Selamat Molang Are Takanta.id


Oleh : Ahmad Maghroby Rahman
Takanta.id
telah menginjak dua tahun perjalanannya. Untuk memperingatinya diangkatlah tema
“merawat kenangan”, satu tema yang melankolis yang mungkin berasal dari orang
yang banyak mengalami manis pahit percintaan. Namun, tentu kenangan dalam
konteks asmara kurang mashok jika
dihubungkan dengan ulang tahun sebuah platform lokal Situbondo ini. Saya lebih
memilih memaknai kenangan sebagai sejarah dan pembelajaran untuk ke depan,
bebas dari konotasi yang berhubungan dengan kekalahan dan sedu sedan.
Mas
Marlut
fi
Yoandinas, yang menjadi pembicara di sesi terakhir, menceritakan bahwa Takanta.id
awalanya dibuat untuk keperluan Kampung Langai. Awal pembuatannya memang tidak
serius, dalam artian tidak diniatkan untuk terus berlanjut sampai hari ini. Dan
bahkan namanya memang seperti tidak serius: takanta.id. Nama itu diusulkan oleh
Muhammad Imron: Sang Duta Asmara yang sebentar lagi akan “sukses” –sukses
berarti telah menikah. Sebelumnya, sempat diusulkan nama situbanda. Namun,
menurut penuturan Fawaiz yang turut ikut dalam pembentukan takanta.id, nama itu
disarankan untuk diubah oleh Cak Rusdi Mathari, wartawan nasional senior dari
Situbondo. Be
na
arapa’a mak
ngangghuy
Situbanda Situbanda”
begitu kurang
lebih komen beliau dari penuturan Fawaiz.
Namun,
di balik segalah “ketidak-seriusan” tersebut menarik untuk kemudian
direnungkan. Apakah untuk selanjutnya, takanta.id akan takanta ongghu atau takanta
takanta?
Akan benar-benar berpura-pura atau berpura-pura pura-pura. Dan
nampaknya yang terjadi adalah takanta-takanta
atau berpura-pura pura-pura, mengingat teman-teman sudah mulai memikirkan
hal-hal untuk kemajuan platform ini untuk selanjutya. Beberapa usul seperti
pemberian honor untuk kontributor dan pendanaan platform muncul sepanjang
diskusi.
Mas
Marlutfi Yoandinas menuturkan takanta.id dan orang dibelakangnya bisa dikatakan
corong bagi dunia literasi dan hal yang berkaitan dengannya. Atau jika mau
dilihat dari sisi yang berbeda, takanta.id adalah tanda atau percikan kecil dari
sesuatu yang lebih luas dari pada takanta.id itu sendiri: geliat lingkaran
pemuda yang gemesh untuk berkarya. takanta.id dan sesuatu yang lebih luas itu
memberikan sinyal bahwa Situbondo tidak se-inferior yang selama ini
dibayangkan, setidaknya oleh saya. Sinyal itu juga mengisyaratkan bahwa masih
ada harapan yang muncul dari sebuah arena yang otonom, progresif dan bersifat
swakarya. Walaupun, terdiri dari berbagai macam pemuda dengan berbagai latar
minat, satu sama lain memberikan impuls untuk berkarya dan membentuk satu
atmosfer penciptaan.
semacam temu penulis dalam dutaon takanta ID
Pada akhirnya yang lebih penting
dari dua tahun takanta.id adalah merawat anak waktu yang bernama kenangan itu:
arena dan geliat pemuda tadi. Takanta.id dengan begitu harus menjadi wadah
baginya melalui keberadaanya, baik melalui kegiatan literasi dan sinergitas
dengan lingkaran lainnya.
Selamat
ulang tahun takanta.id

Penulis


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Buku Indarka P.P Resensi Ulas

Resensi: Cinta, Ritual dan Balas Dendam

Apacapa fulitik kenalmasrio

Mas Rio Ajak Anak Yatim Bergembira di Navara Waterpark Bondowoso

M.Z. Billal Puisi

Puisi: Hujan Pukul 12.30

Opini

Generasi Z dan Smartphone: Menemukan Keseimbangan Hidup dan Interaksi Sosial

Apacapa Iip Supriatna

Tantangan Pendidikan di Era Millenial

Baiq Wahyu D. Puisi

Puisi: Purnama di Bulan Januari

Alex Cerpen Puji M. Arfi

Cerpen: Ingar-bingar Pemakaman

Buku M Ivan Aulia Rokhman Ulas

Review Buku Orang-Orang Bloomington

Cerpen Nur Dik Yah

Cerpen: Sepasang Pemburu di Mata Ibu

Ilham Wiji Pradana Puisi

Puisi-puisi Ilham Wiji Pradana: Rumah Pak RT

Nuriman N. Bayan Puisi

Puisi – Januari yang Yatim Februari yang Piatu

Cerpen Ruly R

Cerpen : Lapas dan Malam

Buku Penerbit Ulas

Buku: Saudade dan Cerita Lainnya

Apacapa M Ivan Aulia Rokhman

Writing Camp, Sebagai Ajang Silaturahami antar Penulis

Alexong Cerpen Ramli Q.Z.

Cerpen: Perempuan yang Mengawini Senja

Apacapa

Nasè’ Soḍu: Lagu Dangdut yang Lahir dari Dapur, Bukan Panggung

Apacapa Ikhsan

Situbondo Mau Maju, Kamu Jangan Nyinyir Melulu

Mohammad Latif Puisi

Puisi: Suatu Sore

Aldi Rijansah Putra Alexong Cerpen

Cerpen: Di Langit, Sore Masih Jingga

Cerpen Sainur Rasyid

Surat dari Akhirat