Di Salah Satu Kamar Mayat dan Prosa Mini Lainnya Karya Polanco S. Achri

Di Salah Satu Kamar Mayat
Sebuah
mayat duduk bersandar memandang langit-langit kamar. Mayat itu berharap jiwanya
kembali. Separuh jiwanya berada di rumah sakit jiwa, entah karena apa.
Sedangkan separuh yang lain sudah merasa utuh dan tak lagi butuh tubuh. Mayat
itu sungguh ingin menangis, namun tak bisa. Esok pagi, dia akan dikuburkan,
karena kamarnya hendak dihuni oleh mayat lain. Malam ini, mayat itu mencoba
tidur, namun gagal. Gelisah! Ia bingung menghadapi hari-hari di lubang kubur
yang gelap tanpa bisa tidur. Ditambah nisan yang tanpa nama.
(2018)
Mencari Jimat di Kuburan
Malam-malam
dia pergi ke kuburan, hendak mencari jimat. Apakah Anda akan menduga dia akan
mengali kuburan yang ternyata adalah kuburannya sendiri, dan menemukan bahwa
dirinya sudah menjadi mayat? Aku harap Anda tak memunculkan pilihan itu, karena
sudah sering dipakai. Selanjutnya, apakah Anda mengira bahwa dia akan mengali
kuburan kekasihnya? Akan saya tegaskan, bahwa dia adalah jenis manusia yang
senang dan nyaman hidup sendirian. Maka mari kita lanjutkan saja kisah yang
memang tidak perlu panjang-panjang ini. Ia mengali sebuah kuburan, dan dia
menemukan diriku yang berbaring di sana: dan sedang menuliskan cerita ini.
Tentu Anda tahu lanjutakn kisah ini, bukan?—dia mengambil tulisanku!
(2018)
Paranoid
Ia
takut mendengar suara jantungnya sendiri. Malam ini ia putuskan untuk membuang
jauh-jauh jantungnya: dilemparkannya jantung itu ke arah lautan hitam, dan
tenggelam. Namun hal itu tidak membuatnya sembuh dari ketakutan. Dengan nekat, ia
kubur telingannya di dalam pasir pantai—yang terlalu putih itu. Hanya sunyi!
Dan ia pun sadar, bahwa sunyi sama persisi dengan suara jantungnya sendiri.
(2018)
Polanco
S. Achri
lahir dan tinggal di Yogyakarta. Mahasiswa
jurusan sastra yang gemar mengumpulkan dan membaca, juga meminjam buku. Dapat
dihubungi di FB: Polanco Surya Achri.

Penulis


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Apacapa Moh. Imron

Museum Balumbung: Para Pendekar Masa Lalu

Mohammad Latif Puisi

Puisi: Suatu Sore

Apacapa Rully Efendi

Demam Tangan Disilang, Kaesang Pun Patennang; Komitmen PSI Lawan Korupsi

Apacapa

Mbak Una Ultah, Dirayakan dengan Gembira Bersama Warga Trebungan

Apacapa

Jika Tidak Mampu Menjadi Pandai, Setidaknya Jangan Pandir

Arian Pangestu Puisi

Puisi : Revallina Karya Arian Pangestu

Apacapa apokpak N. Fata

DPRD Menggonggong, Pak Karna: Ngutang PEN Jalan Terus

Prosa Mini Zainul Anshori

Kepergian Seorang Ibu

Apacapa Nanik Puji Astutik

Power of Penulis

Dani Alifian Puisi

Puisi: Tamadun Semu

Abay Viecanzello Puisi

Puisi: Muasal Luka 3 dan Puisi Lainnya

Alexong Cerpen Robbyan Abel Ramdhon

Cerpen: Penghiburan Kosong

Cerpen Gusti Trisno

Cerpen : Joe di Persimpangan Jalan Karya Gusti Trisno

Apacapa Mei Artanto

Komunitas Biola Situbondo: Sebuah Capaian dan Tantangan

Agus Hiplunudin Puisi

Pendulum Rindu dan Puisi Lainnya Karya Agus Hiplunudin

Muhaimin Prosa Mini

Gadis dan Nyanyian Ombak

Haura Zeeba Karima Mored

Cerpen Mored: Katarsis

Apacapa Musthofa Zuhri

Kisah Kenang dalam Jasa Sahabat

Cerpen

Cerpen : Tentang Kota dalam Pikiran

Apacapa

Film Pendek Lastarè: Sebuah Perjalanan Batin Korban Perundungan