Puisi: Merangkak Patuh

Puisi-puisi Faris Al Faisal
Merangkak Patuh
Setangkai
tubuh merangkak patuh
Merunduk
tunduk dalam riuh biji-biji manik tasbih
Mereka
mensucikan Tuhannya
Rukuk dan
sujud
Menghamba
pada lengang-lengang jiwa
Teduh dalam
naungan payung kubah
Hujan menderas
dari sudut langit
Luruh seperti
ranting melepas daun-daun kecil
            Udara dingin melambungkan doa
            Mengulur benang layang-layang ke
awan
Menari-nari
diterbangkan angin
Ke mana jatuh
harapan
Bukit-bukit
dengan puncak tertinggi
Adalah
segunung pengampunan
Indramayu,
2019
Bernyanyi Diam-diam
Di balik
rerimbunan sangkar
Siapa
menyenandungkan nyanyian
Lirik-lirik
air mata
Bagai embun
mencair
Ia bernyanyi
diam-diam
Murung
seperti wajah mendung
Sebatang
ranting dipanjat
Melongok ke bentangan
alam
Ricik sungai
begitu merdu
Kecil mungil
biji-biji bunga
Pohon-pohon
tua berusia
Batu gunung
dengan lumut hijau
Bergetar di
hidung
Kapan bertemu
hari kebebasan
Saat sayap
berkepak menjelajah dunia
Migrasi ke
tempat-tempat terjauh
Pulau dan perairan
bening
Ikan-ikan
meloncat bahagia
Merah padat
biji gandum
Salju putih
turunberselimut
Mendekap
manja anak-anak
Dipeluk
daun-daun cemara
Tapi nyanyian
telah menjadi rindu
Beku seperti
percakapan-percakapan hari ini
Cahaya bulan
meredup surup
Bahwa bulu-bulu
dijambul mulai rontok
Indramayu,
2019
Urat Mimpi
Mengencang
urat mimpi di kepal tangan
Segenggam
serbuk abu ditaburkan
Udara
mengepul warna kelabu
Sebuah
pesawat melintas melucut bintang
Seberkas
wajah menyala
Mungkin
berbedak rona bidadari
Penuh
kecantikan karena bahagia
Untuk
bernyanyi
Sebuah gitar
dihidangkan di sini
Memetik
bunga-bunga irama
Tanpa ragu
dan mendayu
Di dalam
sebuah nyanyian
Nyatakanlah
segala keinginan
Langkah-langkah
irama yang melompat
Gelombang
bunyi
Mengembara di
antara keramaian
Mengelupas
musim gugur
Bangku taman
senyap
Danau kecil
menguap
Kita hanya
memandang tak berkedip
Menyaksikan
angsa-angsa putih
Membersihkan
bulu dari debu
Tak ada
rintihan
Terus
bernyanyi dalam sepi
Indramayu,
2019
Kabut Menyusup di Sela Kita
Kau di
sampingku duduk beriring
Sebuah senja
tersaji dalam dua cangkir teh
Pembicaraan
mengendap perlahan
Kabut
menyusup di sela kita
Pekatnya
membentengi
Jari-jemari
kaku menegang
Dalam beranda
yang diatapi pohon anggur
Buah manisnya
berguguran
Dua pipimu
basah seperti pemandian
Aku
menggerak-gerakkan kaki
Memecah
kesunyian lantai sebeku es batu
Tapi setelah
itu malam datang menebal
Kita beranjak
melonjak
Kuhampiri kau
yang termenung
Sekarang
sudah pukul dua belas malam
Sebagiankehidupan
telah lelap 
Suara jerit
hati terdengar lebih nyaring
Dan sejurus
kemudian
Kabut dalam
tabung dadamu meledak
Indramayu,
2019
Pemuisi
Faris Al
Faisal lahir dan tinggal di Indramayu, Jawa Barat, Indonesia. Bergiat di Komite
Sastra, Dewan Kesenian Indramayu (DKI) dan Lembaga Kebudayaan Indramayu (LKI).
Namanya masuk buku “Apa dan Siapa Penyair Indonesia” Yayasan Hari Puisi.
Puisinya pernah mendapat Juara 1 dan Piala bergilir ‘Lomba Cipta Puisi Anugerah
RD. Dewi Sartika (2019), mendapatkan juga Anugerah “Puisi Umum Terbaik”
Disparbud DKI 2019 dalam Perayaan 7 Tahun Hari Puisi Indonesia Yayasan Hari
Puisi, dan pernah Juara 1 Lomba Cipta Puisi Kategori Umum Tingkat Asia Tenggara
Pekan Bahasa dan Sastra 2018 Universitas Sebelas Maret. Tersiar pula
puisi-puisinya di media lokal, nasional, dan Malaysia. Buku puisi terbarunya “Dari
Lubuk Cimanuk ke Muara Kerinduan ke Laut Impian”
penerbit Rumah Pustaka
(2018).
Email ffarisalffaisal@gmail.com,
Facebook
www.facebook.com/faris.alfaisal.3,
Twitter @lfaisal_faris,  IG
@ffarisalffaisal, Line ffarisalffaisal 
dan SMS/WA 0811-200-7934/ 085224107934.

Penulis


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Apacapa fulitik melqy mochammad marhaen

Mengapa Muncul Mas Rio “Patennang”?

Advertorial

Perkembangan Tipe-tipe Kamar Mandi

Puisi

Puisi : Revallina Karya Arian Pangestu

Apacapa Sutrisno

KH. A. Wahid Hasyim; Perjuangan dan Pemikiran tentang Pendidikan, Politik dan Agama

Nurul Fatta Sentilan Fatta

Wajah Tanpa Daging dan Para Pengemis Berjubah

Ahmad Zainul Khofi Apacapa

Mengenal Situbondo dari Puisi

takanta

Setahun Takanta ID

Cerpen Moh. Jamalul Muttaqin

Cerpen: Tentang Pelangi

Apacapa Esai Wahyu Umattulloh Al

Mulailah Sadar Akan Peduli Alam

Cerpen takanta Wilda Zakiyah

Cerpen: Gerimis Kedua

Cerpen

Damar Aksara; Puing-Puing Asmara

Cerpen Imam Sofyan

Cerpen: Rentenir

Apacapa T. Rahman Al Habsyi

Menjadi Hamba: Membesarkan Allah, Mengerdilkan Diri

Nuriel Haramain Puisi

Puisi: Alkisah Mawar Berdarah

Achmad Al-Farizi Apacapa Esai

Lagu Aisyah Istri Rasulullah: Sisi Romantis Keluarga Muhammad

Agus Hiplunudin Buku Ulas

Politik Era Digital karya Agus Hiplunudin

Buku Thomas Utomo Ulas

Ulas Buku: Perjalanan Melarikan Luka

fulitik

1.100 Kaos Patennang Ludes Terjual, Efek Jalan Santai Bareng Mas Rio

Halim Bahriz Puisi

Puisi: Rutinitas Berkenalan dengan Diri Sendiri

Apacapa Feminis Irham Kahfi Yuniansah

Diskursus Feminisme Jawa: Kekuasaan dan Laku Spiritual