Jalan Buntu
Aku menemui jalan buntu
Saat sang ratu bersanding bersama musafir
dalam potret
dalam potret
Harapan kini tinggal puing-puing diwadahnya
Hanya sedikit azam membangun kembali
remukan itu
remukan itu
Mendung menjajah jalan buntu
Harus apa aku sekarang?
Aku tak lagi pantas bergelar ksatria
Jika diam saja saat hujan membanjiri
wajah sungai
wajah sungai
Jalan ini benar-benar buntu..!
Orang-orang pun terlampau jauh dari sini
Sia-sia jeritku saat hujan benar-benar
turun menghantam sungai
turun menghantam sungai
Derasnya debit air membuatku mati tenggelam
dalam genangan bayang semu
dalam genangan bayang semu
Karenamu…
Pemalang,14 Oktober 2019
Proposal Rindu
Namamu kutampakan sebagai tajuk di awal
halaman
halaman
Senyum layu bak bulan sabit jadi pendahuluan
Atas nama kenangan malam tunas kelapa
Langkah tanpa tujuan memutari jajaran
kios bambu jadi isinya
kios bambu jadi isinya
Temu di perapian tengah tanah lapang
adalah penguat kegiatan
adalah penguat kegiatan
Undang-undang kangen turut ikut ambil
bagian
bagian
Anggaran dasar rasa sumringah ditulis
terpisah
terpisah
Untuk menahan napas gugup sebab gelisah
Sapa hangat orang tuamu kian merasuki
semangat tujuan cepat singgah
semangat tujuan cepat singgah
Gemetar panas dingin tanpa berani kugapai
telapak tanganmu juga terlampir
telapak tanganmu juga terlampir
Menumpuk bekas hapusan asa tentang kabar
kau berhalangan hadir
kau berhalangan hadir
Lengkap sudah setiap tubuh Proposal rindu
milikku
milikku
Tertanda tangani oleh hati dan rasa yang
pernah mati
pernah mati
Siap diajukan pada nasib, berharap disetujui
oleh takdir
oleh takdir
Pemalang,13 Oktober 2019
Sajadah
Tempatku bersujud dalam kekosongan
Tempat kening meresah tanpa kesombongan
Wangi melati balut gerak upacara sakralnya
Air sesuci senantiasa basahi ujung renungan
Bercorak kubah Masjid atau Ka’bah Mekah
Sudah jadi banyak cirimu
Kiriman doa orang biasa sampai doa orang
terbiasa terpanjat saksimu
terbiasa terpanjat saksimu
Selesai mereka butuh, kau kembali mengalungi
leher
leher
Tercampakan dibagian sudut rumah bermacam
mahkota
mahkota
Tergantung di tempat baju atau terlipat
rapi sampai waktu berbicara kembali
rapi sampai waktu berbicara kembali
Jika sampai
Sego Ndeso,9 Oktober 2019
Bayang Duka
Kemarin…
Saat hari mulai meremang
Bayangmu melambai-lambai diujung petang
Memahat rindu sepanjang kenang
Membuatku ingat kala rayu menapaki ruang
Lebah menghisap sari bunga melati
Riang ia bawa pulang tubuh mewangi
Sekejap singgahi mawar menyambut binar
mentari
mentari
Sedang aku sibuk membuta dipertuli
Sampai akhirnya langit pun mati
Diguyur rintik gelap kabut malam
Merah bibirmu menggenangi ceruk mata
Lalu mengalir dipipi sebagai duka
Pemalang,11 Nobember 2019
Biodata
penulis
penulis
RM. Maulana Khoerun, lahir di Pemalang
pada 18 Maret 2002. Ia gemar menulis puisi dan cerpen sejak duduk dibangku Sekolah
Dasar dan mulai menekuni hobinya pada Sekolah menengah Atas. Sekarang ia sedang
mengenyam pendidikan di SMA Negeri 1 MOGA. Pribadi yg mempunyai pemikiran berbeda
dengan teman sebaya membuat ia sering menggunakan media sastra dalam kehidupan sosialnya.
No.Hp/Wa : 083837044803.
pada 18 Maret 2002. Ia gemar menulis puisi dan cerpen sejak duduk dibangku Sekolah
Dasar dan mulai menekuni hobinya pada Sekolah menengah Atas. Sekarang ia sedang
mengenyam pendidikan di SMA Negeri 1 MOGA. Pribadi yg mempunyai pemikiran berbeda
dengan teman sebaya membuat ia sering menggunakan media sastra dalam kehidupan sosialnya.
No.Hp/Wa : 083837044803.
Sumber gambar: pixabay
Tinggalkan Balasan