Puisi-Puisi Rahmat
Akbar
Akbar
DOA
AWAL TAHUN
AWAL TAHUN
Sederhananya
Doa awal tahun
Segala tampuk
cerita
cerita
Biarlah meretas
seusai hari tiba
seusai hari tiba
Syarat akan
manfaat dan mudharat
manfaat dan mudharat
Jeruji waktu tabu mengelupas
Hingga gulma-gulma
jiwa akan meretas
jiwa akan meretas
Dengan segala doa,
usaha menggunung
usaha menggunung
Tertumpuk angan
Mengendap lalu
memburai
memburai
Sampai kita siap
mendapatnya
mendapatnya
Biarlah waktu
melarat
melarat
Sebab tubuh ibarat
sehelai daun
sehelai daun
Berwarna hijau
kemudian mengguning
kemudian mengguning
Lalu gugur meninggalkan
dahan
dahan
Jatuh ke tanah,
menyusut
menyusut
Hilang. Tertinggal
cerita kelam
cerita kelam
Jauh sebelum
tampuk senja menjamu
tampuk senja menjamu
Sudahkah kita
sebagai umatNya
sebagai umatNya
Bercengkrama
setiap waktu
setiap waktu
Melafaskan asma,
menyebut
menyebut
Sampai
kerongkongan dan nafas tak berhembus
kerongkongan dan nafas tak berhembus
Ah, terlalu naif
apabila kita berkata abadi
apabila kita berkata abadi
Yang abadi hanya
sebuah karya
sebuah karya
Kita semua akan
jadi bangkai
jadi bangkai
Di ruangan persegi
empat
empat
Pertayaan akan
muncul
muncul
Terlaksanakah atau
belum
belum
Ketika kita lihat
dunia.
dunia.
Sedang, Sesuatu
yang dapat menuntun kita
yang dapat menuntun kita
Ke Raudatul Jannah. Keinginan semua
JANUARI
Januari basah
Meluap-luap
selasar mata
selasar mata
Melesat menuju
pusat angin
pusat angin
Berubah atau diam
ditempat selamanya
ditempat selamanya
Barangkali saat
sunyi tiba
sunyi tiba
Tumpaslah urusanmu
dengan malam
dengan malam
Dalam sebuah kamar
tak bercelah
tak bercelah
Bacalah peristiwa
dunia
dunia
Alam menyuguhkan
kemolekannya
kemolekannya
Hewan menampakkan
peranggainya
peranggainya
Manusia sibuk
berkampanye
berkampanye
Politik atau
kerja. Sama saja
kerja. Sama saja
Maka, kutulis
peristiwa
peristiwa
Melalui
sajak-sajak luka saudara
sajak-sajak luka saudara
Januari basah
Alam mulai
bercerita
bercerita
Manusia serupa
hewan sedang mengancang-ancang
hewan sedang mengancang-ancang
Melalui bincang
Merekatkan, segala
urusan dunia
urusan dunia
Hanya sesaat dan
hilang.
hilang.
Sedang Tuhan akan
membagi bahagia dan cobaan
membagi bahagia dan cobaan
Kita hanya
menunggu kapan datang
menunggu kapan datang
Benih itu telah
memburai
memburai
Apakah kita
dapatkan bahagia
dapatkan bahagia
Atau nimati cobaan
Saat haluan diubah
untuk kemaslahatan
untuk kemaslahatan
Maka cinta dan
kasiNya akan ada
kasiNya akan ada
Kotabaru, Januari 2018
NYANYIAN
SUNYI
SUNYI
Kulantunkan
nyanyian sunyi untukmu penguasa negeri
nyanyian sunyi untukmu penguasa negeri
Umbul-umbul telah
engkau kibarkan
engkau kibarkan
Kekusaan kini
telah engkau mainkan
telah engkau mainkan
Gelar khalifah
engkau lalaikan
engkau lalaikan
Atas nama rakyat
engkau koar-koarkan
engkau koar-koarkan
Engkau bertumpu di
atas rakyat
atas rakyat
Menikam secara
sembunyi
sembunyi
Demi kemaslahatan
meatasnamakan rakyat
meatasnamakan rakyat
Tidak ada lagi Ali
Tidak ada lagi
Umar
Umar
Tidak ada lagi Abu
Tidak ada lagi
Usman
Usman
Kejujuran kini
telah menutup diri
telah menutup diri
Demi kepuasan
halal harampun jadi
halal harampun jadi
Hukum dunia tak
diperdulikan
