Surat Cinta untuk Anakku Kelak

Assalamualaikum
warrahmatullahi wabbarakatuh
Anakku,
ini Bunda.
Bunda menulis surat untukmu, Bunda menulis saat
Bunda masih lajang dan belum
menikah, hehhe.
Anakku,
Bunda sangat mencintaimu. Bunda ingin suatu saat nanti bisa melihatmu menjadi
manusia yang bermanfaat bagi orang lain. Bunda menyiapkannya sejak engkau belum
di rahim Bunda, maka dari itu Bunda melakukannya dengan menjadi wanita saleh, agar
engkau terlahir menjadi wanita yang saleh bahkan lebih saleh dari Bunda.
Anakku,
Bunda adalah seorang wanita yang saat muda selalu ingin bahagia dan aktif.
Bunda dulunya seorang gadis tomboy yang aktif di berbagai bidang yang Bunda
sukai, seperti bermain band. Itu Bunda yang dulu bukan Bunda yang sekarang.
Bunda yang dulu masih mencari jati diri tapi Bunda yang sekarang sudah bisa
mengendalikan diri dari yang berbuat haram menjadi berbuat halal.
Anakku,
walaupun Bunda dulunya seperti preman tapi Bunda tidak pernah melakukan
tindakan bodoh yang membuat keluarga kita malu. Bunda seperti Preman tapi Bunda
punya hati yang ngampang kasian jika melihat orang lain susah, teman-teman
Bunda tidak pernah memanggil Bunda dengan namanya melainkan dengan panggilan
yang mereka sukai seperti nama tukang pukul karena Bunda memang seperti Preman.
Anakku,
walaupun Bunda seperti Preman dulunya, Bunda ingin engkau tidak seperti Bunda.
Bunda ingin sekali melihatmu bisa berdakwah di usia kanak-kanak menghabiskan
waktu dengan mengaji dan hapalan Al Quran.
Anakku,
maka dari itu Bunda sudah menyiapkannya sejak Bunda belum menikah, Bunda memperbaiki diri dan mencoba menghapal
Al Quran agar engkau bisa menghapal Quran.
Anakku,
kenapa Bunda mempersiapkan diri sejak engkau belum ada? Karena Madrasah pertama
bagi seorang anak adalah Ibu. Bunda mempersiapkan semuanya karena engkau
anakku.
Anakku,
Bunda mulai belajar memasak agar Bunda bisa memberikan makanan sehat dan
bergizi untukmu dan Ayahmu kelak.
Bunda
mempersiapkan sejak Dini, sejak engkau belum ada di dalam rahim Bunda dan sejak
Bunda belum bertemu dengan Ayahmu.
Anakku,
Bunda bahagia karena Bunda membayangkan semuanya akan terjadi seperti yang
Bunda harapkan. Atas IjinNya Insya Allah engkau akan menjadi anak yang saleh
dan salehah.
Anakku,
di era globalisasi seperti ini, Bunda akan mendidikmu dengan Agama Islam yang
di Ridhoi Allah agar engkau tak salah jalan nantinya.
Anakku,
Bunda melakukan ini semua agar kita sama-sama masuk surge-Nya.
Anakku,
hari-hari Bunda lalui dengan melakukan kegiatan positif walaupun di mata orang
lain selalu dianggap aneh. Bunda ingin menjadi Madrasah yang baik untukmu.
Bunda ingin melahirkan anak-anak yang berkualitas untuk generasi umat
selanjutnya. Harapan Bunda ada padamu, jadilah Anak yang bisa membanggakan
Bunda dan Ayah.
Dari
Bundamu…
Nanik
Puji Astutik

 

Penulis


Comments

Satu tanggapan untuk “Surat Cinta untuk Anakku Kelak”

  1. Bagaimana caranya agar tulisan saya dimuat di sini?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Puisi Rion Albukhari

Puisi: Sonet Api

Mohammad Ghofir Nirwana Puisi

Puisi: Aku Ingin Pergi ke Suatu Tempat yang Tanpa Sendu

Apacapa

Media Sosial, Jalinan atau Jerat?

Cerpen Uwan Urwan

Cerpen : Bicara Karya Uwan Urwan

Apacapa Ni’matus Sa’diyah

Semeja Daring: Menembus Batas Imaji, Mengurai Inspirasi dalam Titian Dedikasi

Buku M.A. Rahman Hakim Ulas

Ulas Buku: Mendidik dan Menjaga Psikologi Anak

Apacapa Denny Ardiansyah

Menjelajah Selawat Nariyah di Situbondo

Buku Thomas Utomo Ulas

Ulas Buku: Senarai Kritik untuk Sinetron Indonesia

Puisi Rizal Kurniawan

Puisi-puisi Rizal Kurniawan: Ibu Kota Baru Suatu Pagi

Apacapa Kampung Langai Situbondo

Abâli Polè Ka Kampung Langai

Ihda Asyrofi Puisi

Puisi: Menaksir Zikir

Alexong Cerpen Tara Febriani Khaerunnisa

Cerpen: Cumi-cumi

Apacapa Moh. Imron

Ahmad Muzadi: Selamat Jalan Kawan, Karyamu Abadi

Apacapa Madura Syaif Zhibond

Rèng Lakè’ Pernah Alebhele

Ahmad Maghroby Rahman Esai

Bejo, Suhaden, Kopi, Senja dan Rendra

Alexong Cerpen Hana Yuki Tassha Aira

Cerpen: Waktu yang Pecah di Balik Pintu

Cerpen M Firdaus Rahmatullah

Cerpen: Sebelum Kau Terjun Malam Itu

Muhaimin Prosa Mini

Curhat Si Buku

Apacapa Marlutfi Yoandinas Situbondo

Refleksi September Hitam

Apacapa

Pilkada Situbondo dalam ‘Perang’ Musik Anak Muda