Travesti dan Puisi Lainnya Karya Ahmad Radhitya Alam


Puisi-Puisi Ahmad Radhitya
Alam
Sepelan
engkau berucap
aku bercakap
memainkan laku
tirakatan
agar kalis segala
lajur pertunjukan
Blitar, 2018

Gedripan
papan kecil tampak
jelas di krombongan
hitam legam
seperti baris batuan
ini nama papan
gedripan
buat bestir tulis
tedean
istilah untuk
sebuah catatan
anyam anyaman
sebelum pertunjukan
yang membawa kita
pada garis kehidupan
Blitar, 2018
Kelir
batasbatas antara
mimpi dan harapan
terbentang jelas
pada ketetapan Tuhan
Blitar, 2018
Travesti
semalaman ia
berdandan di samping
tempat porstitusi
gang dolly
gadis itu
menyalahkan nasib
yang terlanjur
menjadi garis gaib
seorang gadis yang
anggun
terjebak pada
tubuh lelaki kuli
walaupun dipoles
sampai tebal
tetap saja bakal
menjadi banal
ia menari
mengikuti irama panjak
menguarkan dedoa
sambil berontak
merutuki nasib
yang tak bakal beranjak
Blitar, 2018
Wayang
Dapukan
setiap malam tak
ada wajah yang dikenal
lantas berubah
wujud macam dasamuka
dipakainya topeng
muslihat kehidupan
semunafik senyum
ikat permainan
hanya ini yang
menjadi batasbatas
harap cemas yang
telah kandas
tak ada dedoa
malam ini
hanya mimpi yang
rumpang
mengharap ritus
peraduan
Blitar, 2018
Memoar
Tandak Remo
waktu memutarkan
nasib
berlarian munuju
lorong gaib
gedruk-gedruk yang
pernah jadi primadona
tinggal nama yang
hanya merana
di kala perjuangan
semua menjadi
kawan
seluruh menjadi
lawan
serupa rindang
parikan
yang digumam
dengan sepelan
Blitar, 2018
Loket
Tiket
nama yang tak
pernah terucap
serupa cintamu
yang gagap
menunggu
pengunjung datang
yang kauharap
semakin bandang
namun hati telah
kaututup
harap telah
terkatup
Blitar, 2018
Biodata
Penulis
Ahmad Radhitya Alam, lahir di Blitar, pada tanggal 2
Maret 2001. Siswa SMAN 1 Talun dan santri di PP Mambaul Hisan Kaweron. Penulis
bergiat di FLP Blitar, Awalita, danTeater Bara SMANTA. Karyanya termaktub dalam
beberapa antologi puisi dan dimuat pada beberapa media.

Penulis


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Advertorial

Atur Keuangan Anda dengan Baik

Gladis Adinda Felanatasyah Mored

Puisi Mored: Harapan Kalbu

Cerpen Ulfa Maulana

Cerpen: Peri dan Kekuatan Kenangan

Agus Hiplunudin Buku Ulas

Politik Era Digital karya Agus Hiplunudin

Uncategorized

Mohon Maaf Jika Tulisan Ini Tidak Terlihat

Apacapa Nanik Puji Astutik

Lelaki yang Kukenal itu tidak Punya Nama

Apacapa Moh. Imron

Lahir: Menjadi Seorang Ayah

Apacapa Moh. Imron

Jejak Kenangan di Festival Argopuro (Bagian satu)

Cerpen Moret Taradita Yandira Laksmi

Cerpen Mored: Jangan Bilang I Love You

Apacapa Marlutfi Yoandinas

Teman Saya yang Sudah Menjadi Ayah

Apacapa Ayu Ameliah

Urgensi Perlindungan Hak Asasi Manusia dalam Masyarakat Multikultural

Prosa Mini Yudhianto Mazdean

Belajar dari Semesta; Kematian Bangsa Koloni

Puisi Rahmat Pangripto

Puisi : Menjadi Udara dan Puisi-Puisi Lainnya Karya Rahmat Pangripto

Mored Puisi Silvana Farhani

Puisi Mored: Sabit Hingga Purnama

Ahmad Zaidi Apacapa

Merindukan Pariopo, Merindukan Hujan

Puisi Yuris Julian

Puisi: Pakaian Dari Bayang-Bayang Maut

Apresiasi

Sajak Sebatang Lisong – WS. Rendra | Cak Bob

Apacapa Ipul Lestari

Menggapai Atap Jawa

Aldi Rijansah Putra Alexong Cerpen

Cerpen: Di Langit, Sore Masih Jingga

Cerpen Haryo Pamungkas

Cerpen : Cerita untuk Kekasihku Karya Haryo Pamungkas