Ulas Buku – Jurnalisme dan Politik di Indonesia, Biografi Mochtar Lubis

Ia
bukan politisi partai, bukan ideolog, bukan akademisi atau sarjana. Tetapi
cukup mengganjal juga kalau dia bukan ideolog, mana mungkin manusia hidup tanpa
ideolog
i. Muchtar Lubis ini lahir di Padang Sumatera Baratl. Dia lahir dari suku Mandailing. Dia orang Batak yang memang
dari kebiasaan dia kal
au bicara
tegas
, ceplasceplos, sampai Soekarno pernah
mengatakan: berbicaralah seperti orang
Batak. Mangkanya orang Batak banyak yang
jadi pengacara, orang
Batak
itu biasa hidup bebas kar
ena
ekonominya sangat kuat. Karakter orang
Batak itu berpikir bebas, memiliki
semangat yang tinggi dan gemar berpetualang.
Oleh
: Indra Nasution
Ibu
dari keluarga Muchtar Lubis ini dari keluarga nasution, kal
au bapaknya dari Lubis. Ia memang di besarkan
dari keluarga yang besar dan berpengaruh. Ayahnya ini seorang demang. Muchtar
Lubis ini di
lahirkan tahun 1922, dan ayahnya diberikan kewenangan lebih pada zaman Kolonial
Belanda
. Dia di berikan
kewenangan untuk mengatur di satu wilayah. Bahkan bapaknya diberi kewena
ngan untuk menyiksa
para pekerja yang lari dari tempat kerja. Selama 7 tahun Muchtar
Lubis melihat dengan
mata kepalanya sendiri sebuah penyiksaan yang memang dipimpin langsung oleh
ayahnya, sehingga Muchtar Lubis belajar menjadi pejuang hak-hak asasi manusia.
Tapi meskipun ayahnya seorang demang ia di larang untuk menjadi pegawainya
Belanda. Sedangkan dari
Ibunya sendiri tergolong muslim yang taat, selalu berpuasa, tekun dalam
melaksanaknan s
alat
5 waktu. Tapi ayahnya tidak mendidik untuk bersekolah di sekolah
Belanda. Dia dididik di sekolah nasional Indonesia. Di situlah Muchtar
Lubis kecintaanya terhadap buku-buku, seperti bukunya
Mark.
Ketika
Muchtar Lubis menjadi pimpinan redaksi pers
Indonesia Raya, dia sangat
kritis terhadap
Soekarno
pada waktu itu, ketika Soekarno ingin dirinya menjadi
Presiden seumur
hidup, Muchtar
Lubis
yang mengkri
tik
tajam terhadap
Soekarno.
Karna pers
Indonesia
raya mempunyai prinsip, mungkin prinsipnya seperti ini: Andaikatah penguasa ada
di jalan yang salah ia akan dikritik tajam oleh pers Indonesia Raya, dan andaikatah
penguasa ada di posisi yang benar pers Indonesia Raya akan mendukung terhadap
penguasa.
Ketika
soekarno lengser Muchtar
Lubis
yang mendukung Soeharto yang menjadi presiden. Tapi ketika Soeharto yang
menjadi presisden malah menjadi tambah otoriter, mungkin karna Muchtar
Lubis kurang tahunya terhadap Soeharto.

Ketika
presiden Soeharto yang ingin bekerja sama terhadap perdana menteri
Jepang
Tanake,
Muchtar Lubis dengan pers
Indonesia Rayanya
 juga mengkrtik tajam terhadap
pemerintahan Soeharto, hingga-hingga terjadilah peristiwa besar malapetaka 15 januari
1974 atau yang lebih dikenal dengan peristiwa
Malari 1974. Dari itu pers Indonesia
Raya dibredel yang kedua kalinya, dan tidak mengalami kemunculan lagi, karna Soeharto
beranggapan yang menjadi dalang dari peristiwa
Malari adalah Muchtar Lubis.
Dan sampai saat ini tidak ada lagi pengganti pers Indonesia Raya yang lebih
kritis dari Muchtar lubis.
[]



Penulis


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ahmad Radhitya Alam Buku Ulas

Resensi Buku Dialog Hati Anak Negeri : Menggali Esensi Berkarya dari Sebuah Cerita

Apacapa

Kumpul Komunitas: Merdeka Belajar dan Belajar Merdeka

Apacapa Jefribagusp Musik Situbondo Ulas

Nostalgia Masa Kecil

Apacapa Marlutfi Yoandinas

Situbondo Dik, Patennang!

Apacapa

Pewaris Budaya Desa

Resensi

Resensi: Teka Teki Rumah Aneh

Review Film Yopie EA

FLOW: Sebuah Mahakarya dari Sutradara Asal Latvia

Apacapa

5 Tips Mencari Tiket Pesawat Murah Jelang Tahun Baru 2018

Cerpen Moh. Imron

Cerpen Manuk Puter

Apacapa redaksi

Kampung Langai, Dik: Apa Kamu Gak Mau Nonton?

Mareta C. Widodo Mored Moret

Puisi Mored: Senapan Pak Nidin dan Puisi Lainnya

Eva Salsabila Puisi

Puisi-puisi Eva Salsabila: Kontemplasi Rembulan

Cerpen Dody Widianto

Cerpen: Pengilon Kembar

Apacapa Musthofa Zuhri

Kisah Kenang dalam Jasa Sahabat

Madura Syaif Zhibond

Tèngkana Orèng Aparloa

Apacapa

Apacapa #3 Literasi Komunitas Situbondo

Puisi

Kosong dan Sajak-Sajak Lainnya Karya Alif Febriyantoro

Buku Resensi Ulas

Resensi: Aku Tak Membenci Hujan

Uncategorized

Sarapan Praktis Tidak Ribet

Apacapa Oktira Indah Cahyani Universitas Sunan Kalijaga

Wajah Kemiskinan di Perkotaan dan Implikasi Penanggulangannya