Si Gondrong Mencari Cinta

Dia adalah sosok orang gila.
Oleh: Moh. Imron
Adik membangunkan saya. “Kak ada temannya.” Saya langsung melihat jam, hampir pukul sepuluh siang. Terus terang saya masih mengantuk. Saya bergegas keluar rumah. Rupanya ada Cak Bob, si gondrong. Ia bersama Ahmad Zaidi yang kemungkinan menjadi petunjuk rumah saya. Kedua teman saya meminta duduk di halaman rumah. Mereka memindah lincak ke bawah pohon mangga. Sementara saya langsung membuatkan kopi. Saat saya menghidangkan dua kopi, rupanya Cak Bob sedang sakit gigi. Cak Bob tidak bisa tersentuh makanan atau minuman yang manis-manis. Ia suka yang pahit-pahit, seperti hidupnya.
Saya merasa senang sekali ada aktivis sekaligus penyair seperti Habibil Mahbub atau sering dipanggil Cak Bob datang ke rumah. Kalau Ahmad Zaidi, sastrawan, memang sudah sering ke rumah sebab jaraknya dekat dengan rumah saya. Tapi saya cukupkan dulu cerita tentang Ahmad Zaidi. Sebab dia sedang patah hati eh bukan maksudnya sedang putus dengan kekasihnya.
Cak Bob datang dengan membawa masalah, eh maksudnya semacam tawaran atau kerjasama terkait ide-ide ke depan. Yang pasti berhubungan dengan kreativitas dan kemandirian. Jadi pertemuan itu bisa dikatakan, Cak Bob sedang galau, terlalu banyak beban yang dipikulnya.
Pertemuan itu terlalu sebentara bagi saya. Cak Bob pulang. Ia memberikan PR untuk desain kaos, saya pun menyetujuinya. Ia juga meninggalkan notebook beserta charger-nya. Akan tetapi notebook-nya tidak banyak membantu, rupanya tidak ada aplikasi edit photo seperti photoshop atau corel draw. Saya coba pakek portable tapi rupanya tidak mendukung. Saya simpan aja beberapa hari di lemari.
Suatu waktu, saya bertemu Cak Bob bahwa notebook-nya dibutuhkan kisaran menjelangbakhir September 2017. Jadi masih tinggal dua minggu lagi. Jadi, saya manfaatkan untuk menulis saja tentangnya. Anggap saja sebagai ucapan terima kasih.
***
Perkenalan saya dengan Cak Bob dimulai sejak terjadinya konflik pembangun smelter nikel di Baluran. Dia salah satu orang yang menolak pembangunan itu. Malam itu, Saya menghabiskan aktu dengan ngopi di alun-alun Situbondo. Selanjutnya kami sering bertukar ide, membangun kerjasama dan sebagainya.
Cak Bob merupakan aktivis sosial, lingkungan dan seni. Banyak sekali kegiatan yang telah ia komandani, bersih sampah, penghijauan, galang dana untuk kegiatan sosial; yatim piatu, bencana, dan orang-orang yang kurang mampu lainnya. Namun tulisan ini bisa dikatakan tidak cukup mewakili apa yang telah ia berikan untuk Kabupaten Situbondo. Saya memang tidak tahu apa motivasinya, tapi yang paling penting adalah bermafaat bagi orang banyak. Dan juga ketua Slank Fans Club Situbondo dan Gerakan Pemuda Sosial di Curah Jeru, Panji. Situbondo. Juga menjadi anggota Dewan Kesenian Situbondo periode 2017-2022. Ia mencintai Situbondo dengan segala cerita di dalamnya.
Tapi belakangan ini nampaknya aktivitasnya sangat padat. Tidak heran jika ia sering pura-pura bahagia biar terlihat seseorang yang paling kuat menghadapi keinginannya untuk banyak berkontribusi terhadap Kabupaten Situbondo. Apalagi belakangan ini, dia menjalin kisah cinta yang rumit. Ia menjalin kisah asmara dengan seorang gadis di desanya yang kuliah di salah satu perguruan tinggi di Situbondo. Barangkali ini merupakan salah satu cara untuk tidak ingin keluar dari desa apalagi kota, sehingga Situbondo tetap menjadi kabupaten untuk terus diperjuangkan. Memang jodoh tidak ada yang tahu, tapi setidaknya Cak Bob telah berusaha, meskipun kisah cintanya belum mendapat restu penuh dari keluarganya sendiri. Semoga saja di lain waktu keluarga merestuinya. Maka tidak heran jika Cak Bob menyukai puisi Pesan Pencopet Kepada Pacarnya – W.S. Rendra. Kita doakan saja. Sebab jika kisah cintanya terbengkalai maka sosok gilanya akan keluar, bisa-bisa Situbondo akan gempar. []
Sumber foto : Koleksi Pribadi

Penulis

  • Moh. Imron, lahir dan tinggal di Situbondo


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Andi Fajar Wangsa Puisi

Puisi : Sore yang tak ingin Kuakhiri dan Puisi Lainnya Karya Andi Fajar Wangsa

Apacapa Fendy Sa’is Nayogi

Pertanian 4.0: Mari Bertanam di Internet!

Alex Cerpen

Surat tentang Salju Abadi

Puisi

Kemerdekaan Sebatas Kalender dan Puisi Lainnya

Apacapa Nanik Puji Astutik

Aku Bukan Pejuang Love Cyber

Puisi Zikri Amanda Hidayat

Puisi: Pulang Kerja

ebook

ebook: Lorong Derita

Film/Series Hendri Krisdiyanto Ulas

Review Film: Si Bongkok

Apacapa

Workshop Literasi Ujung Timur Jawa

Aji Sucipto Puisi

Puisi : Enigma dan Puisi Lainnya Karya Aji Sucipto

Apacapa apokpak N. Fata

Ketika Elit Oligarki Berkuasa, Kemerdekaan Bukan Lagi Milik Kita

fulitik hans

Beginilah Cara Mas Rio Main Serius: Investor Global Datang, Rakyat Tetap Pegang Kendali

Fendy Sa’is Nayogi

Memahami Pepatah Madura: Gherrâ Ta’ Bisa Èangghuy Pèkolan, Lemmes Ta’ Bisa Èangghuy Panalèan

Prosa Mini

Cerita: Kaset Pita dan Cinta

Cerpen Harishul Mu’minin

Cerpen: Aku Pulang, Bu!

Apacapa Imam Sofyan

Olean Bersholawat: Pengajian Ramah Disabilitas

Apacapa Esai Muhammad Ghufron

Menjadikan Buku sebagai Suluh

Apacapa Sutrisno

KH. A. Wahid Hasyim; Perjuangan dan Pemikiran tentang Pendidikan, Politik dan Agama

Puisi

Tragedi Perokok dan Puisi Lainnya

Moh. Imron Ngaleleng

Kendit Harmoni : Ketika Seni Menemani