Aku Bukan Pejuang Love Cyber

Oleh: Nanik Puji Astutik
Kali ini saya mau menulis sesuatu. Cuman mau menjawab pertanyaan seseorang saja. Tapi saya berharap,semoga tulisan ini bisa mewakilkan semua pasangan jikalau setuju dengan tulisan saya.
Beberapa waktu lalu,saya menerima pesan dari seorang teman. Dia bertanya “apakah kamu bahagia dengan pernikahanmu? Sedangkan aku tidak pernah melihat statusmu yang mencurahkan isi hatimu melalui media sosial. Aku selalu berfikir,apakah kamu bahagia?”
Okey, pertanyaan ini membuat saya gagal paham. Dalam artian,ini pertanyaan yang sulit saya jawab. Hehe. Tapi,saya akan menjawab pertanyaan tersebut dengan tulisan saya. Jadi, inilah jawaban saya atas kekepoannya dirimu.
Menurut saya,apa sih arti status sayang-sayangan dan cinta-cintaan lalu tag ke suami? Mau pamer? Maaf, saya bukan tipe orang yang seperti itu. Bagi saya, biarlah perkataan cinta dan sayang itu akan saya ungkapkan langsung kepada suami saya tanpa perantara status yang memejeng di laman media sosial. Karena saya punya alasan tersendiri. Bukan berarti saya tidak bahagia. Justru karena hubungan saya sangat bahagia, makanya saya jarang menulis perkataan sayang dan cinta. Mungkin kalau buat status rasa syukur kita kepada Allah karena memiliki pasangan seperti ini dan itu, cukup hanya 1-2 kali dalam 3 bulan saja.  Tapi kalau misalkan setiap waktu, itu bukan lagi bersyukur tapi mau menunjukkan kemesraan dengan cara ingin mendapatkan pujian.
Walaupun saya tak suka mengumbar kemesraan di laman media sosial bukan berarti hubungan kami renggang, seperti yang kamu pikirkan. Kalau boleh jujur, saya itu malu kalau foto saya dan suami dijadikan bahan publikasi. Yang saya khawatirkan, banyaknya orang yang tak suka hubungan kami. Saya tidak malu bersuamikan seperti itu. Justru saya mensyukuri memiliki suami yang tak mau saya pamerkan. Biarlah kebahagiaan dan kesedihan itu cukup kami saja yang merasakannya. Tidak perlu kami pamer. Walaupun saya jarang sekali memamerkan kemesraan, banyak juga teman-teman saya yang suka baperan. Misalkan, saat saya sedang jalan dengan teman saya si A, karena saya sibuk dengan ponsel berbalas pesan dengan suami. Dia bertanya “lagi ngapain sih,Mbak?” lalu saya jawab “lagi Chating-an sama suami,” saya hanya menjawab seperti itu, teman saya si A langsung berujar kalau itu  bikin baper. Hanya seperti itu saja sudah bikin baper, apalagi saya menuliskan kata-kata cinta dan sayang di laman media sosial?
10 buku antologiku, kebanyakan berisi perasaanku pada suami. Perasaan cinta, kerinduan dan sayang,semua itu tertuang dalam tulisanku. Dan semua itu abadi dalam setiap lembaran buku yang saya bingkai menjadi kalimat. Apakah kamu masih berikir “bahwa aku tidak bahagia karena jarang menuliskan perasaan saya di laman media sosial?”
Seorang teman berkata padaku beberapa waktu lalu “aku bahagia melihat foto sampul facebook-mu. Kamu bersandar pada suamimu, aku melihat wajahmu lebih berseri. Dan itu pertama kalinya aku melihat fotomu bersama suamimu di laman media sosialmu” aku hanya menjawab “sejujurnya aku malu,tapi itu bentuk rasa syukurku.”

Jadi, janganlah menilai seseorang itu bahagia dan tidaknya dari media sosial. Boleh jadi yang tidak suka pamer itu lebih bahagia daripada yang suka pamer hanya untuk mendapatkan pujian. Lalu bagaimana setelah mendapatkan masalah dalam hubungan? Apakah juga akan menulis status pesakitan yang dialaminya? Atau justru perkataan kotor yang tertuang? Sekali lagi,itu adalah hakmu. Ini dunia maya dan ini seninya kita berada dalam dunia tak tersentuh.
prozeny.blesk.cz

Penulis


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Apacapa Ayu Ameliah

Urgensi Perlindungan Hak Asasi Manusia dalam Masyarakat Multikultural

Fahrus Refendi Puisi Puisi Madura

Puisi Madura: Sanja’

Apacapa Nurul Fatta Sentilan Fatta

Sudahi Tengkarnya, Baluran Butuh Kita

Apacapa apokpak N. Fata

DPRD Menggonggong, Pak Karna: Ngutang PEN Jalan Terus

Apacapa Irwant

Gagal Melamar Gadis dan BPN Situbondo

Ernawati Film/Series Ulas

Resensi Film: My Idiot Brother

Puisi Riski Bintang Venus

Puisi – Penantian yang tak Berujung

Puisi Syukur Budiharjo

Puisi: Sajak Kenangan Kota Tua

Apacapa Fendi Febri Purnama Madura

Kèta’ Kèdhung

Dhafir Abdullah Puisi Syi’ir Totor

Syi’iran Madura: Caretana Ajjhi Saleh

Indra Nasution Prosa Mini

Prosa Mini – Perbincangan Kakek dengan Pemuda

Andhy Kh Cerpen

Cerpen : Hujan di Paris Karya Andhy Kh

Apacapa Opini Yudik Wergiyanto

Bagaimana Jika Situbondo Menjadi Kota yang Ramah Bahasa Indonesia?

Buku Moh. Imron Ulas

Guru Ngaji Langgar; Warisan Nusantara

Uncategorized

Mohon Maaf Jika Tulisan Ini Tidak Terlihat

carpan Helmy Khan Totor

Carpan: Sapo’ Mardha

Agus Hiplunudin Buku Ulas

Filsafat Eksistensialisme Karya Agus Hiplunudin

Apacapa hari wibowo

Sempat Dipecat, Lukman Hardiansyah akan Kembali Bekerja di Dinas Pertanian Situbondo

Apacapa Syaif Zhibond

Tentang Kegagalan Usaha dan Keberanian Memulai Lagi

Apacapa

Yusuf and Beny Siap Menyambut Tour Manca Negara Pertama di Malaysia