Pengaduan Orang-Orang Pinggiran

Banyak orang di pinggiran yang masih belum diperhatikan oleh pemerintah.
Oleh : Indra Nasution
Mereka yang berada di pinggiran sangat sulit untuk mencukupi kebutuhannya, hingga mereka tidak mampu mencukupi urusan makan dan minum apalagi mau mengenyam pendikan untuk mereka yang di pinggiran. Banyak orang yang tidak bekerja atau pengangguran. Bukan cuma banyaknya pengangguran, melainkan juga banyak bocah yang tidak mengenyam pendidikan. Tapi keinginan bocah-bocah pinggiran ingin sekali ia mengenyam pendidikan, sama dengan bocah-bocah lainnya yang mengenyam pendidikan.
Banyak bocah pinggiran yang berumur sekitaran 10 tahun, mereka sudah ikut bekerja dengan orang tuanya. Ada bocah yang membantu orangtuanya dengan cara berjualan gorengan, ada juga  yang bekerja ke sawah untuk mencari gabah dan ada juga yang jadi nelayan membantu bapaknya dan ada yang pergi  untuk mencari rumput untuk ternaknya.  Apakah pemerintah menyusuri tiap tiap lorong-lorong pinggiran desa, dan melihat berapa banyaknya orang yang tidak bekerja dan berapa banyaknya pula bocah-bocah yang tidak mengenyam pendidikan. Ingin sekali rasanya mereka berharap kepada pemerintah untuk tahu, bahwasanya banyak orang yang tidak bekerja dan banyak bocah yang tidak mengenyam pendidikan.
Lantas, mereka orang-orang pinggiran mau mengadu pada siapa kalau mereka tidak diperhatikan. Kalau menurut Cak Nun, rakyat adalah dewa yang harus diperhatikan. Karena rakyat mempunyai kuasa penuh terhadap mereka. Mereka adalah pembantu rakyat. Rakyat harus dinomersatukan dari pada kepentingan lainnya.
Apakah rakyat hanya ingin dimanfaatkan saja oleh pemerintah? Ketika pemerintah mempunyai kepentingan, ia berani bermeluk mesra dengan rakyat. Lantas ketika sudah selesai kepentingan, rakyat lalu disingkirkan. Apakah begitu sistem demokrasi kita? Kita bilang demokrasi kita sudah modern, padahal tidak. Coba kita berkaca ke masa lampau ketika Sunan Kalijaga melihat banyak ketimpangan sosial terhadap rakyatnya yang kekurangan makan. Apa lantas yang dilakukan Sunan Kalijaga, ia rela mencuri kepada pemerintah terkaya untuk diberikan kepada rakyatnya yang kelaparan.
Lebih modern mana, demokrasi jaman Sunan Kalijaga dengan era kids zaman now? []
___

*Tulisan ini untuk orang-orang yang dianiaya, orang yang dirampas haknya, orang yang dimiskinkan, orang orang yang tertindas.

Penulis


Comments

Satu tanggapan untuk “Pengaduan Orang-Orang Pinggiran”

  1. Terus maju kawan

Tinggalkan Balasan ke Sufiatur Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Buku M Firdaus Rahmatullah Ulas

Ulas Buku: Cerita-cerita Kemanusiaan Orang-orang Oetimu

alif diska Mored Moret

Puisi Mored: Kepada Bumi dan Manusia

Fendi Febri Purnama Madura Puisi

Puisi Bahasa Madura: GHÂR-PAGHÂR

Apacapa Literasi Syaif Zhibond

Bahagia Literasi : Teruslah Mencari

Apacapa

Patung Letnan Nidin dan Letnan Soenardi, Hanya Pajangan Belaka (Bagian I)

carpan Fendi Febri Purnama Madura

Carpan: Sè Ronto

Agus Hiplunudin Buku Ulas

Politik Agraria Petani Vs Negara dan Neoliberalisme

Apacapa Rully Efendi

Mas Rio-Mbak Ulfi; Calon Pemimpin Situbondo yang Anti Mainstream

Agus Widiey Anwarfi Puisi

Puisi-puisi Agus Widiey

Agus Hiplunudin Apacapa Feminis Opini

Masih Lemahnya Peran Politik Perempuan di Pileg 2019

Advertorial Mohammad Farhan Politik

Muscab DPC PKB Situbondo Angkat Tema Partai Advokasi

Halimatussa’diah Mored

Puisi Mored: Pergi Tanpa Kembali dan Puisi Lainnya

Guru Mored Moret Puisi Ririn Anggarini

Rindu dan Puisi Lainnya

Apacapa Sururi Nurullah

Fashion dan Berbagai Dampaknya

Ahmad Jais Puisi

Puisi: Sajak Si Manusia Mesin

Andhy Kh Cerpen

Cerpen : Hujan di Paris Karya Andhy Kh

Apacapa Oktira Indah Cahyani Universitas Sunan Kalijaga

Wajah Kemiskinan di Perkotaan dan Implikasi Penanggulangannya

Aldi Rijansah Putra Alexong Cerpen

Cerpen: Di Langit, Sore Masih Jingga

fulitik

Billboard Diturunkan, Dukungan Masyarakat kepada Mas Rio Makin Meningkat

fulitik hans

Patennang! Honorer Pemkab Situbondo yang Dirumahkan Bakal Direkrut Koperasi Merah Putih Loh