Resensi: My Magic Keys

Mari Berpetualang ke Dunia Buku!

Pernah terbayang membuat buku yang berisi cerita liburan, tetapi dikemas dengan begitu apik dan menarik? Penulis remaja kali ini telah berhasil melakukannya. Hanna Ameera, gadis kelahiran Bekasi tahun 2012 itu berbagi kecintaannya terhadap buku melalui liburannya di berbagai daerah.

Buku berjudul My Magic Keys yang terbit pada tahun 2024 ini menghadirkan sebuah catatan perjalanan Hanna berlibur di beberapa kota bersama keluarga. Perjalanan ini spesial sebab ia mengunjungi surga dunianya, tak lain adalah tempat bebukuan. Hanna sengaja memberikan judul “kunci ajaib” karena dengan kunci ajaib itu dirinya akan berpetualang ke dunia buku dan menemukan sesuatu yang berharga, yaitu pengetahuan.

Hanna dengan lihai menuliskan kisahnya dengan ringan dan mengalir khas anak remaja yang menggebu dalam menyusuri dunianya. Setiap kota yang dituju menyuguhkan pengalaman yang berbeda. Saya ambil contoh, misalnya di Bali, Hanna menemukan Kaleng Baca, ide sederhana, tetapi tak pernah dibayangkan sebelumnya. Sebuah kaleng kerupuk yang disulap menjadi tempat penyimpanan dan berbagi buku.

Tak hanya itu, Ganesha Bookshop juga menjadi salah satu destinasi wisatanya, tempat yang menurutnya sangat estetik dan menyimpan buku dengan berbagai genre, bahkan jika beruntung, buku langka pun bisa didapatkan di sini.

“Ganesha Bookshop merupakan toko lawas yang telah berdiri sejak tahun 1986. Lumayan lama, ya. Saat memasuki toko kecil ini, hmmh … aroma buku langsung menyeruak memasuki rongga hidung. Beberapa aksesoris menarik tampak digantung di dinding dan langit-langit toko. Tersedia berbagai genre buku di sini, mulai dari sejarah, politik, seni, budaya, antropologi, dan masih banyak lagi. Buku-bukunya tidak selalu baru, ada juga buku bekas, bahkan jika kamu beruntung kamu bisa menemukan buku langka, termasuk yang sudah habis cetak.” (My Magic Keys, 2024)

Beralih ke Kota Kembang, Hanna mengunjungi Kineruku, sebuah bookcafe yang mengusung tema vintage. Tak hanya berbagai genre buku, Kineruku juga memiliki CD sekitar 1000 judul film. Terkadang, Hanna juga menyelipkan informasi lebih detail terkait toko buku yang ia kunjungi jika ia mendapatkannya. Seperti informasi mengenai Taman Bacaan Hendra berikut ini.

“Toko buku Hendra yang ada di Jalan Sabang nomor 28 Kota Bandung itu telah berdiri sejak tahun 1967. Toko ini merupakan yang pertama sekaligus tertua. Pendirinya adalah Juliana Huwae yang saat ini berusia 80 tahun.

Menurut cerita penjaga toko ini, pendirian Taman Baca Hendra diawali dari kegelisahan ibu Juliana sendiri dalam mengurus anaknya. Karena sibuk, ibu Juliana tidak mungkin meninggalkan Hendra di rumah sendirian. Di sisi lain, ia sulit membagi waktu dan pekerjaan mengurus anak. Lalu, beliau memilih keluar dari pekerjaan demi fokus mengurus anak.

Wanita pencinta buku itu memilih mendirikan rumah baca. Nama buah hatinya, Hendra, dijadikan nama taman baca atau disingkat TB Hendra. Garasi rumahnya ia jadikan tempat pajangan buku-buku koleksinya. Tahukah, ternyata peminatnya sangat banyak. Hingga kini tercatat rumah baca milik Juliana memiliki hingga 7.000 anggota. Pengunjungnya berasal dari berbagai kalangan, anak-anak SMP, SMA, mahasiswa, dan masyarakat umum lainnya.” (My Magic Keys, 2024)

Bergeser ke Kota Pelajar, Hanna menyempatkan dirinya singgah di Buku Akik. Menurutnya, tempat ini wajib dikunjungi oleh booklovers saat di Yogyakarta. Suasananya yang homey membuat kita akan betah berlama-lama untuk membaca buku di sana atau memilih pernak-pernik UMKM setempat yang sangat menarik. Dalam tulisannya, Hanna mencoba untuk menonjolkan hal-hal menarik yang ada di setiap toko buku, seperti kutipan berikut ini saat ia mengunjungi Buku Akik.

“Dan tahu tidak, uniknya Buku Akik juga menyediakan mesin tik yang boleh digunakan. Keren banget kan.” (My Magic Keys, 2024)

“Dan lebih keren lagi nih dan aku ancungi banyak jempol, Buku Akik tidak hanya menyajikan karya best seller, tapi justru lebih mengutamakan karya para penulis dan penerbit yang masih merintis. Mereka juga meng-highlight karya-karya dari penulis muda atau terbitan-terbitan penerbit dari penerbit kecil.” (My Magic Keys, 2024)

Hanna rasanya ingin mengajak pembaca untuk ikut masuk meraskaan bagaimana atmosfer dalam setiap toko buku yang ia kunjungi. Pembaca dibuat mengimajinasikan suasana melalui kata-kata yang ia sampaikan. Tak lupa ia juga menyelipkan alamat-alamat toko buku yang ia kunjungi di setiap akhir cerita. Hal itu tentu memudahkan pembaca untuk membayangkan di mana letak toko itu berada dan menjadikan buku ini menjadi seperti wisata literasi.

