Kisah Cinta Soekarno

Menarik sekali ketika
berbicara soal pemikiran, kisah cinta, gagasan tentang  bapak proklamator
Ir.Soekarno. Soekarno di waktu kecil sudah diramalkan oleh ibunya bahwasanya ia
akan menjadi manusia yang mulia, akan menjadi pemimpin. Ramalan itu bukan kerap
ibunda saja, melainkan gurunya Tjokroaminoto juga meramalkan dengan Douwes
Dekker alias Danudirja Setia Budi, bahwasannya kelak Soekarno akan menjadi
orang yang sangat berpengaruh.

Oleh : Indra Nasution
Terbukti ketika di umur 17
tahun Soekarno sudah pintar berpidato, sampai-sampai dia naik ke atas mimbar
langsung mangambil microphone dan menggelorakan semangat kepada rakyat.
Saya akan ambil contoh
ketika Soekarno berpidato di rapat radicale concentratie, ia
menyampaikan: Kalau Belanda tidak menutup mulut, tidak memberi jalan keluar
bagi kita, maka satu saat akan terjadi pula ledakan bagi kita. Gerakan kita
bukan gerakan mendesak, melainkan gerakan meminta minta, inikah kata-kata yang
dipakai oleh pemimpin kita terdahulu. Mari kita berhenti mengemis-ngemis, kita
desak hancurkan imperialisme Belanda. (Di bukunya Ramadan K.H. kuantar ke pintu
gerbang ). Ketika dia mulai pintar berpidato, Soekarno langsung diburuh oleh
Belanda, karna sangat mengancam terhadap Belanda. Di umur 20 tahun ketika
Soekarno di asingkan di Ende Flores, dari situ dia sudah mengkonsepkan tentang
dasar-dasar negara di bawah pohon sukun pada waktu itu. Kalau sekarang sudah
berganti nama pohon Soekarno.
Itu sekilas tentang sepak
terjang dan pemikiran Soekarno.
Menginjak tentang kisah
cinta Soekarno, yang sangat menarik: Soekarno pertama kali menikah dengan Siti
Oetari anak dari gurunya, Tjokroaminoto. Pernikahan Soekarno dengan Oetari
tidak didasari atas cinta, melainkan Soekarno ingin membalas jasa gurunya yang
telah memberi tempat tinggal dan ilmu pada Soekarno. Tak lama dari itu ketika
Soekarno meneruskan sekolah ke Bandung dan bertempat tinggal di rumah kediaman
Ibu Inggit Garnasih dan H. Sanusi. Ketika Soekarno bertempat tinggal di kediaman
ibu Enggit Garnasi, Ibu Inggitlah yang selalu memperhatikan Soekarno. Sedangkan
Oetari disibukkan dengan bermain, karna usianya yang masih sekitar 16 tahun
cenderung ke kanak-kanakan. Dari itu Soekarno meminta ijin dari mertuanya untuk
menceraikan anaknya. Tenyata di perbolehkan oleh mertuanya  untuk
menceraikan anaknya. Kehidupan cinta Soekarno dimulai lagi ketika ia kagum
terhadap Ibu Inggit Garnasih, karna ibu inggitlah yang selalu memperhatiakan
Soekarno. Lambat laun Soekarno menikah dengan ibu Inggit Garnasi. Dari pernikah
dengan Bu Inggit itu, Soekarno memulai perjuangannya yang sangat keras kepada
penjajahan Belanda. Ketika Soekarno di penjara di Sukamiskin, Ibu Inggitlah
yang selalu menjenguknya tiap minggu sekali, meskipun jarak tempuh dari rumahnya
ke penjara suka miskin  lumayan jauh. Di penjara itu Soekarno mulai banyak
merenungi tentang agama dan dia juga membaca al Qur’an di penjara, karna
Inggitlah yang memberi Al-Qur’an ke penjara. Soekarno di perjara mengalami
keresahan karena dia tidak mengetahui pergerakan kawan-kawannya dan situasi
politik pada waktu itu. Soekarno bilang kepada Inggit,” tolong berilah aku
tanda-tanda situasi politik tentang keadaan negeri sekarang. Mendengar
kerasahan itu, Ibu inggit lantas membawakan koran ke penjara, bagaimana
Soekarno mengetahui situasi politik yang terjadi saat itu.
Ketika dia Soekarno
 diasingkan ke Ende Flores dan dipindahkan ke Bengkulu  ia tertarik
 lagi kepada seorang prempuan yang cantik bernama Fatmawati. Fatmawati
adalah murid Soekarno pada saat Soekarno menjadi guru, ketika Soekarno sering
kelihatan jalan berdua dengan  Fatmawati, Ibu Inggit mengalami resah
terhadap Fatmawati yang dekat dengan Soekarno.  Singkat cerita, Soekarno
langsung mengungkapkan cintanya kepada Fatmawati, Fatmawati tidak langsung
menerima Soekarno melainkan Soekarno harus minta ijin dulu kepada ibu Inggit
Garnasih. Hari sudah semakin malam, Soekarno harus cepat-cepat pulang dari
rumah Fatmawati, ketika sudah sampai, Soekarno langsung bilang kepada Ibu
Inggit Garnasih, bahwasanya ia ingin menikah lagi dengan Fatmawati.  Akan
tetapi Soekarno tidak mau menceraikan Ibu Inggit Garnasih, melaikan ingin
dipoligami. Lantas apa jawaban dari Ibu Inggit Garnasih: aku tidak mau
dipoligami, silahkan mas menikah lagi dengan Fatmawati, dengan alasan aku harus
diceraikan dulu. Dan akhirnya Soekarno menikah lagi dengan Fatmawati.
Fatmawati sama dengan ibu
Inggit, ia juga mempunyai peran yang penting terhadap Soekarno. Salah satu
perang Fatmawati Terhadap bangsa kita yaitu, ketika Indonesia ingin merdeka
pada tanggal 17 Agustus 1945, yang menjahit bendera merah putih yang
pertamakali dan sekaligus pembuat benderah merah putih yaitu ibu Fatmawati.
Fatmawati mempunyai lima
anak ketika menikah dengan Soekarno: yang pertama Guntur Soekarnoputra, yang
kedua Megawati Soekarnoputri, yang ketiga Rachmawati Sukarnoputri, yang keempat
Sukmawati Soekarnoputri, yang kelima Guruh Soekarnoputra.
Mungkin hanya itu sekilas
apa saya tulis dari pemikiran Soekarno dan kisah-kisah cinta beliau. []

