Seuntai Pengorbanan

Oleh : Zainul Anshori
Hari semakin siang, matahari tepat di sekitar tengah tengah kepala. Rasa panas kulit tak sepanas saat hati terasa sakit, saat diabaikan semua rasa yang saya pikul, entah kepada siapa aku mengeluh,mengadukan nasib seberat semut memikul buah durian.
Ya ……!
Apakah patut, rasa yang ingin diperjuangkan bisa dikatakan pengorbanan …? Dan rasa tidak patut pantas diperjuangkan …
Air yang mengalir di sebuah gunung bukanlah hal aneh, cobalah dilihat saat air yang mengalir deras mengakhiri keindahan di saat air yang akan menghampiri ke jenjang yang lebih rendah sebutlah air “terjun” ingin rasanya aku menghampiri dan melihat jelas pemandangan itu, serta ditemani suara-suara gemercik air dengan lamunan semilir angin. Aku mulai bingung, pantaskah aku? Mendapat semua keindahan itu.
Sementara aku bukanlah hal yang pantas untuk pelengkap keindahannya, ya …? Tak akan lagi aku ingin menanam bunga mawar cantik dan anggung selagi tangkainya masi di penuhi duri-duri yang tidak akan lama membuat luka di salah satu jari jari tangan.
Tidak ada yang tidak mungkin darah segar akan mengalir tertetes sangat menyedihkan jika duri duri itu menusuk akibat angin kencang yang datang di luar duga. Kini aku mengerti bahwa rasa bukanlah hal segalanya yang akan menuntun ke langkah bahagia, sebab di dalam selimut rasa akan ada hangatnya arti sebuah derita.
Aku Bertanya…termangu termangu ??? Katanya hidup adalah pilihan? Tapi kenapa sampai saat ini aku belum sampai pada hal yang dituju yang sudah menjadi sebuah pilihan.
Apa aku ini bukanlah golongan orang orang yang terpilih. Aku ini bukanlah barang rongsokan yang harus di pilih, dibandingkan dan harus bertarung demi mengejar dan mencapai hingga menuju arti kata BERKUALITAS…!!!

Aria ate benni tapai.
fb : Zainul Anshori

Penulis


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

fulitik hari wibowo

Gugah Mental Pemuda Situbondo, Mas Rio: Bisnis yang Bagus Itu Dijalankan, Bukan Dipikirkan

Cerpen Lia Fega

Cerpen : Perselisihan untuk Sang Tuan Karya Lia Fega

Uncategorized

Cerpen: Gerimis dalam Ingatan

Gusfahri Puisi

Puisi: Labirin Kerinduan

Apacapa fulitik Mohammad Farhan

Mara Marda Institute Gandeng Bank Indonesia Gelar Pelatihan Inkubator Industri Kreatif

Moh. Jamalul Muttaqin Mored Moret

Cerpen Mored: Perempuan Pelangi

Erliyana Muhsi Puisi

Puisi: Telanjang Pudar Karya Erliyana Muhsi

Achmad Nur Apacapa

Pesantren di Tengah Cengkeraman Kapitalisme Global

Puisi Sidik Karim

Puisi: Negeri Atalan

Apacapa Kyaè Nabuy Madura Totor Wisata Situbondo

Apalessèran ka Pèngghir Sèrèng Blekko’

Agus Yulianto Puisi

Puisi – Wajah Petani

Buku Feminis Mochamad Nasrullah Ulas

Resensi: Kesegaran (Perjuangan) Wanita dalam Menanam Gamang

Puisi Wilda Zakiyah

Puisi: Sapardi, Selamat Jalan Menuju Keabadian

Cerpen Ruly R

Cerpen Kota Tanpa Telinga

alif diska Mored Moret Puisi

Puisi Mored: Tarian Hujan

Mahesa Asah Puisi

Puisi: Di Taman Aloska

Apacapa Feni Fenawati

Fenomena Selebritis yang Terjun ke Dunia Politik: Antara Popularitas dan Kompetensi

Musik Supriyadi Ulas

SID, Keroncong, dan Lirik Penggugah

Ahmad Maghroby Rahman Apacapa

Sepotong Surat Suara untuk Mantanku

Alex Cerpen

Cerpen: Dia Bukan Gatot Kaca