Operasi Carthago: Mengenal Sejarah Pertempuran di Asembagus

(Hancurnya Pabrik Gula Asembagus pada tahun 1947. Koleksi Mariners Museum, Netherland)
Oleh: Kim La Capra*
Kisah
ini sebenarnya pernah saya tulis. Namun, untuk mengenang jasa para pahlawan
yang telah gugur dalam peristiwa tersebut, dan sekaligus untuk mengingatkan
kita agar tidak lupa tentang sejarah perjuangan pahlawan lokal khususnya di
daerah Asembagus, maka kisah ini saya ceritakan kembali meskipun dengan sumber
sejarah yang terbatas.
Pada
tanggal 05 September 1947, pasukan tempur Belanda di bawah Komando Marinir C.
G. Lemes Juide mendarat di Pantai Laboean (Jangkar, Asembagus saat ini) untuk
menduduki, menguasai, serta menaklukkan daerah Asembagus dan sekitarnya.
Gerakan pasukan Belanda ini kemudian mereka istilahkan dengan sebutan
“Operasi Carthago”.
Operasi
ini dilakukan oleh Belanda karena pada Agresi Militer I yang dilancarkan 3
bulan sebelumnya (tepatnya 21 Juli 1947), mereka tidak dapat memasuki wilayah
Asembagus. Belanda tidak dapat menembus garis pertahanan yang dibangun oleh
para pejuang republik yang menghambat pergerakan pasukan Belanda di daerah
Arjasa.
Dengan
melibatkan 2 kapal perang yang dikawal kurang lebih 19 pesawat tempur*, Belanda
mendaratkan pasukannya di daerah Jangkar sekitar pukul 7 pagi. Tidak hanya dari
laut, Belanda juga mengerahkan pasukan bermotor melalui jalur darat yang
bergerak dari kota Situbondo menuju Asembagus.
Pada
saat itu, Asembagus diperkuat oleh para pejuang republik yang terdiri dari 100
orang Polisi Negara dipersenjatai dengan Karabin, Revolver, Granat dan
Mitraliur dengan ditempatkan di barak militer tepat di depan pabrik Gula
Asembagus.
Sekitar
600 Prajurit TNI dipersenjatai dengan 500 senapan, 100 Granat, 20 pistol, dan 4
Mitraliur berada di dibajak Asrama Asisten Perante.
Terdapat
pula 100 orang dari Pesindo yang dipersenjatai 20 Karabin dan granat tangan
berikut dengan pelontarnya.
Selain
kekuatan tersebut, daerah Asembagus juga diperkuat oleh laskar
“Sabilillah” yang pada saat itu jumlah anggotanya tercatat kurang
lebih 1000 orang yang hanya bersenjatakan bambu runcing dan kelewang serta
keris. Dalam catatannya, Belanda tidak menyebutkan jumlah pasukan yang mereka
kerahkan untuk menduduki Asembagus.
Pasukan
Belanda baru bisa merebut Asembagus dari tangan para pejuang pada pukul 4 sore,
tanggal 05 September 1947. Sementara pasukan bermotor Belanda yang bergerak
dari arah Situbondo, hanya separuhnya yang dapat memasuki Asembagus pada pukul
20:45 (sekitar jam 9 malam) setelah mereka melakukan pembersihan terhadap
blokade yang dipasang oleh para pejuang di daerah Pandangan sampai ke timur
menuju Asembagus.**
Setelah
jatuhnya Asembagus, para pejuang republik melanjutkan pertempuran dengan mundur
teratur ke daerah perbukitan yang terdapat di daerah selatan wilayah Asembagus.
Selanjutnya, mereka melancarkan perang gerilya terhadap Belanda sampai ke
daerah Rajekwesi-Kendit.
Dalam
peristiwa tersebut di atas, diketahui bahwa pada saat itu, satuan pejuang republik
berada dalam satu Komando yang dikenal sebagai Dewan Pertahanan Daerah pimpinan
Kapten Ismail Bakri yang dibentuk satu tahun sebelumnya pada bulan April
1946.***
Oleh
karena itu, sudah sepatutnya kita belajar kembali tentang sejarah kotanya agar
tidak menjadi generasi yang lalai dengan sejarah. Apalagi ingin memotong sejarah lokal karena kejumudan berpikir sebagaimana para birokrat kota ini.



Maka, untuk menguatkan keresahan itu,saya menghimbau kepada
segenap praktisi sejarah dan Cagar budaya khusunya di wilayah Asembagus untuk
mengheningkan cipta sejenak tepat pukul 07: 00 WIB, Kamis, 5 September 2019.
Mari
berdoa menurut agama dan keyakinan masing-masing yang ditujukan kepada mereka
para pejuang republik yang telah gugur dalam mempertahankan kedaulatan RI serta
wilayah Asembagus dan sekitarnya.
Referensi
*
Syamsul A Hasan…, 118.


** C. J. O. Dorren, 1952,….189-192


*** M. Daroen, 1984
*)
Penulis merupakan pendiri Situbondo Residual Concourse (SRC)

Penulis


Comments

Satu tanggapan untuk “Operasi Carthago: Mengenal Sejarah Pertempuran di Asembagus”

  1. Avatar Anonim
    Anonim

    sedikit tidak konsisten alurnya.

    operasi carthago di jawa belum pernah denger sebelumnya. entah apakah di buku Pesona kyai as'ad di mata ummat digambarkan lebih detil

    sepenting apakah daerah gersang asembagus 1947 sampe butuh diinvasi laut sampe dikawal 19 pesawat tempur. itu pun kalo beneran belanda punya 19 pesawat tempur setelahdikalahkan jepang di tanah hindia belanda.

Tinggalkan Balasan ke Anonim Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

carpan Helmy Khan Totor

Carpan: Sapo’ Mardha

Fathur Rahman Prosa Mini

Menanti Sebuah Tulisan

Devi Ambar Wati Puisi

Puisi: Mari Menikah

Cerpen Romi Afriadi

Cerpen: Penjara

Buku Ulas

Para Bajingan Yang Menyenangkan: Benar-benar Bajingan!

Apacapa Rahman Kamal

Cerpen: Kunang-kunang di Atas Perahu

Cerpen Sainur Rasyid

Surat dari Akhirat

Cerpen Gusti Trisno

Cerpen: Riwayat Kedurhakaan

Dhafir Abdullah Puisi Syi’ir

Ikhlas Ngajhâr

Febe TP Puisi

Ironinya Negeri Ini

Febrie G. Setiaputra Resensi

Resensi: Sunyi di Dada Sumirah

BJ. Akid Puisi

Puisi : Tanah Luka Karya BJ. Akid

Dewi Masithoh Syarafina Khanza Digananda

Serunya Implementasi Pembelajaran Berdiferensiasi Menulis Cerpen Hasil ToT

Apacapa

Jika Tidak Mampu Menjadi Pandai, Setidaknya Jangan Pandir

Apacapa Nabila Septilani

Krisis Pelanggaran HAM Terhadap Anak di Lingkungan Pendidikan

Apacapa Ramadeni

Implementasi Penegakan Hak Asasi Manusia di Indonesia

Mim A Mursyid Puisi

Puisi: Resonansi Karya Mim A Mursyid

Nanik Puji Astutik Prosa Mini

Laksana Putih Salju

Pantun Papparekan Madura Sastra Situbondo

Pantun Madura Situbondo (Edisi 1)

Apacapa Nurul Fatta Sentilan Fatta

Sudahi Tengkarnya, Baluran Butuh Kita