Setan Rindu dan Puisi Lainnya Karya Rudi Santoso


PUISI
RUDI SANTOSO*

TASBIH CINTA
Biarkan
aku berkelana dalam hitungan tasbihmu
Menjadi
seorang yang diharapkan
Dengan
doa-doa yang ingin kau semogakan
Sehingga
kita bisa menjadi sepasang kekasih
Yang
sah dengan sanksi kedua orang tua
2019


SEBUT AKU DALAM
DOAMU
Dari
gelisah dan detak jantungmu
Sebut
aku dalam doa
Karena
aku percaya
Doa
adalah mantra yang paling mujarab
Merawat
cinta
Menahan
rindu
2019

SEBAB PADA WAKTU
YANG TELAH DITENTUKAN OLEHNYA, KAU AKAN MERASAKAN SEGALA KEINDAHAN YANG KAU
GELISAHKAN SELAMA INI
Di
dalam dirimu ada yang tidak dimiliki orang lain
Tentang
kekuatan, ketangguhan, dan kesabaran
Berjalan
terus
Belajarlah
pada langkah kakimu
Tentang
air mata, luka, dan bahagia
Tidak
usah terlalu bersedih atas gelisahmu
Sebab
air mata bukan selalu tentang luka
Dan
bahagia belum selalu tentang tawa
Hidup
bukan untuk dikeluhkan
Hidup
adalah rasa cinta
Atas
setiap waktu yang dijalani
Aku
melihat keindahan di matamu
Aku
yakin banyak orang yang hinggap di sana
Untuk
Menebar mimpi dan tanggung jawab
Lalu
apa yang masih kau ragukan lagi atas KuasaNya?
2019

SETAN RINDU
Aku
sadang tidak meminum racun
Dan
juga tidak sedang terkena mantra-mantra
Rindu
itu datang begitu saja
Seperti
angin yang mendekap tubuhku
Pada
sunyi dan sepiku
Ia
begitu kuat
Membuatku
berkhayal
Tentang
keindahan yang berpijar pada sebuah kata
Seandainya
dan semoga
Kau
percaya
Bahwa
aku tidak sedang gila
Atau
mabuk karena minum bir
Rindu
ini benar kuat
Menghantam
segala kepenatan
Seharusnya
ia datang setelah pertemuan
Namun
kali ini
Ia
datang lebih awal
Dari
pertemuan itu
Bagaimana
pun ia datangnya
Yang
berkaitan dengan cinta
Memang
selalu menarik untuk diperbincangkan
Jangan
sakralkan pertemuan itu
Agar
rindu tidak melulu membawa gelisah dan kepenatan
2019

CARA MELEPASKAN
PENAT
Matahari
sudah mulai tenggelam
Lampu-lampu
kota mulai menyala
Bulan
mulai menampakkan tubuhnya
Dalam
ruangan yang berukuran 3×4
Kesunyian
membawaku untuk membaca tentangmu
Tentang
perihal bagaimana menjadi seorang yang mampu
Membawamu
pada sebuah taman yang indah
Engkau
bisa menikmatinya, menenangkan pikiran
tentang
sebuah hidup yang kau gelisahkan
Ayo
pulang
pagi
sudah tiba
Esok
kita akan dipertemukan kembali dengan matahari
Melihat
kembali alam yang nan indah
2019
*Rudi Santoso,
lahir di Sumenep Madura. Mahasiswa Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora
(FISHUM) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Alumni Pondok Pesantren Banyuanyar
Pamekasan Madura. Beberapa Puisnya Telah Tersiar Di Berbagai Media Cetak Lokal
Dan Nasional. Buku Puisi Tuggalnya “Kecamuk Kota” Halaman Indonesia.
Kontak
: 0852-3147-6504
Email
 : rudisantoso042@gmail.com
Domisili
: jl ori 2 no 3 papringan. Depok. Sleman. Yogyakarta

Penulis


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ahmad Zaidi Buku Ulas

Ulasan Ugal-Ugalan tentang Romila dan Kutukan Ingatan

Prosa Mini Zainul Anshori

Kepergian Seorang Ibu

Apacapa

Situbondo Dik, Bukan Jalan Situbondo

Puisi Saifir Rohman

Puisi : Tikungan Berdebu Karya Ayif Saifir R.

Agus Hiplunudin Apacapa Feminis

Environmentalisme dan Eksistensi Kaum Feminis

Cerpen Irwant

Rindi Rindu

Buku Thomas Utomo Ulas

Teka-Teki Tenis, Sosok Misterius, dan Cinta Berlarat

Film/Series Ulas

Jika Marlina Terlahir di Situbondo

game Ulas Yopie EA

GTA VI: Momok Menakutkan Bagi Developer Game

BJ. Akid Puisi

Puisi : Tanah Luka Karya BJ. Akid

Mored Nurmumtaz Sekar Ramadhan

Cerpen Mored: Secangkir Kopi

alif diska Mored Moret

Puisi Mored: Sepotong Puisi untuk Bunda dan Puisi Lainnya

Apacapa

Yusuf and Beny Siap Menyambut Tour Manca Negara Pertama di Malaysia

A. Zainul Kholil Rz Buku Resensi Ulas

Resensi: Muhammad Sang Revolusioner

Apacapa fulitik matrais

GOR BK Serius Amat, Ini Usulan Nama Alternatif yang Patut Dipertimbangkan

Esai Hayyi Tislanga

Berperan Tanpa Perasaan

Diandra Tsaqib Puisi

Puisi: Stratocumulus

Cerpen Kiki Sulistiyo

Cerpen: Batu Bolemeta

Buku Dani Alifian Ulas

Ulas Buku: Dahulu Mereka dan Puisi

Fahrus Refendi Puisi Puisi Madura

Puisi Madura: Sanja’