diperdulikan
Hukum akhirat
engkau lupakan
engkau lupakan
Sungguh merugi
Kotabaru, 30
Oktober 2016
Oktober 2016
LANDSKAP
KOTA
KOTA
Kusaksikan deburan
ombak di tengah riaknya malam
ombak di tengah riaknya malam
Aku ingin
mendengar suara burung-burung
mendengar suara burung-burung
Aku ingin
merasakan gemercik air dari lembah Bamega
merasakan gemercik air dari lembah Bamega
Jalan-jalan
memudar, air-air keruh
memudar, air-air keruh
Kau sampaikan debu
Kau lihatkan wajah
menguning, tanah-tanah dikurasi
menguning, tanah-tanah dikurasi
Pohon-pohon
berdarah, air-air memucat
berdarah, air-air memucat
Pada sebuah
perkampungan
perkampungan
Mereka bangun
peradaban kota
peradaban kota
Gunung kehilangan
lembah
lembah
Pohon pun
merindukan air
merindukan air
Di lautku
rengge-rengge dibentangkan
rengge-rengge dibentangkan
Dimusim tidak
pernah bertuan
pernah bertuan
Sementara di
gunung suara burung terasa sunyi
gunung suara burung terasa sunyi
Air-air tergerus
zaman
zaman
Di tanah Bamega
kusaksikan
kusaksikan
Manusia mulai tak
mempunyai bumi
mempunyai bumi
Dari tanah
Sebatung mengalahkan Samburanjana
Sebatung mengalahkan Samburanjana
Selaksa cerita
dari manusia purbakala
dari manusia purbakala
Kini hanya tinggal
derita
derita
Kotabaru, Mei-Juni
2017
2017
GELAP
MATA
MATA
Adakah gelap mata
sebagai pelampias belaka, melakukan di luar akal logika. Mengatas namakan nafsu
menimbulkan derita bagi lakon cerita. Bukankah ada solusi bagi mereka! Tanpa
harus merusak tatanan hidup di tanah merdeka. Mereka yang katanya betahta.
Tapi, mengapa mereka yang sembunyi di balik cerita. Adakah mereka? Perduli,
masih banyak di tanah merdeka memerlukan belaian lembut kasih nyata. Di timur
mereka bercerita tentang ketidak adilan yang merata, di barat meraka berkata ini
tanah merdeka, di tengah mereka berkata hasil bumi yang membabi buta.
sebagai pelampias belaka, melakukan di luar akal logika. Mengatas namakan nafsu
menimbulkan derita bagi lakon cerita. Bukankah ada solusi bagi mereka! Tanpa
harus merusak tatanan hidup di tanah merdeka. Mereka yang katanya betahta.
Tapi, mengapa mereka yang sembunyi di balik cerita. Adakah mereka? Perduli,
masih banyak di tanah merdeka memerlukan belaian lembut kasih nyata. Di timur
mereka bercerita tentang ketidak adilan yang merata, di barat meraka berkata ini
tanah merdeka, di tengah mereka berkata hasil bumi yang membabi buta.
Kotabaru, 11
Januari 2017
Januari 2017
BIOGRAFI PENULIS

Puisinya mengisi beberapa media massa seperti
Republika, Pikiran Rakyat, Hari Puisi, Denpasar Post, Redaksi Apajake,
Bangka Pos, Solopos, Riau Post, Malut Post, Jurnal Asia, Fajar Makassar, Kampoeng
Jerami, Haluan Padang, Majalah Simalaba, Minggu Pagi,
Medan Post, Kabapesisir, Radar Mojekerto, Radar Bojonegoro, Radar Cirebon,
Rakyat Sumbar, Radar Banyuwangi, Koran Dinamikanews, Malang Post, Analisa
Medan, Magelang Ekpres, Flores Sastra, Koran Merapi, Tribun Bali, Media
Kalimantan dan sejumlah antologi bersama. Mengabdikan diri di sekolah SMA
Garuda Kotabaru dan pendiri sekaligus pembina siswa-siswanya di Taman Sastra
SMA Garuda Kotabaru. Akbar bisa disapa melalui email Rahmatakbar464@gmail.com, fb: Kai.akbar.
Tinggalkan Balasan