Penulis


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Cerpen Dani Alifian

Cerpen : Karet Gelang Pemberian Ibu

Curhat Moh. Imron

Ramadan: Tangisan pada Suatu Malam

game Ulas

Metal Gear Solid Delta: Sebuah Game Klasik Dengan Sentuhan Modern

Apacapa Kampung Langai Mei Artanto

Festival Kampung Langai: Mengabdi pada Masyarakat atau Artistik

Apacapa

Self-Validate: Cara Ampuh Menjaga Kewarasan

Buku Ulas

Para Bajingan Yang Menyenangkan: Benar-benar Bajingan!

Dhafir Abdullah Puisi Syi’ir

Ikhlas Ngajhâr

Apacapa

Kayumas Bersastra: Menjadi Tua yang Menyenangkan

Moh. Imron Ngaleleng

Kendit Harmoni : Ketika Seni Menemani

Amaliya Khamdanah Buku Resensi Ulas

Resensi: Melintasi Zaman di Kudus Melalui Novel Sang Raja

Moh. Yusran Moret

Puisi Mored: Madu Empedu dan Puisi Lainnya

Puisi

Luka Perempuan dan Puisi Lainnya

Cerpen

Setelah Canon In D, Aku Mungkin Tak Ada Lagi

Cerpen Nisa Ayumida

Cerpen : Akibat Dari Salon Kecantikan

Cerpen Rahman Kamal

Cerpen : Tukang Sarang

Faris Al Faisal Puisi

Tanah Garam dan Puisi Lainnya Karya Faris Al Faisal

Apacapa Esai Ihsan

Jejak Dua Pemuda: Rio Prayogo dan Mohammad Farhan

Apacapa

Workshop Literasi Ujung Timur Jawa

Apacapa Fadhel Fikri

Gus Miftah dan Dakwah yang Merendahkan: Sebuah Kritik dari Perspektif Teologi Antroposentris

Buku Monique Clariza Resensi Ulas

Resensi: Jejak Kelahiran Manusia Lewat Adaptasi Grafis