Situbondo Lebaran (Pesta) Bakso

pixabay

Dua
orang. Tiga, empat, dan seterusnya berkata yang sama pada saya. Bahwa merayakan
lebaran sekarang, di Situbondo, sedang musim bakso.
Datang
ke satu rumah makan bakso. Rumah kedua: bakso. Ketiga, keempat, dan seterusnya juga
disuguhi bakso.
Mereka
sampai merasa enek karena terlalu banyak makan bakso. Dan tidak habis pikir,
kenapa sebagian besar orang Situbondo menyuguhkan bakso pada lebaran sekarang.
Tentu
saya tidak heran karena sejak H-3 lebaran, saya menyaksikan beberapa selep
daging penuh sesak. Sesak oleh orang-orang dengan bungkusan daging sapi di
tangan.
Di
beberapa rumah, saya juga menjumpai orang-orang sedang asik membuat
bulatan-bulatan daging. Membuat bakso sambil menunggu buka puasa.
Sebagaimana
tahun-tahun sebelumnya, orang-orang Situbondo memiliki kebiasaan makan daging
sapi. Daging sapi merupakan pelengkap pesta lebaran di hari kemenangan, Idul
fitri. Itupun
mungkin hanya dua kali dalam setahun makan daging sapi agak banyak. Terutama
saat Idul
fitri
dan Idul
adha.
Selebihnya makan biasa saja.
Dari
kebiasaan tersebut menyebabkan di Situbondo marak diselenggarakan arisan daging
sapi. Sepanjang satu tahun, sedikit demi sedikit, uang dikumpulkan pada ketua
arisan. Beberapa bulan menjelang lebaran dibelikan sapi yang sehat. Sapi
dipelihara dengan baik agar tetap sehat dan gemuk. Biasanya H-3 lebaran, sapi
dipotong. Lalu tumpukan daging dan lain-lainnya dibagi secara rata ke seluruh
anggota arisan. Daging yang didapat dibuat sate, empal, semur, dendeng, rawon, dan
sebagainya.
Namun,
beberapa tahun belakangan arisan daging mulai bergeser menjadi arisan pentol
bakso. Bahannya tetap daging sapi. Sistemnya sama dengan arisan daging. Bedanya
bukan lagi tumpukan daging yang didapat, tetapi ratusan pentol bakso siap
dimasak.
Mengapa
banyak sekali orang di Situbondo yang menyuguhkan bakso di lebaran sekarang?
Ada
tiga jawaban yang bisa saya berikan. Pertama, karena orang-orang Situbondo suka
sekali makan bakso. Kedua, karena biar lebih praktis dan cepat saji saat
menyuguhkan hidangan pada tamu yang datang. Ketiga, karena bakso bentuknya
bulat ditafsiri oleh orang Situbondo sebagai angka 0 (nol). 
Maka
makan bakso adalah simbol silaturahmi bahwa kita sudah nol-nol (0-0).
Jadi
kalau lebaran sekarang hanya kirim ucapan melalui pesan WA, SMS, telpon,
apalagi hanya intip-intip status atau postingan medsos seseorang yang pernah
kita cintai, belum bisa dikatakan nol-nol. Termasuk apabila hanya salaman saja
saat papasan di jalan, tanpa mampir makan bakso, juga belum nol-nol.
Saran
saya, kalau kita disuguhi bakso, sikat saja, agar nol-nol di antara kita. Jangan
mau dihantui kolesterol, darah tinggi, stroke, diabetes, dan hantu-hantu
lainnya. Namanya juga hantu, hanya bisanya menakut-nakuti.
Dan
lagi, masak orang Situbondo takut bakso!?
Yakinlah
dengan mempererat silaturahmi dapat memperpanjang umur kita semua.
Kalau
terlalu banyak makan bakso?
Allahu
Akbar Walil
lahil
Hamd
‘Allah
Maha Besar – Hanya Bagi Allah Segala Pujian’
Saporana!
Marlutfi Yoandinas, pendiri Rumah Baca Damar Aksara,
Situbondo.

Penulis


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Advertorial Mohammad Farhan Politik

Muscab DPC PKB Situbondo Angkat Tema Partai Advokasi

Moh. Yusran Moret

Puisi Mored: Madu Empedu dan Puisi Lainnya

Arum Reda Prahesti Cerpen

Cerpen : Nyata dan Maya

Cerpen Moh. Jamalul Muttaqin

Cerpen: Tentang Pelangi

Anwarfi Kurliyadi Puisi

Puisi-puisi Kurliyadi: Yang Kita Ingat

Joe Hasan Puisi

Puisi: Kisah dalam Buku dan Puisi Lainnya

Apacapa Esai Muhammad Ghufron

Menjadikan Buku sebagai Suluh

Mohammad Farhan

Apacapa #3 Literasi Komunitas Situbondo

Aldi Rijansah Putra Alexong Cerpen

Cerpen: Di Langit, Sore Masih Jingga

Dewi Sukmawati Puisi

Di Wajah Rintik Hujan dan Puisi Lainnya Karya Dewi Sukmawati

Esai N. Fata

Harlah ke-60: Mimpi-mimpi Semu Kader PMII

M Ivan Aulia Rokhman Puisi

Puisi – Balada Sunyi

Apacapa Kakanan Mohammad Farhan

Jihu Rasa Puisi

Apacapa Esai Madura Syaif Zhibond

Esai Madhura: Nyabe’ Angin

Cerpen Puji M. Arfi

Cerpen: Perjalanan Panjang Mencari Sebuah Angka

Puisi Thomas Elisa

Puisi-puisi Thomas Elisa

Buku Putri Nur Fadila Ulas

Ketika Dewasa Itu Karena Terpaksa

Buku Cakanca ID M Firdaus Rahmatullah Ulas

Resensi: Dari Patah Hati Hingga Tragikomedi

Apacapa Uwan Urwan Wisata Situbondo

Bukit Pecaron

Cerpen Levana Azalika

Langit Biru Cinta Searah