Puisi Mored: Labirin Rasa dan Puisi Lainnya

Oleh: Muhammad Iqbal Mukhlis* 

LABIRIN RASA

Sekat-sekat kasa
hampa
Menyibak rasa-rasa
Membagi
simpang-simpang
Menjadi labirin
tuah
Pada
simpang-simpang rasa
Nubuatkan padaku
tentang perjalanan mengakhiri rindu
Mengikuti kiri
belum tentu sesat
Turuti kanan tak
pasti selamat
2 hati untuk jejak
pertama
Secuil doa setiap
sedegap langkah
Pada jalan-jalan
simpang
Yang menyimpan
banyak tantangan
Simpang-simpang 1
tujuan
Perihal tujuan
yang menggunakan
“4 sudut
pandang”
Agar tak salah
dalam memilah
“Sepotong
jalan”
Pada simpang-simpang
rasa
Nubuatkan padaku
tentang mengingkari rindu
Kala kaki sesak
berpacu deru
Rupa-rupanya
Rindu t’lah
terpikat pada sesosok hati baru
Yang nampak tengah
asyik bercumbu
Hanya genangan air
mata tersisa
Erangan tanpa luka
Pada musim semi di
akhir bulan juni
Telah gugur daun
dedaunan jati
Pada labirin tuah
itu
Pada rasa-rasa
yang menyimpang
Nubuatkan padaku
tentang sebuah kebenaran
Perihal sepucuk
rindu
Yang telat untuk
ku tuju
Situbondo, Februari
2020

PERANTARA RINDU

Pijak meninggalkan jejak
Hujan membentuk kubangan
Waktu memberi masa lalu
Dan kisah menjadi sejarah
Setiapnya memberi kenang
Manis maupun masam
Semua telah tersulam
Dalam album yang kian mengusam
Ketika bungar fajar yang dedar
Ada yang sedang menanti ikhbar
Dalam kalbu yang merindu dan cabar
Lewat munajat menanti kabar
Denting waktu kian berlalu
Namun hati masih dikekang rindu
Diri yang slalu candu saat bertemu
Namun kini hanya sendu yang mendekapku
Wahai cakrawala
Beritakan pada buana dan bumatra
Bahwasanya ada yang menanti sapaannya
Dalam senja nan
elok merah merona
Wahai siliran
angin
Sapalah ia dengan
lirih
Sampaikan tentang
rindu yang tak terobati
Yang mungkin kan
menyiksa hingga mati
Wahai puisi
Kata kata yang
penuh afeksi
Sampaikan tentang
delusi
Yang telah pada
kulminasi
Perihal rindu
Mungkin t’lah
menumpahi segara
Yang kuharap
menjadi hujan
Menetesimu dengan
penuh kenangan
Dan doa sepertiga
malam
Menjadi akhir
perjuangan
Dari diri yang
berharap salam
Berdoa mendaduk
kepada Tuhan
Tersisa berserah
diri
Mengayaikan hati
Dan, apa lagi?
Cukup itu saja
hingga saat ini
Situbondo,
Juli 2019

GAYA RINDU
Ku kirimkan padamu
Rindu sebagai partikel tak bermassa
Dengan sudut titik temu
Antara ruang dan waktu
Yang kian melebar dan membentang luas
Ia bukan risalah
Ia terhantar dengan kecepatan harapan
Lewat langit-langit yang terhias awan
Agar terahasiakan padanya
Ia tergerus ombak cemburu
Terdesak badai takut
Tersayat rintik pedih
Dan pada lembah-lembah rasa lain
Yang sengaja menyesatkan
Pada vektor hati ku bertaruh
Bukan pada petuah
Yang menjadikanku rapuh
Tak perlu tegak lurus
Hanya meniadakan dan menguatkan 1 pihak
Jadilah searah
Berjalan bersama pada jalur khatulistiwa
Ia datang
Ia pula kan pulang
Ia darimu
Ia pula kan kembai pada

Situbondo, Maret 2020

_______________
*) Penulis adalah Siswa kelas XI MIPA 5 SMA Negeri 1 Situbondo.

Penulis


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Cerpen Puji M. Arfi

Cerpen: Perjalanan Panjang Mencari Sebuah Angka

Apacapa Rahman Kamal

Petani itu Pekerjaan Paling Enak di Dunia, Tapi Kenapa Gak Diminati Gen Z?

Anwarfi Nandy Pratama Puisi

Puisi-puisi Nandy Pratama: Merayakan Kepergian

Cerpen Putri Oktaviani

Cerpen: Lelaki Berpayung Putih

Anwarfi Puisi Saiful Bahri

Puisi-puisi Saiful Bahri: Tubuh Ramadan

Buku Resensi Ulas Wardedy Rosi

Resensi: Distopia dalam Fiksi Individutopia

Puisi Syamsul Bahri

Puisi: Di Atas Tanah

Puisi Yuris Julian

Puisi: Pakaian Dari Bayang-Bayang Maut

Faris Al Faisal Puisi

Tanah Garam dan Puisi Lainnya Karya Faris Al Faisal

Mareta C. Widodo Mored Moret

Puisi Mored: Senapan Pak Nidin dan Puisi Lainnya

Halim Bahriz Puisi

Puisi: Rutinitas Berkenalan dengan Diri Sendiri

prosa

Denpasar ke Jember Jauh Padahal kita Dekat

ebook

Ebook: Sastra dan Corona

Apacapa Rully Efendi

Demam Tangan Disilang, Kaesang Pun Patennang; Komitmen PSI Lawan Korupsi

Ahmad Zaidi Apacapa

Merindukan Pariopo, Merindukan Hujan

Mundzir Nadzir Puisi

Puisi: Kembara Rindu

Apacapa

Kumpul Komunitas: Merdeka Belajar dan Belajar Merdeka

Fendi Febri Purnama Madura Puisi

Puisi Bahasa Madura: GHÂR-PAGHÂR

Nurillah Achmad Puisi

Puisi: Mata Air Kehidupan

Cerpen Haryo Pamungkas

Cerpen : Cerita untuk Kekasihku Karya Haryo Pamungkas