Literasi Bergerak di Taman Siwalan

Satu
lagi nyala literasi dinyalakan. Dipantik sekumpulan anak muda yang
menggabungkan diri dalam satu komunitas Labeca.

Di
Taman Siwalan, Desa Lamongan, Kecamatan Arjasa mereka menggelar lesehan baca.
Lokasinya di pinggir jalan Pantura, sekitar 20 Km dari pusat Kota Situbondo.

Ada
sekitar 30an buku yang digelar. Ada sekitar lima anak muda bersarung dan
kopiahnya. Membaca buku. Berharap ada satu dua pengunjung Taman Siwalan datang
mendekat dan ikut membaca.

Sudah
dua malam Minggu, mereka menggelar lesehan baca. Sengaja meluangkan waktu,
sambil berakhir pekan, mengisi ruang publik dengan menggelar buku.

Menampilkan
suatu kebiasaan baru, membaca buku di tengah riuhnya lalu lalang orang. Karena
biasanya orang-orang dan anak muda mengisi malam Minggu dengan sekadar
nongkrong, beli makan, pacaran, menjaga anak bermain dan sebagainya. Jarang
sekali ada yang nampak membaca buku.

Kebiasaan
membaca buku di ruang publik, memang hal baru di kalangan masyarakat kita. Hal
ini bisa menjadi suatu keuntungan atau malah hal aneh.

Di
satu sisi, menjadi suatu keuntungan karena dengan menggelar lesehan baca, mudah
sekali mencuri perhatian publik. Bisa juga malah dianggap aneh karena membawa
kebiasaan baru.

Tapi
saya kira, dengan membawa kebiasaan baru, apalagi berhubungan dengan buku,
bakal banyak dampak baik yang akan muncul.

Saya
sebagai penyuka buku, berangan-angan, meskipun agak drama. Melihat anak-anak
kecil membaca buku. Anak-anak muda pacaran, baca buku berdua, membacakan buku
untuk pasangannya. Ibu-ibu mengajak keluarganya membaca buku, sambil makan di
lesehan.

Apalagi
sampai ada temu diskusi antara penulis dan pembaca. Di tempat gelaran lesehan
baca ada iringan musik akustik atau lantunan keroncong. Ada pembacaan puisi
atau monolog. Ada pembacaan storytelling. Dan lain-lain dalam satu semangat
menghidupi kegiatan literasi.

Mengutip
dari poster lesehan baca Komunitas Labeca, yang mengutip Victor Hugo: belajar
membaca berarti menyalakan api, setiap suku kata yang diucapkan adalah
percikan.

Saya
kira Komunitas Labeca sudah menyalakan apinya. Anam dan kawan-kawannya sudah
memantik sebuah gerakan literasi di Situbondo.

Tinggal
kita semua perlu membantu mereka. Memastikan api itu tetap menyala. Jika tidak,
kita hanyalah penonton yang menyaksikan api itu kian redup bahkan padam.

Gerakannya
melemah, tak lagi bergeliat.

Semua
kembali pada kita.
[]

 

 

Marlutfi
Yoandinas
. Pengelola
Rumah Baca Damar Aksara
dan Penggiat Budaya Situbondo.

Penulis


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Apacapa Ipul Lestari

Taman Hidup; Suatu Ketika di Tahun 2017

Apacapa Kyaè Nabuy Madura Totor Wisata Situbondo

Apalessèran ka Pèngghir Sèrèng Blekko’

M. Suhdi Rasid Mored Moret

Puisi Mored: Ibu dan Puisi Lainnya

Apacapa

Yang Muda Juga Bisa Berkuasa, Tapi Harus Merdeka Dulu

Buku Ulas

TUHAN Tidak Makan Ikan dan Cerita Lainnya: Tertawa Sembari

Cerpen

Cerpen – Rindu

Puisi Syafri Arifuddin

Puisi – Ubi Amor Ibi Dolor

Uncategorized

Memaknai Langgar Dalam Perspektif Sosiologi Agama

M Firdaus Rahmatullah Puisi

Puisi: kusisiri kota ini dengan puisi

Cerpen

Cerpen: Sebuah Kisah Patah Hati yang Kelak Tertulis dalam Headline Berita

Alex Apacapa

Sebuah Kado di Hari Pernikahanmu

Apacapa Moh. Imron Ngaleleng

Menyimak Pengolahan Kopi Arabika di Kayumas

Apacapa

Gemalaguna: Laut Tak Pernah Salah

Ahmad Zainul Khofi Apacapa

Memaknai Situbondo “Naik Kelas”

prosa

Tamu Kenangan

Cerpen Dani Alifian

Cerpen : Karet Gelang Pemberian Ibu

Uncategorized

Mendidik Anak Tanpa Kekerasan

Pantun Papparekan Madura

Pantun Madura Situbondo (Edisi 7)

Apacapa Syaif Zhibond

Selamat Molang Are, Orang Pilihan

Cerpen Moh. Jamalul Muttaqin

Cerpen: Pulang