Madura masih menyimpan misteri ilahi Sampai tanah dan darah yang merah Tak merelakan harus terjadi di tanah ini
Musim kemarau di bulan lalu mengabarkan Pada hujan tentang celurit yang terkapar Madura, selalu tetap siaga, selalu tergesa-gesa
Di sudut layar ini, mereka tak tahu arah Suara dari langit mengajak nada meragukan Padahal semua perjalanan telah dilaluinya
Langkah dan suara celurit masih terbaca oleh kata Sabetan luka dan darah masih terpaku di dadanya Apa ini keadilan, apa ini demokrasi kelas pinggiran?
Sebuah perjumpaan tinggal dihitung detik jarum jam Setelah carok tanpa pertolongan yang sia-sia Mari jaga pulau ini, oi jangan terbawa: bara api emosi.
Sumenep, 2024
Labirin Kota Bencana
Susut terang kita terpanggil matahari Di mana letak dan suara di pagi buta Untuk rumput yang berakar tarian doa
Orang menyapa, bunyi mesin padi ada Di mana letak perjumpaan yang kau kira Yogyakarta, masih di ambang sanubari
Gunung hujan rumput dan batu menyimak bisu Banjir bandang doa bertasbih pada waktu Hanya dosa dan yang ia relakan menjadi tawa
Janganlah kau saksikan dosa-dosa tubir sungai Jangan langit salahkan kenapa hujan masih ada Sebab canda awan pada kabut tak pernah ribut
Di layar kaca open AI tak pernah bisa digantikan Kami tak akan kalah pada Artificial intelligence Semua itu hanya canda, bagi nada-nada kata.
Sumenep, 2024
Leppet Madhura
Di rahim ketabahan kau masih saja menyuarakan sabda Berisik kisah yang tak pernah angin berikan pada kayu Hingga angin mengantarkan pada pucuk berbunga itu
Ia tak ingin jajanan meramal kisah-kisah yang terbata Pada hal apa saja kita ingin duduk bersama raga Disaksikannya janur yang hijau membujuk sapa
Leppet Madura kini tersimpan di dalam doa ibu Setelah sekian lama angan dan angin membawa Mendung tanpa hujan, tapi di sini reda ada
Hujan di kejauhan membunyikan guntur sedetik saja Tapi dengan adanya kata, kita bersuara dengan nikmatnya Aku, bersikeras dan menjaganya tanpa tersiksa
Angan: jarak yang rindu tak pernah menuntut jauh Entah lebih jauh jarak tanpa tempuh atau rindu tanpa temu? Leppet tetap saja bersamaku. Membawa sabda kata.
Saiful Bahri, kelahiran Sumenep, O5 Februari 1995. Ia mengabdi di Madrasah Al-Huda Pangabasen Gapura. Selain menulis, ia juga seorang aktivis di Komunitas Dhemar Korong, Fok@da, Purnama, Ansor, Pengasuh grup Literasi Indonesia, dan pendidik setia di komunitas (Literasi Senin Pagi Madrasah Aliyah Al-Huda). Disela-sela kesibukannya ia belajar menulis Puisi, Cerpen, Cernak, Esai, Resensi, Artikel, Opini, dll. Beberapa tulisannya pernah dimuat di koran lokal maupun koran Nasional, seperti: Jawa Pos (pro-kontra), Republika (Puisi 2018), Riau Pos (2017), Bangka Pos (2017), Palembang Ekspres (2017), Radar Madura (2017-2018), Radar Surabaya (2017), Radar Banyuwangi (2017), Radar Bojonegoro (2017), Kedaulatan Rakyat Jogjakarta (2017), Solo Pos (2017-2018), Malang Voice (2017), Majalah Simalaba (2017), Analisa Medan (2018), Radar Cirebon (2018), Kabar Madura (2018), Jurnal Asia-Medan (2018), Banjarmasin Pos (2018), Budaya Fajar-Makassar (2018-2019), Radar Pagi (2018), Dinamikanews (2018), Denpost Bali (2018), Website Redaksi Apajake (2018-2019), Catatan Pringadi (2019), Jejak Publisher (2019), Ideide.id (2019), Iqra.id (2019), Magrib.id (2020), Gokenje.id (2020), Majalah Pewara Dinamika Jogja (2019), Koran Cakra Bangsa (2019) Media Semesta Seni (2020), Website maarifnujateng.or.id (Agustus 2020-2021), Becik.id (2020), MJS Colombo Jogja (2020), Duniasantri.com (2021), Banaran Media (2020), Ruagsekolah.net (2020), Duniasantri.co (2022-2023), Jurnaba.co (2020), pcnusumenep.or.id (2020), ayikasyik.id (2022), Lombok Post (2022), moderpesawat.id (2022), Madrim Pos (2023), takanta.id (2023). Puisinya juga masuk dalam antologi CTA Creation (2017). Antologi Senyuman Lembah Ijen-Banyuwangi (2018). Antologi kumpulan karya anak bangsa: Sepasang Camar-Majalah Simalaba (2018). Antologi puisi Perempuan (2018). Juara satu lomba cipta puisi bertema Hari Raya di media FAM Indonesia (2018). Antologi HPI Riau: Kunanti di Kampar Kiri (2018). Antologi Puisi Masa Lalu (2018). Antologi Puisi Festival Sastra Internasional Gunung Bintan Jejak Hang Tuah (Jazirah I 2018). Antologi Puisi Internasional FSIGB (Jazirah II 2019). Antologi Banjar Baru Rainy Day’s (2018-2019). Antologi Puisi untuk Lombok-Redaksi Apajake (2018). Antologi Puisi Puisi Tasbih Cinta (FAM 2019). Antologi Puisi Menimang Putri Dewa (Tidar Media, 2019). Antologi Puisi Sejarah Lahirmu (2019). Antologi Puisi Arti Kehidupan FAM Indonesia (2019). Antologi Puisi Kelapa Sawit Apajake (2019). Antologi Sebuku Net Nissa Sabyan (2019). Sepuluh Puisi Terbaik Media Linea (2019). Antologi Puisi Sepanjang Zaman (2022). Pernah Juara II Cipta Puisi Nasional di Penerbit Mandiri Jaya Tulungagung (2019). Masuk juara nominasi YouTube Yuditeha (2023). Juara I cipta puisi di Lintang Semesta Publisher (2023). Juara penulis buku puisi terbit seleksi di Tidar Media: Senandung Asmara dalam Jiwa (2018), Antologi JSAT (Jambore Sastra Asia Tenggara) yang diadakan di Banyuwangi.
Tinggalkan Balasan