Avatar admin

Tentang Penulis

  • Puisi: Tubuh yang Mengandung Hujan

    juru takwil pendalungan   udara pendalungan bau asap kemenyan, campuran manis gula dan asin garam. rumahmu gatal-gatal dalam bayang-bayang gagal ginjal. pandanganmu mulai kabur antara ke mana harus menuju atau menghindar dari semacam peluru. sejenis anggaran paling aduhai dalam perhitungan kepalamu. lalu kau menjadi juru takwil yang kejang-kejang dalam festival kebudayaan. menambal arsip-arsip bolong  dalam…

  • Cerpen: Sebuah Cerita di Hari Pernikahanmu

    19 Mei 2019, 17:20 WIB   Jam dinding terus berdetik: tik… tik… tik…. Hujan mengguyur di luar. Di atas kursi kayu, seorang laki-laki tua memalingkan pandang ke luar jendela loteng. Matanya menatap begitu jauh—bahkan melebihi jarak mata dan benda-benda. Sangat jauh. Dan kosong. Namun ada suatu putaran perasaan menariknya; seolah-olah membuatnya ingin melompat ke dalamnya:…

  • Pertunjukan Teater, Setelah Sekian Lama

      Oleh Marlutfi Yoandinas*  Malam ini, 9 Oktober 2020, saya menjadi penyaksi, tongkat estafet komunitas teater di Situbondo telah berpindah. Berada di tangan kawan-kawan yang masih segar jiwa raganya. Kawan-kawan yang lebih panjang dan lebih dalam tarikan napasnya. Mereka  telah mempertunjukkan kemampuannya, menempa diri dan beradu peran dalam teater. Hasil dari “proses sendiri” yang saya…

  • “CACAT” DI UU CIPTA KERJA

      Oleh Marlutfi Yoandinas* Mengapa dalam naskah UU Cipta Kerja masih ada kata “cacat” untuk menyebut penyandang disabilitas? Bukankah paradigma “cacat” dalam UU 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat sudah tidak sesuai lagi, sehingga harus diganti UU 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas? Akankah hal ini semakin menunjukkan bahwa UU Cipta Kerja memang malaproses, karena…

  • Cerpen: Sepasang Pemburu di Mata Ibu

    Secepat anjing pemburu, aku berlari di atas jembatan layang, melewati orang-orang. Sesekali menoleh ke belakang, sadar tak ada yang mengikuti. Pikirku begitu. Lantas memutuskan berjalan pelan, hingga kemudian langkahku berhenti tepat saat melihat pria bertopi hitam tengah menatapku dari bawah jembatan. Sial! Berjalan lurus lalu belok ke arah kanan, melangkah di antara toko elektronik yang…

  • Puisi Mored: Tarian Hujan

    Oleh Alif Diska* Rasa Karsa   Tidak ada yang sederhana dari cinta Jika kau masih menuntut lebih dari cinta Tidak ada yang serumit dari cinta Jika kau masih membesarkan apa yang sepatutnya kecil Tidak ada yang seluas dari cinta Jika kau masih mempersempit pola pikir dan rasa Karena cinta, seindah apa yang ada   Situbondo,…

  • Puisi Mored: Legenda Tangis

      Oleh: Mahesa Asah*   Rindu Si Gila ;Kekasih Mimpi Altar waktu perlahan memungut rindu, dari belantara hutan-hutan dan jalan menapak.Mengutukiku dalam rentetan pujangga. Sementara serupa mata-matamu membumbung embuun panyejuk mataku. Bukit menjulang bersaksi riangnya candu,berbaris rapi menyambut sepucuk rindu sebelum dungu. Walau,tak bermahkota permata dan berjubah raja destinasimu menerima si buruk rupa tuk bertamu.…

  • Puisi Mored: Malam Monokrom

    Oleh: Heru Mulyanto* Malam Monokrom Andainya malam bisa menggantikan siangDan siang tak pernah ada…Andainya senja tak pernah tibaDan malam menjadi abadi…Itu justru malah lebih baikHanya lampu, bulan, bintang, dan sepi… Jikapun senja tak pernah ada, maka Sukab tak akan mencurinya dan mengirimnya pada AlinaYah, aku juga tak tau mengapa kutulis tulisan iniLagi-lagi sampah… Aku hanya…

  • Sebuah Kado di Hari Pernikahanmu

    Liana yang manis, Liana yang sendu. Apa kamu masih menyukai senja ? Kamu selalu berkata sangat menyukai senja padaku, menikmatinya dengan duduk di bawah pohon cemara sambil bercakap-cakap dan melihat matahari yang perlahan tenggelam ke balik cakrawala. Dan tahukah kamu dimana aku berada saat ini ? Ya, aku berada di tempat dimana kita selalu mengahabiskan…

  • Cerpen: Peti Mati

    Boneka yang dipegang Keira tampak semakin kusut. Warna yang awalnya putih berubah agak kecokelatan gara-gara tangannya tak dicuci tatkala selesai makan dan bermain. Sepanjang hari ia tak bosan memeluk bonekanya, dan dari pelupuk mata turun air bening. Air mata yang jatuh terserap langsung oleh boneka yang dipeluknya. Entahlah, apa yang sedang ia pikirkan. Barangkali ia…