Tentang Orang-Orang di Persimpangan Kiri Jalan

Di dalam buku ini, Soe Hok Gie mengisahkan perjalanan orang-orang
berpaham komunis serta aksi-aksi pemberontakannya secara berbobot dan tuntas.

Oleh: Achmad Muzakki Hasan

Buku
ini awalnya adalah skripsi yang disusun untuk mendapatkan gelar sarjana. Inti
dari buku ini adalah mengisahkan pemberontakan pe-ka-i di madiun pada tahun
1948. Soe Hok Gie—selanjutnya akan ditulis Gie ed.—meramu kisah pemberontakan secara
gamblang, gampang dimengerti, seolah sedang membaca novel. Pilihan katanya
mudah dipahami oleh pemula seperti saya. Sebagai anak muda idealis, Gie
menuliskan peristiwa tersebut secara obyektif. Hal itu dibuktikan dengan
tulisan di bagian akhir buku yang mengomparasikan berbagai faktor sebelum
terjadinya pemberontakan di Madiun 1948.

Gie melihat bahwa semua faktor tersebut telah meninggalkan jejaknya
dalam sejarah. Dalam memilah fakta yang dikumpulkan, Gie memusatkan pada
peristiwa-peristiwa yang mengarah pada tragedi Madiun. Itu yang membuat buku
ini menjadi fokus dan terperinci.

Ada semacam desakan atau pertarungan sosiologis yang menyebabkan keadaan
psikologis orang-orang pe-ka-i kemudian untuk segera melakukan revolusi. Peristiwa
Madiun menyisakan luka yang begitu dalam bagi rakyat Indonesia. bagaimana pun
juga, perang saudara meninggalkan kepedihan yang teramat sulit disembuhkan.
Revolusi telah memakan anaknya sendiri.

Di penutup buku ini, Gie memberikan sebuah penjelasan sebab-sebab
pemberontakan itu terjadi. ‘Mencari sebab-sebab sejarah melalui fakta-fakta
telanjang tidak mungkin. Persoalan provokasi, fait accomple, rencana pemberontakan, dan lain-lainnya tidak
menjawab persoalan-persoalan yang lebih fundamental. Persoalan ini hendaknya
dilihat dari persoalan-persoalan ketegangan masyarakat Indonesia dalam revolusi
nasional. Harapan-harapan yang tidak terpenuhi dan tekanan-tekanan ekonomi
membawa frustasi-frustasi mendalam di seluruh lapisan masyarakat. Dalam keadaan
seperti ini, tendensi radikalisme segala pihak akan bertambah, lebih-lebih
penyaluran-penyaluran politik dan ekonomi tidak (atau kurang) diberikan waktu
itu. Radikalisme seperti perlombaan mobil di lereng gunung yang makin lama
makin menyempit. Pasti suatu hari, roda-roda berputar akan bersinggungan. Dari percikan
api ini, semuanya akan dibakar.’

Madiun telah menjadi tempat di mana percikan api kekacauan membakar
semuanya. Membakar Indonesia sehingga kehilangan anak-anaknya sendiri.

Buku ini mengingatkan untuk tidak lupa tentang peristiwa-peristiwa yang
menimpa bangsa ini. Begitu mahalnya kemerdekaan yang dirasakan sampai saat ini.
Semoga buku ini menjadi penunjuk arah untuk kita membuka mata pada sejarah, dan
dengan membaca serta mereview buku ini semoga saya dan teman-teman sekalian
lebih semangat dalam menggerakkan kegiatan membaca buku untuk mempersiapkan
Indonesia yang lebih baik di masa depan. Rasanya, itu bukan keinginan yang
keterlaluan, bukan?

—–
Penulis adalah salah satu pegiat Gerakan Situbondo Membaca

imgrum.org

Penulis


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Buku Muhamad Bintang Resensi Ulas

Resensi: Pahlawan Nasional KH. Noer Alie (Singa Karawang Bekasi)

Apacapa

Iduladha sebagai Perayaan Berbagi dan Menyelamatkan Sesama

hafid yusik

Surat Terbuka untuk Kiai Muhyiddin

Agus Hiplunudin Apacapa Feminis

Hantu Kunti Lanak dan Kelong Wewek Mencitrakan Karakter Perempuan

Puisi Servasius Hayon

Puisi: Minggu Pagi di Ruang Depan

Apacapa Rg. Hutama

11 Tahun Mensos Juliari

ebook

Ebook: Merangkai Kenangan

Ahmad Zaidi Apacapa

Situbondo Penuh Cerita

Agus Hiplunudin Apacapa

Hak Politik Para Koruptor pada Pemilu 2019

Apacapa apokpak fulitik N. Fata Politik

Melawan Pandemi dengan Sains, Bukan Arogansi Aparat dan Mati Lampu

Puisi Saiful Arif Solichin

Puisi: Jalan Pulang

Apacapa

Perangkat Desa Memang Pekerjaan Idaman Mertua, Tapi Realitanya Tidak Semanis itu, Kawan

Alexong Cerpen Ramli Q.Z.

Cerpen: Perempuan yang Mengawini Senja

Apacapa Fendi Febri Purnama Madura Totor

Sètan Nandhâng

Apacapa Fendy Sa’is Nayogi

Petani Kebetulan

Nanda Adi Kurniawan Puisi

Puisi: Bunga Malam

Andhy Kh Cerpen

Cerpen : Hujan di Paris Karya Andhy Kh

Erliyana Muhsi Puisi

Puisi: Telanjang Pudar Karya Erliyana Muhsi

Mim A Mursyid Puisi

Puisi: Resonansi Karya Mim A Mursyid

Apacapa fulitik melqy mochammad marhaen

Mengapa Muncul Mas Rio “Patennang”?