Pandangan Filsuf terhadap Ideologi Islam di Era Milenial

Judul Buku : Islam Tuhan Islam Manusia
Penulis : Haidar Bagir
Penerbit : Mizan
Cetakan  : I, Maret 2017
Tebal : xxx + 290 Halaman
ISBN : 978-602-441-016-2
Oleh : M Ivan Aulia Rokhman
Di era Milenial Ideologi Islam sudah mulai menggempar
politik negara. Akhir-akhir ini Organisasi Masyarakat terutama Islam ada
sebagian dibubarkan karena menilai penghinaan ideologi pancasila dan tidak
sesuai prosedur hukum. Umat Islam semakin kecewa bila menerbitkan sebuah
Undang-Undang baru tentang Ormas yang berbadan hukum dan lebih menyedihkan lagi
ia menolak penerapan aturan yang disepakati pemerintah. Lantas  bagaimana para filsuf menjawab tantangan Islam
di Era Milenial.
Kenyataannya, seperti sempat disinggung sebelumnya, jika
kita pelajari sejarah perkemnbangan awal pemikiran Islam, kita dapati bahwa
para pemikir Islam memberontak terhadap sifat antiklasik alias spekulatif
filsafat Yunani. Meski sesungguhnya filsafat Yunani inilah yang banyak
memberikan pemicu bagi perkembangan pemikiran Islam ini.
Pemberontakan-pemberontakan inilah yang belakangan
mendorong para pemikir Islam tersebut untuk melahirkan metode observasi yang
kelak menjadi salah satu pilar metode ilmiah seperti yang kita kenal sekarang
ini (Hal 101).
Kalau kita baca Alquran, dengan sangat tegas memberikan
penghargaan kepada independent reasoning,
meskipun dengan tidak memutlakkannya. Tapi saya kira seorang pembaca
Alquran baik pasti mampu melihat itu. Bahkan kalau kita kutipkan sebuah hadis,
manusia, sementara rasul adalah akal di luar manusia. Bahwa sesungguhnya wahyu
yang dibawa oleh para rasul itu membawa kita ke satu titik yang akal juga bisa
membawa kepadanya. Wahyu fungsinya adalah mengisi tempat-tempat dimana agama
percaya itu berada di luar batasan manusia. Titik pusat persoalan di situ
adalah sikap terhadap posisi akal di dalam keseluruhan pemikiran keislaman (Hal
110).
Fenomena lahirnya generasi muslim moderat saat ini
sejatinya adalah kelahiran kembali generasi muslim sebagaimana pernah terjadi
dalam bentangan sejarah awal komunitas ini sebelumnya, persis sebagaimana
dicontohkan dan dipraktikkan oleh Nabi dan generasi-generasi setelahnya.
Sejalan dengan prinsip moderasi, Islam identik dengan agama yang berkeadilan.
Moralitas dalam Islam, antara lain didasarkan kepada keadilan, yakni
menempatkan segala sesuatu pada porsinya.
Tanpa merelatifkan etika itu sendiri, nilai suatu
perbuatan diyakini bersifat relatif terhadap konteks dan tujuan perbuatan itu
sendiri. pada prinsipnya setiap perbuatan bersifat netral nilai. Tindakan baik
dan buruk dapat dinilai secara berbeda bergantung pada penerapannya. Dengan
demikian, diyakni bahwa etika di dalam Islam itu didasarkan pada prinsip
moderasi, keadilan, dan bersifat rasional. Etika yang dirumuskan tidak
semata-mata berdasarkan diri pada eetika yang hedonistik, utiliatianistik,
maupun deontologis.
Di Indonesia saat ini, salah satu ormas yang terbesar dan
paling dimunati adalah NU (Nadhatul Ulama). Bukan hanya secara kultural
partisipan ormas ini berlaku satuan dan moderat, bahkan secara resmi NU
mempromosikan empai nilai emapat sebagai karakter yang membedakannya dari yang
lain, yaitu: tawassuth (tengah-tengah),
tawazun (seimbang), i’tidal (tegak),
dan tasamuh (toleran). Lagi-lagi kita menemukan kesejalanan antaran ajaran dan
prinsip dasar Islam tentang moderasi, dengan apa yang berlaku dalam sejarah
umat Islam, ini menegaskan kembali bahwa ekstremisme sesungguhnya bukanlah sah
agama dan tradisi Islam (hal 131-133).
Buku ini merupakan isi pemikiran filsuf yang mendalami
segi keislaman menurut pandangan intelektual dan merangkul pemahaman yang
diajarkan oleh organisasi masyarakat. Tidak hanya merujuk pada sudut pandangan
mengartikan kalimat yang dikaji melalui Islam moderat namun juga mengingat
kembali masa sejarah yang mendirikan suatu pencapaian dalam menegakkan dakwah.
Tulisan ini bermanfaat dan membangun indenpenden di era milenial, senantiasa
membangun masa depan umat Islam.
Biodata
Penulis
M Ivan Aulia Rokhman, Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia Universitas Dr Soetomo Surabaya. Lahir di Jember, 21 April
1996. Lelaki berkebutuhan khusus ini meraih anugerah “Resensi / Kritik Karya
Terpuji” pada Pena Awards FLP Sedunia. Saat ini menjabat di Devisi Kaderisasi
FLP Surabaya dan Anggota UKKI Unitomo. Nomor Telp/WA : 083854809292, Email :
rokhmansyahdika@gmail.com Facebook : M Ivan Aulia Rokhman. Alamat Korespondensi
: Jalan Klampis Ngasem VI/06-B, Sukolilo, Surabaya, Jawa Timur, 60117.

Penulis


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Giffari Arief Puisi

Puisi : Sabuk Asteroid

Apacapa Imam Sofyan

Pak Kepala Desa, Belajarlah dari Film Dunia Terbalik!

Apacapa Mei Artanto

Komunitas Biola Situbondo: Sebuah Capaian dan Tantangan

Puisi

Luka Perempuan dan Puisi Lainnya

Apacapa Marlutfi Yoandinas

Karya Rupa Generasi Mawas Diri

Apacapa Hasby Ilman Hafid

3 Hal Unik yang Pernah Dilakukan Oleh Santri

Apacapa Marlutfi Yoandinas

Eeufemisme: Antara Maling dan yang Kurang Maling

Muhammad Lutfi 2 Puisi Puisi Anak

Puisi Anak Karya Muhammad Lutfi

Cerpen Nasrul M. Rizal

Cerpen : Belajar Dari Orang-Orang Idiot

Agus Hiplunudin Cerpen

Cerpen Maha Dewi

Ayis A. Nafis Puisi

Puisi: Hikayat Sebuah Maut

Apacapa

Bahasa Puasa dan Ramadan

Cerpen M Firdaus Rahmatullah

Cerpen: Enam Cerita tentang Kenangan

Apacapa

11 Rekomendasi dalam Kegiatan Temu Inklusi ke 5

Ahmad Zainul Khofi Apacapa

Mengenal Situbondo dari Puisi

Apacapa Irwant

Pernak-Pernik Lebaran

Apacapa

Pewaris Budaya Desa

Apacapa matrais

Jangan Gagal Paham Soal Kecamatan Baluran

Apacapa Irwant Kampung Langai

Festival Kampung Langai 4 Dibuka dengan Manis, Ditutup dengan Romantis

M.Z. Billal Puisi

Puisi: Hujan Pukul 12.30