Mas Rio di Mata Anak Muda Situbondo

Tulisan
ini ditulis oleh Ichsan, anak muda dan seorang pegiat buku di Situbondo. Ia
menceritakan pertemuannya dengan Mas Rio. Baginya, Mas Rio adalah sosok anak
muda yang berbeda.  

 

Jika ditanya siapa orang yang
mampu mengubah hidup saya dari sebelumnya, saya akan mengatakan salah satunya
adalah Mas Rio. Saya mengenalnya baru-baru ini, di tahun ini, tepat pada saat
saya bergabung di salah satu komunitas yang diinisiasi oleh anak muda Situbondo
bernama Mara Marda Institute (MMI). Saya mengikuti acara yang kala itu Mas Rio
jadi pematerinya.

Bagi saya, Mas Rio memang
berbeda. Banyak hal baru yang saya dapat selama mengikuti acara Mas Rio sebagai
pembicara. Salah satunya ungkapan Bigger Together. Ungkapan itu lahir
dari Mas Rio hingga menjadi tagline program MMI yaitu Leadership
and Entrepreneur School (LES).

Mas Rio tampaknya tidak mau
menjadi besar sendirian. Ia pulang ke Situbondo, tanah kelahiranya dengan
mengajak anak muda tumbuh bersama. Tetapi, saya melihat Mas Rio tidak ingin
tumbuh bersama yang tak bermakna. Maka ia memulainya dengan membongkar cara
berpikir atau persepsi di kalangan anak muda.

Salah satu gagasan yang menurut
saya sangat penting adalah melawan inferiority complex. Gampangnya, ga
usah minderan. Baiknya kenali kemampuan diri.

Saya hidup dengan masyarakat
Situbondo yang unik. Misalnya gampang mencemooh orang lain, meremehkan
kemampuan bahkan mengolok-olok karya orang lain. Sementara diri sendiri tak
bisa apa-apa. Kalian tentu sangat dekat dengan kebiasaan itu.

Nah menurut Mas Rio itu adalah
masalah yang patut dilawan. Dari pada sibuk mencaci, lebih baik sibuk cari tahu
di mana keahlianmu dan update diri sampai paham bahwa dirimu sebenarnya punya
kemampuan.

Saya menyimak langsung
 saat Mas Rio berkisah tentang perjuangannya melawan rasa takut dan tak
percaya diri. Pengalaman Mas Rio di usia muda sontak membuat saya terkejut
sekaligus tertantang.

Mas Rio sebelum besar seperti
saat ini, pernah jualan kopi keliling ketika lepas kuliah. Ia tak malu dorong
gerobak kemudian menunggui orang datang untuk sekadar ngopi. Bayangkan, sarjana
tapi memilih pekerjaan yang demikian.

Cerita lainnya, satu saat,
ketika ia dengar ada satu perusahaan gas akan dijual, dia berinisiatif
membelinya. Ia berusaha pinjam uang ke bank tapi  ditolak. Berkali-kali.
Hanya karena ia mengendarai motor matic.

Tapi ia tidak menyerah. Sampai
akhirnya dia berhasil punya perusahaan LPG, café  dan mendirikan lembaga
survei politik dengan skala nasional.

Sepenggal kisah Mas Rio itu
ingin memberi pesan kepada saya dan untuk anak-anak muda Situbondo: jangan
ceburkan diri dengan mencemooh/ mencaci atau mengganggap remeh orang lain. Daripada
begitu mending berani bermimpi, membangun jaringan dan berani memulai. Karena
menurut Mas Rio, miracle comes later.

Dan poin itulah yang saya ingat
baik-baik.
 

_________

 

Editor: Hans.

Penulis


Comments

Satu tanggapan untuk “Mas Rio di Mata Anak Muda Situbondo”

  1. Avatar Anonim
    Anonim

    Tidak terlalu dikenal

Tinggalkan Balasan ke Anonim Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

M. Syamilul Hikam Puisi

Doa Petani Tembakau dan Puisi Lainnya Karya M. Syamilul Hikam

apokpak Esai N. Fata

Timpangnya Demokrasi Tanpa Oposisi

Apacapa

Jika Tidak Mampu Menjadi Pandai, Setidaknya Jangan Pandir

Apacapa Syaif Zhibond

Drama Tetangga Sebelah: War Pakistan dan Kemenangan Baluran

Uncategorized

MMI Dukung Anak Muda Plalangan Wujudkan Impian

Apresiasi Kampung Langai

Jingle Festival Kampung Langai

Puisi Zainul Anshori

Seuntai Pengorbanan

Apacapa Baiq Cynthia

Kepingan Kenangan di Kota Santri Situbondo

Cerpen Layla Shallma Putri Pracia

Cerpen: Di Bawah Langit Biru

Buku Indra Nasution Ulas

Ulas Buku – Jurnalisme dan Politik di Indonesia, Biografi Mochtar Lubis

Mim A Mursyid Puisi

Puisi: Resonansi Karya Mim A Mursyid

Apacapa covid 19 Happy Maulidia Putri Opini

Ketua RT dan Kepala Desa; Pahlawan Garda Terdepan Pemberantas Hoax Covid-19

Alifa Faradis Esai Wisata Situbondo

Wisata Religi : Sukorejo

Apacapa

Setelah Ujung Jalan Daendels: Refleksi Panarukan dalam Serat Darmagandhul

abdul wahab Apacapa

Menguak Potensi Ecotrail Desa Sumberanyar

Apacapa Ardhi Ridwansyah

Bedah QLC Dalam Diri Seorang Pengangguran

Buku M Ivan Aulia Rokhman Ulas

Resensi Buku Ramadan Undercover

Apacapa Fendi Febri Purnama

Kolong Situbondo: Ada yang Beda pada Diksi Bahasa Madura di Situbondo #1

Ahmad Zaidi Cerpen

Cerpen; Clarissa

Uncategorized

Mohon Maaf Jika Tulisan Ini Tidak Terlihat