Hutan Baluran dan Puisi Lainnya


Oleh: M. Firdaus Hidayatullah
hutan baluran
ada lagu dalam
hutanku
suaranya melipir
ke tiap retak tanahmu
lalu seseorang
mengiris lirih batangnya
mencungkil akar
yang tertanam berabad-abad
memunguti
daun-daun hujaunya, atau yang rontok
dan berkelebatan
sepanjang musim
tapi nyanyi gagu
terekam di antara derai tangis anak-anak
pohon. dan
tunas-tunas baru di rimbun belukar humus
sementara engkau
penyaksi keinginan-keinginan sederhana
orang-orang bumi
tepian, pergi sebelum penuh muatan.
tiada yang tersisa
dari hutanku:
ranting-ranting
kering,
patahan dahan
kering,
sisa-sisa dahan
kering,
dan ranahmu yang
kering.
kendati tangismu
berdebu

dan tak pernah kering.






membaca ayat
langit tetap
membentang dan udara mengalir membasuh dada
sayup-sayup
lantunan doa dari kubur sang patih menjelma kupu-kupu
gaib; terbang
bergerombol di atas atap rumah-atap rumah
menyemai berkah dan
keberuntungan tahun baru
tapi ada yang tak
diucapkan ketika gerimis menyapu bumi
harum tanah
bercampur aroma hujan adalah percakapan
rahasia yang
terjadi tanpa ada yang mengetahui: di besuki
seperti hanya
singgah sebelum siap diberangkatkan
sebab banyak yang
tiada terduga:
bianglala
kehilangan warna,
angin kehilangan
semilir,
matahari
kehilangan benderang
di sisi lain:
kunang-kunang
kehilangan pijar
gemintang
kehilangan kerlip
rembulan
kehilangan cahaya
sungguh tak juga
kumengerti:
ayat-ayat ini.




pada malam yang
mati

pada malam yang
mati
kupotret langit
tanpa kaki tiga
klise cermin kitab
suci
sesuatu tanpa
warna
di argopuro kau
menghapusku
sebelum tunai aku
memelukmu
“tidak demikian,
rengganis,
mengapa kau selalu
menangis?”
mimpi-mimpi yang
tak kita kenali
hampir sempurna disebut
imaji
kubiarkan malam
mati

tanpa pemakaman
suci.





tentang perjalanan
ini
dari barat aku
datang menemuimu
angin mendorong
langkah-langkah ini
gegas hendak
menjumpaimu
sambil melambaikan
tangan tanda rindu
sebelum berakhir
di banyu putih
sebelumnya,
melintas lembah paiton
menerawang laut
lepas seolah sebatas langkah melangkah
debur ombak pelan
mengekal dalam pandang
dan gugusan kapal
bagai hendak mendekat padaku
membawakan bekal
yang lupa kubawa
: hingga tiba-tiba
tiba di besuki
kuseka keringat
yang dipikul angin
lalu kuhapus
sisa-sisa debu bus antarprovinsi
yang hendak
dibawanya ke pulau ke pulau bali

dan kukabarkan tentang
perjalanan ini



____________________

*) Penulis lahir di Jombang.
Menggemari sastra dan kopi. Karya-karyanya pernah dimuat di beberapa media
massa. Puisi-puisinya termaktub dalam antologi bersama Selasa di Pekuburan Ma’la (2019), Perjumpaan: Antologi Sastra Festival Sastra Bengkulu (2019), dan Segara Sakti Rantau Bertuah: Antologi Puisi
Jazirah 2
(2019). Kini berkhidmat di SMAN 1 Panarukan.



*) foto oleh Alif Diska, siswa kelas XII IPS 2, SMA Negeri 1 Situbondo.

Penulis


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Apacapa Mohammad Farhan

Kayumas Bersastra: Menjadi Tua yang Menyenangkan

Cerpen M Firdaus Rahmatullah

Cerpen: Ingatan tentang Sepasang Mata

game Ulas Yopie EA

GTA VI: Momok Menakutkan Bagi Developer Game

Alex Cerpen

Cerpen: Panarukan, Sepotong Kenangan

Cerpen Violeta Heraldy

Cerpen : Pertemuan Kembali

Apacapa Nanik Puji Astutik

Ada Apa Denganmu, Mantan?

Haura Zeeba Karima Mored

Cerpen Mored: Katarsis

Agus Hiplunudin Cerpen

Cerpen – Dendam Amba

Mored Safina Aprilia

Puisi Mored: Memori Karya Safina Aprilia

Buku Cakanca ID M Firdaus Rahmatullah Ulas

Resensi: Dari Patah Hati Hingga Tragikomedi

Guru Mored Moret Puisi Ririn Anggarini

Rindu dan Puisi Lainnya

Apacapa Buku Junaedi Ulas

Reformasi Birokrasi Perwujudan Birokrasi yang Berbudaya

Apacapa Moh. Imron

Mara Marda: Keajaiban Datang Kemudian

Apacapa Irwant

Gagal Melamar Gadis dan BPN Situbondo

Apacapa Supriyadi

Lagu Religi, Musim, dan Kelindannya

Indra Nasution Prosa Mini

Cerita Seorang Keluarga yang Mengalami Banyak Hutang

Cerpen Haryo Pamungkas

Kota yang Bernama Kata

Penerbit

Buku: Rumah dalam Mata

Apacapa Erha Pamungkas Haryo Pamungkas Politik

Gus Dur: Demokrasi Harus Diperjuangkan

Polanco S. Achri Prosa Mini

Di Salah Satu Kamar Mayat dan Prosa Mini Lainnya Karya Polanco S. Achri