Melalui buku ini, kita akan menyadari bahwa kegemaran membaca memang harus dilatih sejak kecil karena manfaatnya akan sangat terasa dalam setiap pertumbuhannya. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2023) yang berjudul “Pentingnya Membaca Buku dalam Mengoptimalkan Perkembangan Otak Anak untuk Meningkatkan Kecerdasan dan Kreativitas”, disebutkan bahwa kebiasaan membaca berpengaruh secara signifikan   terhadap   perkembangan   kecerdasan   anak.

Semakin sering anak membaca, semakin tinggi pula kemampuan berpikir kritis, daya  ingat,  dan  pemahaman  mereka  terhadap  informasi. Selain itu, lingkungan yang mendukung kebiasaan membaca, seperti keterlibatan orang tua, akses  terhadap  buku  berkualitas,  dan  metode pembelajaran    yang    menarik,    juga    menjadi    faktor    penting    dalam menumbuhkan minat baca sejak dini.

Buku ini memperlihatkan bagaimana lingkungan sangat memengaruhi kecintaan pada literasi. Kehadiran ibu yang antusias menemani Hanna menjelajah toko buku dan memberikannya akses untuk membeli buku bacaan menunjukkan peran keluarga yang sangat besar terhadap minat membaca. Tak heran apabila Hanna dapat menuangkan kisah perjalanannya dengan begitu rapi dan penuh semangat. Rasa terima kasih pada ibunya, Hanna sampaikan pada bagian awal bukunya.

“Mah … terima kasih sudah membacakanku buku sejak dalam kandungan, mengajariku membaca, dan memperkenalkanku pada toko buku dan perpustakaan.” (My Magic Keys, 2024)

Buku ini cocok untuk dibaca berbagai kalangan karena My Magic Keys berhasil membawa pembaca ikut berjalan-jalan dan membayangkan berada di lokasi tersebut. Hanna menunjukkan bahwa kebiasaan membaca bukanlah suatu hal yang kuno, melainkan sebuah kegiatan yang begitu bermanfaat. Dengan membaca buku, kita seperti menjelajah dunia, tanpa harus ke mana-mana.

Identitas buku

Penulis: Hanna Ameera
Tahun : 2024
Penerbit: Jejak Pustaka
Tebal : viii+227 hlm, 14.8x21cm
ISBN : 978-623-183-999-2
Jenis   : Nonfiksi

Penulis

  • Lahir di Sleman, 11 Maret 1999. Kesehariannya seperti manusia pada umumnya, bekerja dan bersosialisasi, dengan tetap mencoba untuk menjalani hari sebaik-baiknya. Boleh berkunjung ke Instagram @nilna_sna, akun Instagram yang tidak ada hal menarik di dalamnya, tetapi aktif untuk melihat-lihat aktivitas di dunia maya.


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Apacapa Moh. Imron Ngaleleng

Menyimak Pengolahan Kopi Arabika di Kayumas

fulitik masrio

Relawan Mas Rio Bagikan 50 Ribu Kalender Patennang untuk Masyarakat Situbondo

Buday AD Puisi Sastra Minggu

Puisi: Melepas Air Mata

Apacapa Moh. Imron

Wahyu Agus Barata dan Ipul Lestari ; Senior Kesepian

Ahmad Maghroby Rahman Puisi

Puisi: Di Stasiun Sebelum Peluit

Mored Rini Yulianti

Cerpen Mored: Sang Keramat Batu Pandhusa

Pantun Papparekan Madura

Pantun Marongghi

Cerpen

Cerpen: Bayangan Perpisahan

AF. Qomarudin Puisi

Secangkir Kopi dan Puisi Lainnya Karya AF. Qomarudin

Apacapa Marlutfi Yoandinas

Posisi Komunitas Muda Kreatif Situbondo dalam Revolusi Industri 4.0

Cerpen Nisa Ayumida

Cerpen : Akibat Dari Salon Kecantikan

Dani Alifian Puisi

Puisi: Tamadun Semu

Uncategorized

Memaknai Langgar Dalam Perspektif Sosiologi Agama

Cerbung Ipul Lestari

Cerbung : Raisha Karya Ipul Lestari

Apacapa Rg. Hutama

11 Tahun Mensos Juliari

Apacapa Erha Pamungkas Haryo Pamungkas Politik

Gus Dur: Demokrasi Harus Diperjuangkan

Advertorial

Teknisi Generator Set Handal di Indonesia

Apacapa Marlutfi Yoandinas Situbondo

Refleksi September Hitam

Cerpen Gusti Trisno

Cerpen : Generasi Tik Tok Karya Gusti Trisno

Andi Fajar Wangsa Puisi

Teka Teki dan Puisi Lainnya Karya Andi Fajar Wangsa