Tentang Penulis
-
Cerpen: Pisau Takdir
Perempuan itu menggores lengannya dengan pisau yang dibawanya dari dapur siang tadi setelah sebelumnya memperhitungkan tempat nadi di pergelangan tangannya yang ia perkirakan bisa membuatnya mati seketika. Perasaannya menggebu-gebu ingin segera mengakhiri hidup yang menurutnya sangat menyakitkan. Seringainya terbit bak psikopat yang gila pada rasa sakit. Sedetik kemudian, seringainya berubah menjadi suram. Ingatannya kembali pada…
-
Relawan yang Tak Seutuhnya Rela
Oleh : Rizki Pristiwanto* Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Situbondo tahun 2020 semakin dekat, meski sempat terhentikan tahapannya akibat wabah Covid – 19 muncul kabar bahwa Pemilihan Serentak 2020 akan dilanjutkan namun ditunda waktu pelaksanannya hingga Desember 2020 Tentunya dengan beberapa pertimbangan dan alternatif alternatif yang akan diambil ketika kemungkinan kemungkinan tidak sesuai perencanaan.…
-
Puisi: Kopi Mawar
Malam Perindu Malam mekar di atas tembikar basah yang habis dibasuh jemari merekah ia belum lagi tuntas dibakar buat menjadi perabot rumah tangga kita Angin sendu membawa rindu Mengambang di matamu yang payau Malam ini seharusnya usai dengan cepat, aku tak sanggup lagi menanggung dingin kesendirian yang ditusuk-tusuk rindu penuh kegamangan Blitar, 2019 Kopi Mawar…
-
Pandemi dan Air Mata Driver Aplikasi Joker
Oleh: Imam Sufyan* Pandemi Covid-19 ini mengubah segenap tatanan aspek kehidupan manusia. Misalnya di bidang ekonomi. Pandemi menghantam segala macam profesi. Tak terkecuali profesi yang saya jalani saat ini. Sebagai driver roda dua di Aplikasi Joker, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa ojek, kurir dan delivery ini juga mengalami perubahan suasana kerja yang tak…
-
Puisi: Suatu Sore
SEHABIS SORE TERBITLAH MALAM Sehabis sore saat aku tak bisa meneruskan perjalanan Tepat di seberang jalan Di antara anak sungai yang gemericiknya menabur keheningan Matahari pelan-pelan lepas dari peluk laut Sedang aku masih di sini melepas segala lupa pada dirimu Kekasih adakah kisah yang menakar hening kita Wajah-wajah asing satu-persatu berguguran Aku masih di seberang…
-
Puisi Mored: Harapan Kalbu
Oleh: Gladis Adinda Felanatasyah* Percikan Karya Seputar pena Yang meracik bongkahan kata Menjadikannya makna yang renyah Nikmati lah Tenggelamlah dalam ramuan nebula Hingga kau mencandui sebuah karya Mari kukatakan kembali Guratan luka adalah kepedihan Ketika rindu memanggil Merasung segala benci dan dendam Kala itu kita adalah Deretan kertas putih tanpa makna Memoles tinta tinta keagungan…
-
Cerpen: Rentenir
Oleh: Imam Sufyan* Hari ini adalah hari kedua ia tak mandi. Badannya yang kurus kerontang ditambah rokok yang sudah kayak sepur menambah bau ruangan ukuran 3×3 semakin pekat. Sudah hampir dua jam istrinya mengomel tak kunjung dihiraukan. Tetap saja, pria berperawakan gondrong yang sedang bersandar di tembok kamarnya masih khusyuk dengan bukunya. Tak terhitung berapa…
-
Puisi Mored: Di Ujung Senja yang Abadi
Oleh: Alif Diska* Pengasih dan Penyayang Manusia seperdetik seperti rintik hujan tanpa titik Meramu hari dengan antologi dan persepsi sendiri-sendiri tentang masa kini Berbekas dan tercatat atas segala hak yang ditindas dan semena-mena tanpa batas oleh pihak atas Kita, kaum terpelajar harus menuntut diri untuk menjadi sosok penyelamat bagi kaum yang beradab Mengerahkan segala hal…
-
Yang Menghantui Perbukuan Kita
Oleh: Erha Pamungkas* Membaca sejatinya adalah kerja purba. Sejak manusia ada, kegiatan membaca niscaya juga telah dilakukan. Mulanya membaca alam, lingkungan, dan hingga kini makna membaca berangsur-angsur tereduksi menjadi sekadar membaca teks. Membaca teks pun menjadi persoalan, setidaknya di negara kita. Dalam bentuk terumumnya (buku), minat membaca kita nyaris tersungkur—atau bahkan telah tersungkur. Pada 2019 UNESCO…
-
Puisi: Undangan Baru untuk Kekasih Lama
Di Bawah Bulan Aku berada di bawah bulan. Di atas bangku taman. Menikmati pemandangan kapal-kapal sebelum di pelabuhan Mencicipi dinginnya angin pantai Menghirup udara kesepian Lalu menelan beban-beban sebelum malam. “katanya ia ingin datang” Aku masih menunggu di bawah bulan. Di atas kursi taman. Dan di samping bayang pohon besar. Ia pandai dalam berkenalan. Ia…