Udeng Jengger, Odheng Khas Situbondo

Masih Jomblo :p

Kehadiran Festival Kampung Langai salah satu tujuannya yaitu terus berupaya menggali budaya atau potensi Kabupaten Situbondo. Salah satunya adalah udeng  jengger. Udeng ini digunakan oleh panitia saat acara Festival Kampung Langai, sekaligus mengenalkan pada masyarakat terutama pemuda. Ini akan menjadi pembeda dari kegiatan sebelum-sebelumnya.
Oleh : Moh. Imron
Di suatu malam, menjelang Kegiatan Festival Kampung Langai 4, sebuah meja tergeletak beberapa potong kertas dan kain bating, gunting, silet, steples, lem, kopi, rokok, korek, camilan. Seorang lelaki sibuk merangkai udeng  jengger. Adalah Saleh yang mempersiapkan udeng itu. Ia ditemani Kapten Budaya Situbondo, Mbah Kutunuk sekaligus konseptor dari pembuatan udeng ini.
***
Mbah Kutunuk banyak bercerita pada saya tentang udeng jengger. Dari segi bentuk, udeng ini mempunyai keunikan tersendiri. Cocok untuk remaja. Udeng  ini ditemukan pada tahun 1980, di Alas Tengah Kecamatan Sumbermalang.
Adapun ciri dari udeng jengger yaitu di bagian depan terdapat ikat simpul, menunjukkan ikatan kekeluargaan yang kuat di kalangan masyarakat Situbondo. Segitiga berbentuk jhile (lidah), dimaknai agar selalu menjaga pembicaraan. Di bagian atas, sisi kiri udeng terdapat jengger. Jengger ini merujuk pada ayam jago. Kalau sudah jenggernya keluar, dadanya dibusungkan saat berkokok, sayapnya dikepak dan bersuara nyaring. Dimaknai bahwa setiap orang dewasa haruslah mempunyai tanggung jawab sendiri atau mandiri, tidak banyak bergantung pada keluarga atau orang lain. Peletakan jengger di sisi kiri merupakan simbol kesopanan. Konteksnya saat anak muda sedang diberi petuah oleh orang tua. Sikap duduk bersila, badan sedikit condong ke kiri, sehingga telinga kanan bisa fokus mendengarkan apa yang dipetuahkan. Di bagian belakang udeng, ada dua ikatan kain yang menyembul ke atas, dimaknai sebagai sikap egaliter, duduk sama rendah berdiri sama tinggi.
Dahulu, udeng jengger adalah simbol kegagahan seorang pemuda. Ketika ia datang menemui kekasih atau pacarnya, maka kepercayaan dirinya akan naik satu tingkat saat memakai udeng jengger. Dan jika bertemu mertuanya, ia akan dipuji “Huh Nak, gege’ ongguh.
Menurut saya, bolehlah udeng jengger ini digunakan kaum jomblo dalam rangka mencari pasangan atau yang mau ingin balikan dengan mantan. Sepertinya pas banget.
***

Udeng jengger yang selesai dibuat oleh Saleh, disejajarkan di atas tumpukan buku. Dari menyimak proses kreatif pembuatan udeng ini, saya melihat adanya semangat. Pun Panitia Festival Kampung Langai 4, dengan mengambil filosofi udeng jengger, laiknya ayam jago, mereka siap berkokok dengan gagah melalui sebuah kreatifitas.[]

Penulis


Comments

Satu tanggapan untuk “Udeng Jengger, Odheng Khas Situbondo”

  1. Sumber Malang kayaknya emang pusat kebudayaan Situbondo ya.. #sotoy

    Banyak penemuan di sana….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Muhammad Rifki Puisi

Puisi : Guntur itu tak Pernah Ada Karya Muhammad Rifki

Apacapa Lailatul Fajriah

Maafkan Bunda, Kaka

Buku Penerbit Ulas

Buku: Saudade dan Cerita Lainnya

Buku Putri Nur Fadila Ulas

Ketika Dewasa Itu Karena Terpaksa

Apacapa Kampung Langai

Langai: Bersuara Ataukah Dibungkam?

Apacapa Esai Khossinah

Dari Secagkir Kopi ke Minuman Instan

Alif Febriyantoro Cerpen

Cerpen: Untuk Seorang Perempuan yang Hanya Kepadanya Kesedihan Bertempat

Apacapa Syaif Zhibond takanta

Takanta Para’ Ongghuen

Buku M Ivan Aulia Rokhman Ulas

Review Buku Orang-Orang Bloomington

Apacapa Madura Syaif Zhibond

Randhâ Ngalesser

Apacapa Mohammad Farhan Sejarah Situbondo

Diskusi Penyelamatan Cagar Budaya: Sebuah Ikhtiar Membuka Mata Pemerintah Situbondo

Apacapa Madura Syaif Zhibond

Lancèng Takaè’

Ahmad Zainul Khofi Apacapa

Mengenal Situbondo dari Puisi

Apacapa Panakajaya Hidayatullah

Arèsan Kompolan: Pergumulan yang Bukan Sekedar Rasan-Rasan

Apacapa Baiq Cynthia

Memvisualkan Literasi Menjadi Budaya

Mohammad Farhan

Apacapa #3 Literasi Komunitas Situbondo

Cerpen Gusti Trisno

Cerpen : Generasi Tik Tok Karya Gusti Trisno

Apacapa Soekaryo

Ramadan: Momen Titik Bangun Literasi

Agus Widiey Puisi

Puisi: Amsal Sunyi

Apacapa Fendi Febri Purnama

Kolong Situbondo: Ada yang Beda pada Diksi Bahasa Madura di Situbondo #1