajahnya mirip pemeran artis papan atas tapi hanya pemeran figuran, jadi ya dibilang ganteng tapi biasa saja, dibilang jelek bukan Si buruk rupa. Aku melihat dengan tatapan setengah marah. Pasalnya sebuah…

    selengkapnya…

  • Merengkuh Bahagia di Bulan Maulid

    Oleh: Rahman Kamal* Tidak terasa ya, Dik, bulan maulid telah tiba. Pasar buah mulai ramai sejak minggu kemarin. Dijejali ibu-ibu yang bejibun datang berbelanja buah untuk acara maulid. Ada yang membeli setandan pisang, sebungkus apel, salak sekilo, anggur setengah kilo (karena mahal hehe) dan buah-buahan lainnya laris manis diborong ibu-ibu. Tapi namanya juga ibu-ibu, Dik.…

    selengkapnya…

  • Puisi Madura: Petteng Calèmot Karya Fendi Febri Purnama

    Oleh : Fendi Febri Purnama* ENNÈ’ TÈKANA Ennè’ Ennè’ Akèpek pètanyana ḍâteng Dhika jhâjjhuluk Saparadhek pajjhâr ka sèyang para’ asar bhâkal èbâca Petteng calèmot dhunnya Ghi’ araghâ ta’ alanganna Tapaghâr èḍiyâ labâng nyèsè laèn Bhinareng taḍâ’ bâcana manossa Èyapèngè sè abhâḍhi sakabbhinna Robâ mara napè jhârna’ mastè Mar-samar sonar kennengan sala Potè celleng adhâmarè sorem…

    selengkapnya…

  • Komitmen Literasi untuk SDM Unggul

    Oleh: Haryo Pamungkas* Agak mengejutkan, beberapa waktu lalu novelis Eka Kurniawan menolak Anugerah Kebudayaan dan Maestro Seni Tradisi 2019. Melalui akun facebook pribadinya, penulis buku Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas dan peraih Prince Claus Award 2018 itu memberikan klarifikasi: penolakannya bukan sekadar penolakan, bukan semacam bentuk ‘arogansi’, penolakan Eka adalah satu bentuk kritik; upaya…

    selengkapnya…

  • Cerpen: Peri dan Kekuatan Kenangan

    Oleh: Ulfa Maulana “Tania rindu ayah, Mimi Peri,” ucap gadis kecil saat ditanya alasan ia merenung di bibir pantai. Perempuan bergaun putih itu tersenyum. “Kuncinya hanya satu, Sayang. Kekuatan kenangan. Kamu ingat masa-masa bersama ayahmu?” Tania mengangguk. Segala hal tentang sang ayah takkan pernah ia lupa. “Baiklah. Yuk ketemu ayah.” Perempuan yang Tania panggil mimi…

    selengkapnya…

  • Puisi Mored: Madu Empedu dan Puisi Lainnya

    Daniel Merriam on Pinterest Madu Empedu Pernah kutatap matamu Masih sempat ku menderu Tapi itu dulu, Pupus tak seperti hikayat madu Gemetar jemari layang Bisu bibirku tegang Seperti meriang disayat kaleng Sedikit tak kau serang Tentang senyum bibir manusia Aku ditipu paras menggoda  Indah merona Tak selaras hatinya binasa Rayu merayu Sepenggal puisi sendu Tak…

    selengkapnya…

  • Cerpen Mored: Lukisan Kenangan

    Oleh: Taradita Yandira Laksmi Masih terngiang di kepalaku rekam jejak masa lalu yang tak lekang terhimpit waktu. Seolah terus-menerus memelukku dalam kepingan neraca kehidupan saat itu. Darinya aku mendapatkan arti tetes keringat yang berguguran ini. Dan darinya pula aku mulai memahami hakikat ikhlas sejati. Rekam tapak kecilku yang senantiasa berjaualan di sore hari, mengelilingi perumahan-perumahan…

    selengkapnya…

  • Gemalaguna dalam Kata-Kata

    GEMALAGUNA Sekadar hijau dan gelap Hanya riuh dan degub debur Hatinya diterjang keabaian Jantungnya dicubit lalu kau tinggalkan Kami mengerti, tapi kalian belum memberi empati Hatinya geming resah Jantungnya ditikam lantas kau bungkam teriakan Sekadar biru yg menghanyut sisa sisa Hanya salin larut yg sejati bohong kalau sysipus belum  mengungkap laranya Atau kau berpura pura…

    selengkapnya…